Obat Antipsikotik
1. Jenis Obat
Antipsikotik :
Obat antipsikotik yang beredar dipasaran dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu antipsikotik generasi pertama (APG I)
dan antipsikotik generasi ke dua (APG ll).
APG I bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik,
mesokortikal, nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga dengan cepat
menurunkan gejala positif.
APG I dapat dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis
yang digunakan kurang atau sama dengan 10 mg diantaranya adalah
trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan pimozide. Obat-obat ini
digunakan untuk mengatasi sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis,
menarik diri, hipoaktif, waham dan halusinasi. Potensi rendah bila dosisnya
lebih dan 50 mg diantaranya adalah Chlorpromazine dan thiondazine digunakan
pada penderita dengan gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit tidur.
APG II sering disebut sebagai serotonin dopamin antagonis
(SDA) atau antipsikotik atipikal. Bekerja melalui interaksi serotonin dan
dopamin pada ke empat jalur dopamin di otak yang menyebabkan rendahnya efek
samping extrapiramidal dan sangat efektif mengatasi gejala negatif. Obat yang
tersedia untuk golongan ini adalah clozapine, olanzapine, quetiapine dan
rispendon.
2. Efek Samping
Tetapi pemakaian lama APG I dapat memberikan efek samping
berupa: gangguan ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, peningkatan kadar
prolaktin yang akan menyebabkan disfungsi seksual / peningkatan berat badan dan
memperberat gejala negatif maupun kognitif. Selain itu APG I menimbulkan efek
samping antikolinergik seperti mulut kering pandangan kabur gangguaniniksi,
defekasi dan hipotensi.
Antikolinergika (triheksifenidil, orfenadrin) dan
beta-blokers (propanolol). Obat-obat ini sering ditambahkan untuk menanggulangi
efek samping antipsikotika, terutama GEP. Benzodiazepin
diberikan guna mengatasi kegelisahan dan kecemasan.
Efek
samping Yang umum
terjadi : insomnia, agitasi, rasa cemas, sakit kepala.
Efek samping lain: somnolen, kelelahan, pusing,
konsentrasi terganggu, konstipasi, dispepsia, mual/muntah, nyeri abdominal,
gangguan penglihatan, priapismus, disfungsi ereksi, disfungsi ejakulasi,
disfungsi orgasme, inkontinensia urin, rinitis, ruam dan reaksi alergi lain.
Beberapa kasus gejala ekstrapiramidal mungkin terjadi
(namun insiden dan keparahannya jauh lebih ringan bila dibandingkan dengan
haloperidol), seperti: tremor, rigiditas, hipersalivasi, bradikinesia,
akathisia, distonia akut. Jika bersifat akut, gejala ini biasanya ringan dan
akan hilang dengan pengurangan dosis dan/atau dengan pemberian obat
antiparkinson bila diperlukan.
Seperti neuroleptik lainnya, dapat terjadi neuroleptic
malignant syndrome (namun jarang), ditandai dengan hipertermia, rigiditas otot,
ketidakstabilan otonom, kesadaran berubah dan kenaikan kadar CPK, dilaporkan
pernah terjadi. Bila hal ini terjadi, penggunaan obat antipsikotik termasuk
risperidone harus dihentikan.
Kadang-kadang terjadi orthostatic dizziness, hipotensi
termasuk ortostatik, takikardia termasuk takikardia reflek dan hipertensi.
Risperidone dapat
menyebabkan kenaikan konsentrasi prolaktin plasma yang bersifat dose-dependent,
dapat berupa galactorrhoea, gynaecomastia, gangguan siklus menstruasi dan
amenorrhoea.
Kenaikan berat badan, edema dan peningkatan kadar enzim
hati kadang-kadang terjadi.
Sedikit penurunan jumlah neutrofil dan trombosit pernah
terjadi.
Pernah dilaporkan namun jarang terjadi, pada pasien
skizofrenik: intoksikasi air dengan hiponatraemia, disebabkan oleh polidipsia
atau sindrom gangguan sekresi hormon antidiuretik (ADH); tardive dyskinesia,
tidak teraturnya suhu tubuh dan terjadinya serangan.
Efek Samping
Psikotika
1).
