Tumor otak intrakranial dibagi
berdasarkan lokasinya. Untuk tujuan pengelolaan anestesi diklasifikasikan atas
supratentorial, fossa posterior dan cranioparingioma.
Tumor supratentorial :
Lesi supratentorial hampir separoh dari
semua tumor otak pada pediatri, tumor tumor ini cenderung menekan sistem
ventrikular dan menyebabkan obstruktif hidrosepalus. Lesi supratentorial
lebih sering pada bayi daripada anak sedangkan anak diatas satu tahun 50% pada
infratentorial. Lesi supratentorial 25%-40% terletak pada hemisper dan
15% sampai 20% terletak pada garis tengah. Frekuensi tumor maligna
biasanya dua kali tumor benigna.Tumor maligna yang sangat sering adalah
astrocytoma (35%),medulla blastoma (18%) dan ependimoma (13%).
Pertimbangan anestesi :
1.Kenaikan ICP :
Perkiraan derajat kenaikan ICP lewat pemeriksaan CT scan dan MRI.
2.Lambung penuh :
Pengosongan lambung yang terlambat pada pasien dengan ICP yang meninggi.
3.Keseimbangan cairan dan elektrolit :
Bisa berubah oleh kelainan intrakranial dan SIADH.
4.Hubungan patofisiologi dan umur.
Perkiraan derajat kenaikan ICP lewat pemeriksaan CT scan dan MRI.
2.Lambung penuh :
Pengosongan lambung yang terlambat pada pasien dengan ICP yang meninggi.
3.Keseimbangan cairan dan elektrolit :
Bisa berubah oleh kelainan intrakranial dan SIADH.
4.Hubungan patofisiologi dan umur.
5.Posisi :
Kepala sebaiknya ditinggikan tidak lebih 10 derajat dari horizontal menjamin aliran balik vena besar kepala
tak terhalang.
Monitoring
Pemasangan kateter arterial perlu
dipertimbangkan untuk pemantauan hemodinamik dan kimia darah. Pemasangan
CVP bila diantisipasi terjadi hilangnya darah yang banyak dan terjadinya
emboli udara. Issue pemasangan CVP adalah kontroversi, karena diameter terlalu
besar buat bayi dan kebanyakan anak dan kurang akurat menggambarkan volume
vaskular terutama posisi tengkurap. Kateter urine penting karena pemakaian
diuretika dan operasi lama.
Preinduksi
Pasien dengan tumor yang besar, odem
tumor yang bermakna, atau obstruksi CSF dibutuhkan
pendekatan anestesi yang mampu mengurangi ICP dan sebagian anak sudah
dipasang VP shunt. Perlu dicatat defisit neurologi pre operasi dan
SIADH sering bersamaan dengan proses patologi intrakranial. Anak mungkin
menunjukan hiponatremia, osmolalitas serum yang rendah,osmolalitas urin
yang rendah dan oliguri. Retriksi cairan preoperatif biasanya diperlukan.
Induksi
Induksi intravena pentotal, lidokain, narkotik
dan pelemas otot tanpa depolarisasi, penekanan krikoid
dan hiperventilasi dengan tekanan inpirasi rendah untuk mencegah
masuknya udara kelambung. Intubasi semulus mungkin dan sebaiknya
via nasotrakeal bila ventilasi post operatif diperlukan atau untuk
menjamin posisi yang lebih stabil terutama pada bayi.Pemeliharaan anestesi
dengan narkotik,N20,benzodiazepin atau dropridol. PaCO2 dipertahankan
antara 25-30 mmHg. Isofluran dapat ditambahkan dengan konsentrasi rendah, untuk
pelemas otot bisa diberikan pankuronium yang bersifat vagolitik cocok
untuk neonatus atau bayi untuk mempertahankan laju jantung.
Pengelolaan cairan
Pasien dengan ICP tinggi sering
dehidrasi setelah pemakaian diuretik osmotik hal ini diperberat
dengan perdarahan oleh insisi kulit dan eksisi boneflap, ekspansi
volume sering dibutuhkan. Pada anak tanpa kenaikan ICP yang berarti
atau hilangnya darah hanya sedikit cukup diganti dengan larutan kristaloid.