Efek samping
pada sistem saraf (extrapyramidal side efect/EPSE)
a. Parkinsonisme
Efek samping ini muncul setelah 1 - 3 minggu pemberian
obat. Terdapat trias gejala parkonsonisme :
Tremor: paling jelas pada saat istirahat
Bradikinesia : muka seperti topeng, berkurang gerakan
reiprokal pada saat berjalan
Rigiditas : gangguan tonus otot (kaku)
b. Reaksi distonia : kontraksi otot
singkat atau bisa juga lama
Tanda-tanda: muka menyeringai, gerakan tubuh dan anggota tubuh tidak terkontrol
Tanda-tanda: muka menyeringai, gerakan tubuh dan anggota tubuh tidak terkontrol
c. Akathisia
Ditandai oleh perasaan subyektif dan obyektif dari
kegelisahan, seperti adanya perasaan cemas, tidak mampu santai, gugup, langkah
bolak-balik dan gerakan mengguncang pada saat duduk. Ketiga efek samping di
atas bersifat akur dan bersifat reversible (bisa ilang/kembali normal).
d. Tardive dyskinesia
Merupakan efek samping yang timbulnya lambat, terjadi
setelah pengobatan jangka panjang bersifat irreversible (susah hilang/menetap),
berupa gerakan involunter yang berulang pada lidah, wajah,mulut/rahang, anggota
gerak seperti jari dan ibu jari, dan gerakan tersebut hilang pada waktu tidur.
2).
Efek samping
pada sistem saraf perifer atau anti cholinergic.
Side efect. Terjadi karena penghambatan pada reseptor asetilkolin. Yang termasuk efek
samping anti kolinergik adalah:
·
Mulut kering
·
Konstipasi
·
Pandangan
kabur: akibat midriasis pupil dan sikloplegia (pariese otot-otot siliaris)
menyebabkan presbiopia
·
Hipotensi
orthostatik, akibat penghambatan reseptor adrenergic
·
Kongesti/sumbatan
nasal
3. Uraian Obat
1)
Zofredal 2 mg
Indikasi : Skizoprenia akut dan kronik, keadaan psikotik
lainnya dengan gejala positif atau negatif.
Kontraindikasi : hipersensitifitas
Dosis :
Hari I = 2 x sehari 1 mg
Hari ke II = 2 x sehari 2 mg
Hari ke III = 2 x sehari 3 mg
Penyesuaian dosis perlu dilakukan pada tahap pengobatan
selanjutnya. Sebaiknya dilakukan dalam interval waktu tidak kurang dari satu
minggu.
Dosis pemeliharaan = 2 x sehari 2-4 mg dosis maksimum 2 x
sehari 8 mg. Pasien usia lanjut, pasien dengan penyakit ginjal atau gangguan
fungsi hati : dosis awal 2 x sehari 0,5 mg sehari.
Efek Samping :
Pada sejumlah penelitian, risperidone umumnya merupakan antipsikotik
yang terbukti efektif dan aman serta dapat ditoleransi dengan baik oleh
penderita. Efek samping yang agak sering dilaporkan antara lain agitasi,
akatisia, hiperkinesia, pusing, mengantuk, mual dan muntah.
Namun obat golongan ini mempunyai efek samping berupa:
gangguan ekstrapiramidal, peningkatan kadar prolaktin yang akan menyebabkan
disfungsi seksual / peningkatan berat badan dan memperberat gejala negatif
maupun kognitif. Untuk menangani efek samping inilah maka diberikan tablet
tryhexyphenidyl 3×2 mg/hari.
2) Triheksifenidil 2 mg
Merupakan obat antispasmodik yang bekerja menghambat
secara langsung pada sistem saraf parasimpatik, juga berefek relaksasi otot
polos.
Indikasi : Semua jenis parkinson, post enchepalitik,
ateriosklerosis dan idiopatik, digunakan untuk mencegah dan mengontrol kelainan
estrapiramidal yang disebabkan oleh obat SSP seperti reserpin dan fenotiasin
termasuk tremor, salivasi yang biasanya menyertai parkinson, efektif menurunkan
spasme otot, berguna mengurangi depresi. Mengontrol gejala ekstrapirimidial
yang diakibatkan oleh terapi obat
Dosis :Untuk parkinson : 6-10 mg/hari.
Efek Samping : penyakit hati dan ginjal, hipertensi,
glaukoma
3) Methioson
Komposisi :
Metionin 100 mg, Kolin tartrat 100 mg,
Vitamin B1 2 mg, Vitamin B2 2 mg, Vitamin B6 2 mg, Vitamin B12 0,67 µg, Vitamin
E 3 mg, Nikotinamida 6 mg, Pantotenol 3 mg, Biotin 100 µg, Asam Folat 400
Indikasi :
kekurangan vitamin, Disfungsi hati akibat sakit kuning,
infeksi dan subtansi hepatotoksik, pengobatan dengan sinar-x, degenerasi lemak,
infiltrasilemak.Gangguan hati setelah operasi
Dosis: 2-3 tablet sehari
Zofredal merupakan antipsikotik yang mengandung
resperidon. Risperidone merupakan antagonis selektif monoaminergik dengan
afinitas kuat terhadap reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan dopamin tipe 2
(D2) yang memberikan efek antipsikotik.