Untuk mempertahankan volume isoonkotik maka diberikan koloid dengan ratio
1:3 dengan kristaloid. Putusan untuk extubasi berdasarkan
tingkatan intervensi pembedahan, stabilitas selama
operasi normalisasi ICP, umur anak, beratnya defisit neurologi, faktor
yang menyulitkan respirasi proteksi jalan
nafas dan suhu tubuh. Neonatus dan bayi dengan problem
kardiopulmonal membutuhkan ventilasi post operatif. Anak yang lebih
besar dengan kelainan neurologi sering dengan reflex airway yang tak adekuat membutuhkan
intubasi post operatif sampai mampu melindungi airway. Pemberian narkotik
harus hati hati dengan melihat status neurologi pasien dan infiltrasi
lokal anestetik waktu penutupan luka operasi sangat
menurunkan kebutuhan narkotik post operatif.
Pasien yang tak sadar post operatif
harus dicurigai dengan ICP yang tinggi atau perdarahan intrakranial. Kenaikan
ICP post operatif biasanya karena hipertensi sistemik
yang tidak terkontrol cukup hanya dengan membuat anak senang, tetapi
bila tekanan darah tetap tinggi bisa diberi obat vasoaktif seperti
labetalol yang bersifat gabungan alpa dan beta bloker dan biasanya
tidak melewati sawar darah otak. Kejang kadang-kadang terjadi segera post
operasi untuk ini ahli bedah biasa memberi profilaksis antikonvulsan preoperatif
diteruskan selama post operatif umumnya penobarbital paling sering
digunakan dan phenitoin untuk yang tidak respons.
TUMOR FOSSA POSTERIOR
Lebih sering pada anak daripada dewasa
dan setengah dari jumlah tumor otak pada anak dan 50-55% adalah infratentorial.
Empat tumor yang biasa adalah medulloblastoma (30%), cerebellarastrocytoma
(30%),brainstem glioma(30%), ependymoma(7%) dan sisanya acoustic
neuroma(3%). Gejala klinis yang sering akibat tumor fossa posterior adalah
oleh karena hidrosepalus ditemukan pada 90% anak dengan
medulloblastoma dan hampir semua anak dengan cerebellar astrocytoma.
Pertimbangan anestesi:
Ø Patofisiologi berkaitan
dengan umur
Ø Penilaian ICP :
Simtomatik hidrosepalus selalu memerlukan VP shunt.
Simtomatik hidrosepalus selalu memerlukan VP shunt.
Ø Kompressi brainstem :
Menyebabkan problema kardiopulmonal
terutama hipertensi dan hilangnya reflex proteksi airway
dan stridor inspirasi,cenderung aspirasi pneumonitis
dan sleep apnoe sering
bertahan selama post operatif.
Ø Lambung penuh :
Kelainan pada fossa posterior sering
melambatkan pengosongan lambung dan menyebabkan
regurgitasi waktu induksi.
Ø Emboli udara :
Terutama posisi duduk(30%) dan monitor
emboli udara dengan prekordial
Doppler dan pasang CVP untuk menyedot emboli udara. Elevasi bone
flap bisa merobek sinus transversus,perdarahan massif dan emboli udara bisa
terjadi.
Ø Cairan dan elektrolit :
Pemberian osmotik diuretik preoperatif
untuk menurunkan ICP bisa menyebabkan gangguan volume cairan
dan elektrolit.
Ø Posisi pasien :
Biasanya 50% posisi pasien tengkurap,ini memerlukan perhatian khusus antara lain
bebasnya kompressi abdomen dan thorax,perlindungan mata dan
penekanan bagian tubuh tertentu serta keamanan posisi dan
fiksasi pipa trakea. Kepala biasanya dilindungi dengan Mayfiel head frame.
Induksi dan pemeliharaan anestesi :
Diarahkan dengan mempertahankan CPP
dan mencegah kenaikan ICP dan memberikan kedalaman anestesi yang
tepat. Induksi intravena pentotal atau propofol bersama pelemas
otot tanpa depolarisasi dan narkotik adalah cukup. Suksinilkolin bisa
diberikan bila ICP tak terlalu tinggi dan hemodinamik stabil. Pipa trakeal
lebih baik non kinked/kingking dan oral karena via nasal walaupun
lebih stabil namun kecenderungan terjadi perdarahan nasal dan infeksi.
Sesudah pensterilan kulit, infiltrasi bupivacain 0,125% dengan epinefrin 1/200.000 sepanjang
garis insisi dan anestesi didalamkan dengan fentanil
atau isoluran untuk merelaksasikan otak sehingga mengurangi tekanan
rekraktor dan mempertahankan CPP. Pelemas otot diberikan dan
hiperventillasi dimana PaCO2 dipertahankan antara 25-30 mmHg,dan
ICP bisa dikurangi dengan mannitol dengan didahului furesemide. Selama
operasi terutama tumor intramedullary atau brainstem sebaiknya dimonitor
sensory evoked potential(SEP). Nyeri post operatif bisa dikurangi dengan
infiltrasi anestetik lokal pada saat penutupan luka operasi.
Masa pulih
Terlibatnya saraf kranial dan odem
brainstem sebaiknya pasien tetap terintubasi selama
post operatif. Bila mungkin diextubasi dikamar bedah berikan lidokain
0,5-1mg per kg dan dosis kecil narkotik untuk mencegah
batuk/mengejan yang bisa menaikkan ICP dan perdarahan ulang. Hindarkan
pemakaian obat yang mempengaruhi sensorium atau pupil supaya tak mengganggu penilaian
neurologi. Pemakaian narkotik harus hati hati dan pasien seharusnya
dimonitor terutama adanya depressi respirasi.
CRANIOPARINGIOMA
Frekuensinya 3% dari seluruh tumor intrakranial,6-9%
dari tumor pediatri, dan 50% dari tumor yang menempati area
sella-chiasmic. Tumor non glial yang paling sering pada anak terutama anak umur
5-10 tahun, distribusi sex sama pada laki-laki dan perempuan. Cranioparingioma
menyebabkan kerusakan progressif neurologik dan kematian karena terlibatnya
struktur suprasellar termasuk hipopisa,hipotalamus dan nervus optikus. Gejala
yang timbul tergantung lokasi tumor. Bila pada suprasellar menyebabkan sakit
kepala dan gangguan endokrin. Tumor retrochiasmatic menimbulkan obstruktif
hidrosepalus, hipertensi intrakranial, odem papil dan tumor prechiasmatic
menurunkan ketajaman visual dan atropi optik.
Evaluasi preoperatif
termasuk pemeriksaan:
CTscan,MRI,neurooptamologi,neuroendokrinologi dan neuropsikologi. Anak bisa denga
hipotiroidism,defisiensi growth hormon & kortikotropin atau diabetes
insipidus yang memerlukan pergantian hormon kortikosteroid dan hormon
tiroid sebelum operasi.Diabetes insipidus jarang timbul sebelum operasi tetapi
beberapa jam sesudah operasi dengan poliuri yang hebat menyebabkan
hipovolemia,hipernatremia,hiperosmolality dan osmolalitas urine<200 0="" 1="" akan="" akibat="" anestesi="" awal="" bentuk="" berlangsung="" biasanya="" bila="" bisa="" buruk="" cairan="" craniotomi="" dalam="" dan="" darah="" dengan="" desmopressin="" diabetes="" diantaranya="" diberi="" diberikan="" diganti="" dilakukan="" dipertahankan.="" disertai="" disfungsi="" diuresis="" dosis="" dosisnya="" elektrolit="" emerlukan="" epilepsy.="" frontalis="" gula="" hari="" harus="" hidrosepalus="" icp="" insidens="" insipidus.="" intranasal="" intravena="" iskemia="" jangka="" kadang="" kadar="" kasus.="" kerusakan="" keseimbangan="" kg="" lama="" late="" lobus="" mengganggu="" merupakan="" mg="" mikroskopik="" mosm.="" nbsp="" o:p="" onset="" operasi="" operatif="" osmolalitas="" otak="" pada="" panjang="" pembedahan="" pengangkatan="" pengelolaan="" pengobatan="" perfusi="" post="" problem="" saat="" sama="" sedangkan="" seharusnya="" sekunder="" selalu="" stadium="" supratentorial.="" tehnik="" terjadi="" termasuk="" terpilih="" tetapi="" tinggi="" tumor="" vaskular="" vasopressin="" ventrikulostomi.="" via="" yang="">200>
Komplikasi post operatif antara lain kejang, diabetes
insipidus dan hipotermia karena injuri pusat thermoregulator pada
hipotalamus. Kadar glukosa harus dipantau secara cermat. Pemberian cairan
disamping kebutuhan pemeliharaan ditambah 75% kehilangan urine/jam
sebelumnya, berpedoman pada serum elektrolit. Propilaktis anti kejang
disarankan karena bisa terjadi kejang post operasi sebaiknya pasien dirawat di
ICU.