Pengaturan Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
a) Onset efek primer (efek klinis) : 2-4 minggu
b) Onset efek sekunder (efek samping) : 2-6 jam
c) Waktu paruh : 12-24 jam (pemberian 1-2 x/hr)
d) Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil, malam
besar) sehingga tidak mengganggu kualitas hidup penderita.
e) Obat antipsikosis long acting : fluphenazine decanoate 25
mg/cc atau haloperidol decanoas 50 mg/cc, IM untuk 2-4ininggu. Berguna untuk
pasien yang tidak/sulitininum obat, dan untuk terapi pemeliharaan.
Cara / Lama pemberian Mulai dengan dosis awal sesuai
dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hr sampai mencapai dosis efektif
(sindrom psikosis reda), dievaluasi setiap 2 minggu bila pertu dinaikkan sampai
dosis optimal kemudian dipertahankan 8-12 minggu (stabilisasi). Diturunkan
setiap 2 minggu (dosis maintenance) lalu dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (
diselingi drug holiday 1-2/hari/minggu) setelah itu tapering off (dosis
diturunkan 2-4 Minggu) lalu stop.
Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis
multiepisode, terapi pemeliharaan paling sedikit 5 tahun (ini dapat menurunkan
derajat kekambuhan 2,5 sampai 5 kali). Pada umumnya pemberian obat antipsikosis
sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala
psikosis reda sama sekali. Pada penghentian mendadak dapat timbul gejala cholinergic
rebound gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusing dan gemetar. Keadaan ini
dapat diatasi dengan pemberian antikolinergik agent seperti injeksi sulfas
atropin 0,25 mg IM, tablet tryhexyphenidyl 3×2 mg/hari.
4) Cara
Perawatan Antipsikotik
Kesulitan utama penanganan semua gangguan jiwa adalah
tidak adanya keinsyafan sakit pada kebanyakan pasien. Mereka menganggap
halusinasi dan pikiran khayalan sebagai suatu yang sejati/riil, dan selalu
berfikir dirinya tidak sakit, sehingga sering sekali menolak minum obat.
Psikoterapi
Penanganan skizofrenia paling efektif terdiri atas
kombinasi dari farmakoterapi bersama psikoterapi, termasuk terapi kelakuan
kognitif, yang juga disebut “terapi bicara”. Psikiater berusaha membangun
hubungan baik dengan pasien dan memperoleh kepercayaan mereka, juga mencoba
membantu mengatasi problema psikis mereka, serta memberi petunjuk bagaimana
menghadapi masalah.
Obat-obat Klasik
Umumnya dimulai dengan suatu obat klasik, terutama
klorpromazin bila diperlukan obat sedatif, trifluoperazin bila sedasi tidak
dikehendaki, atau pimozida jika pasien perlu diaktifkan. Efek antipsikotika
menjadi nyata setelah 2-3 minggu. Bila sesudah masa latensi, obat-obat tersebut
kurang efektif, perlu dicoba obat-obat lain dari kelompok kimiawi lain.
Flufenazin dekanoat digunakan sebagai profilakse untuk mencegah kambuhnya
penyakit. Thioridazin berguna pada lansia untuk mengurangi GEP dan gejala
antikolinergis. Obat-obat klasik terutama edektif untuk meniadakan simptom
positif dan efeknya baru nampak setelah beberapa bulan. Pengobatan perlu
dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan lebih rendah untuk mencegah residif,
selama minimal 2 tahun dan tak jarang seumur hidup.
Obat-obat atypis
Obat-obat atypis lebih ampuh untuk simpom negatif kronis,
mungkin karena pengikatannya pada reseptor-D1 dan –D2 lebih kuat. Sulpirida,
risperidon, dan olanzapin dianjurkan bila obat-obat klasik tidak efektif lagi
atau bila terjadi terlalu banyak efek samping. Karena klozapin dapat
menyebabkan agranulositosis hebat (1-2% dari kasus), selama terapi perlu
dilakukan penghitungan leukosit setiap minggu.
Obat-obat tambahan
Antikolinergika (triheksifenidil, orfenadrin) dan
beta-blokers (propanolol). Obat-obat ini sering ditambahkan untuk menanggulangi
efek samping antipsikotika, terutama GEP. Benzodiazepin diberikan guna
mengatasi kegelisahan dan kecemasan.
Penanganan Alternatif
Sejumlah psikiater telah berhasil baik dengan
mengkombinasi vitamin dan mineral tertentu dalam megadose. Penanganan
ortomolekuler ini berdasarkan penemuan bahwa pasien skizofrenia mengalami
defisiensi nutrien-nutrien bersangkutan. Cara ini terdiri dari pemberian
nutrien tepat dengan antar-perbandingan yang tepat ke sel-sel tubuh. Yang
diberikan adalah vitamin C, niasinamid, piridoksin, dan vitamin E. Pilihan ini
didasarkan pada sering ditemukannya kekurangan vitamin-vitamin tersebut di otak
penderita skizofrenia.