ANOMALI SEREBROVASKULAR
Aneurisma arteri jarang pada anak tetapi arteriovenous malformation (AVM) sering tidak terdeteksi
sampai umur 40-50 tahun dan hanya 18% muncul dibawah umur 15 tahun, bisa
kongenital maupun didapat, merupakan tantangan buat neuroanestesiologist
terutama bayi dan anak. Insidens yang lebih tinggi ditemukan pada pasien
dengan sindrom angioplastik (Osler-Weber-Rondu syndrome,hereditary hemorrhage
telangiectasi,Wyber-Mason syndrome). Aneurisma dan AVM bawaan merupakan
perkembangan abnormal dari jaringan kapiller arteriole menghubungkan
sistem arteri dan vena. Aliran darah melalui sirkuit arteriokapiler dengan
resistensi rendah menyebabkan distensi dan dilatasi seluruh sistem vena diotak
dan kranium secara progressif. Beberapa anomali vaskular spesifik pada arteri
cerebral
posterior dan vena besar dari Galen biasanya muncul pada periode newborn dengan CHF. Dilatasi sakular vena Galen mungkin bersamaan dengan hidrosepalus karena obstruksi aquaductus Sylvius. Lokasi dominan pada anak adalah supratentorial.
posterior dan vena besar dari Galen biasanya muncul pada periode newborn dengan CHF. Dilatasi sakular vena Galen mungkin bersamaan dengan hidrosepalus karena obstruksi aquaductus Sylvius. Lokasi dominan pada anak adalah supratentorial.
Injuri
serebral bisa disebabkan salah satu atau lebih:
1.Perdarahan dengan
thrombosis dan infark.
2.Kompressi terhadap struktur neural yang berdekatan.
3.Iskemia parenchimal disebabkan oleh pencurian aliran darah kejaringan bertahanan rendah.
4.CHF dan hipoperfusi
5.Trauma pembedahan dan pengalihan aliran darah.
2.Kompressi terhadap struktur neural yang berdekatan.
3.Iskemia parenchimal disebabkan oleh pencurian aliran darah kejaringan bertahanan rendah.
4.CHF dan hipoperfusi
5.Trauma pembedahan dan pengalihan aliran darah.
Pasien AVM bisa membutuhkan
embolisasi aliran darah arteri dengan kontrol radiologi, stereotactic
radiosurgery sebagai terapi definitif dan klipping pembuluh darah mungkin
dilakukan baik sebagai prosedur satu satunya atau prosedur
lanjutan. Sasaran ahli anestesi adalah
meminimalkan tekanan transmural pada aneurisma untuk mencegah pelebaran
atau ruptur aneurisma dimana CPP tetap dipertahankan untuk mencegah
iskemia otak.
Pertimbangan spesifik anestesi anak dengan AVM:
1.Patofisiologi sebelumnya :
Adakah kenaikan ICP atau bersamaan dengan CHF?