Ø
Obat Antiansietas
Obat anti-ansietas mempunyai beberapa sinonim, antara lain psikoleptik, transquilizer minor dan anksioliktik. Dalam membicarakan obat antiansietas yang menjadi
obat racun adalah diazepam atau klordiazepoksid. Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan somatroform,
kelainan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk meringankan sementara
gejala-gejala insomnia dan ansietas.
No
|
Nama Generik
|
Golongan
|
Sediaan
|
Dosis aniuran
|
1
|
Diazepam
|
Benzodiazepin
|
Tab 2- 5 mg
|
Peroral
10-30mg/hr, 2-3x/hari Paenteral IV/IM
2-10
mg/kali, setiap 3-4 jam
|
2
|
Klordiazepoksoid
|
Benzodiazepin
|
Tab 5 mg
Kap 5 mg
|
15-30 mg/hari
2-3 x/sehari
|
3
|
Lorazepam
|
Benzodiazepin
|
Tab 0,5-2 mg
|
2-3 x 1 mg/hr
|
4
|
Clobazam
|
Benzodiazepin
|
Tab 10 mg
|
2-3 x 10 mg/hr
|
5
|
Brumazepin
|
Benzodiazepin
|
Tab 1,5-3-6 mg
|
3 x 1,5 mg/hr
|
6
|
Oksazolom
|
Benzodiazepin
|
Tab 10 mg
|
2-3 x 10mg/hr
|
7
|
Klorazepat
|
Benzodiazepin
|
Cap 5-10mg
|
2-3 x 5 mg /hr
|
8
|
Alprazolam
|
Benzodiazepin
|
Tab 0,25-0,5-1 mg
|
3 x 0,25-0,5 mg/hr
|
9
|
Prazepam
|
Benzodiazepin
|
Tab 5 mg
|
2-3 x 5 mg/hr
|
10
|
Sulpirid
|
NonBenzodiazepin
|
Cap 50 mg
|
100-200 mg/hari
|
11
|
Buspiron
|
NonBenzodiazepin
|
Tab 10 mg
|
15-30 mg/hari
|
1.
Cara Penggunaan
· Klobazam untuk pasien dewasa dan pada usia lanjut yang ingin tetap aktif
· Lorazepam untuk pasien-pasien dengan kelainan fungsi hati atau ginjal
· Alprazolam efektif
untuk ansietas antosipatorik, mula kerja
lebih cepat dan mempunyai
komponen efek antidepresan.
· Sulpirid 50 efektif meredakan
gejala somatic dari sindroma ansietas dan paling kecil resiko ketergantungan obat.
Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) kemudian dinaikkan dosis setiap 3-5 hari
sampai mencapai
dosis optimal. Dosis ini dipertahankan 2-3 minggu.
Kemudian diturunkan 1/8 x dosis awal setiap 2-4 minggu sehingga tercapai dosis pemeliharan. Bila kambuh dinaikkan lagi dan tetap efektif pertahankan 4-8
mingu. Terakhir lakukan tapering off. Pemberian obat
tidak lebih dari 1-3 bulan pada sindroma
ansietas yang disebabkan factor eksternal.
2. Efek samping
- Sedasi ( rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerka psikomotor menurun,
kemampuan kognitif melemah)
- Relaksasi otot
( rasa lemas, cepat lelah dan
lain-lain)
- Potensi menimbulkan
ketergntungan lebih rendah dari narkotika
- Potensi ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang masih dapat
dipertahankan setelah dosis trerakhir
berlangsung sangat singkat.
- Penghentian obat secara
mendadak, akan menimbulkan gejala
putus obat, pasien menjadi iritabel, bingung, gelisah, insomania, tremor, palpitasi, keringhat dingin, konvulsi.
3. Kontra Indikasi
Pasien dengan hipersensitif terhadap benzodiazepin, glaukoma, miastenia gravis, insufisiensi paru kronik, penyakit ginjal dan penyakit
hati kronik Pada pasien
usia lanjut dan anak dapat terjadi reaksi yang berlawanan (paradoxal reaction) berupa kegelisahan, iritabilitas, disinhibisi, spasitas oto meningkat
dan gangguan tidur. Ketergantungan relatif sering terjadi pada individu dengan riwayat peminum alkohol, penyalagunaan obat atau unstable personalities. Untuk mengurangi resiko ketergantungan obat, maksimum lama pemberian
3 bulan dalam rentang dosis terapeutik.