Atau adakah defect bawaan ?
2.Patofisiologi sehubungan umur :
Adakah immaturitas dari sistem organ?
3.Kemungkinan hilang darah yang massif harus diantisipasi
Adakah kenaikan ICP atau bersamaan dengan CHF?
Atau adakah defect bawaan ?
2.Patofisiologi sehubungan umur :
Adakah immaturitas dari sistem organ?
3.Kemungkinan hilang darah yang massif harus diantisipasi
Simptomatologi
tergantung umur berapa saat penyakit itu ada.Pada
anak yang lebih tua sering bersamaan dengan perdarahan subarachnoid dan
intraventrikular. Lebih dari 70% pasien pediatri, AVM sebagai penyebab
perdarahan subarachnoid dan 25% gejalanya adalah kejang. AVM pada neonatus
adalah tantangan yang besar sebab sering bersama dengan CHF. Tahanan
rendah AVM menyebabkan overload volume dan gejala gagal jantung kanan,
memerlukan inotropik dan intubasi ,ventilasi mekanik sebelum operasi.
Sebagai
tambahan monitor rutin,dua kateter intravena ukuran besar terpasang,serta kateter arteri , CVP dan kateter urin
penting. Intervensi pembedahan terhadap satu atau lebih pembuluh darah
besar sering menyebabkan emboli udara yang bermakna untuk itu monitor
precordial Doppler adalah essensial. Prinsip tehnik anestesi ,hindarkan depresi
kardiovaskular dan hipertensi waktu induksi. Dosis besar pentotal atau propopol,lidokain hindarkan tetapi dosis
moderat pentotal,narkotik dan pelemas otot non depolarisasi disarankan serta
premedikasi sedatif membantu lancarnya induksi. Pemeliharaan anestesi sama
dengan anestesi tumor supratentorial.
Pada
pasien AVM lebih disukai normokapni karena hipokapni akan menurunkan CBF kepembuluh darah normal dan menambah aliran
ke AVM. Bila tanpa CHF maka hipotensi terkontrol dapat digunakan saat ligasi
AVM, dengan trimethaphan,nitrogliserin dan nitroprusid. Mempertahankan suhu
tubuh normal sangat sulit apalagi transfusi massif diperlukan,untungnya modest
hipotermia (34C) dapat memproteksi otak dengan menurunkan CMRO2 tanpa
menimbulkan komplikasi post operatif dan bila hipertermia harus diterapi secara
agressif.
Vasospamo serebral perlu dideteksi dan dicegah periode post operatif dengan transcranial Doppler sonography dan calcium antagonist sebagai terapi pilihan karena vasospasmo memperburuk outcome. Pasien dengan CHF maupun dengan defisit neurologi yang berat sebaiknya tetap tersedasi dan terintubasi dan dirawat di ICU .Tak hanya analgetik tetapi terapi antihipertensi diperlulukan untuk mencegah kenaikan mendadak tekanan darah yang mencetuskan rebleeding.
Vasospamo serebral perlu dideteksi dan dicegah periode post operatif dengan transcranial Doppler sonography dan calcium antagonist sebagai terapi pilihan karena vasospasmo memperburuk outcome. Pasien dengan CHF maupun dengan defisit neurologi yang berat sebaiknya tetap tersedasi dan terintubasi dan dirawat di ICU .Tak hanya analgetik tetapi terapi antihipertensi diperlulukan untuk mencegah kenaikan mendadak tekanan darah yang mencetuskan rebleeding.
Pasien
aneurisma venous of Galen walaupun jarang tetapi mortalitinya 75% dimana neonatus dengan CHF,makrokrania,suara aliran
darah terdengar via fontanella anterior dan embolisasi dilakukan sebelum
operasi. Tetapi anak yang lebih tua sering mengeluh seperti migrain
tetapi mortalitasnya rendah. Pengelolaan anestesi termasuk
monitoring cardiovaskular yang agressif hindarkan
hipotensi dan hipovolemia dan tekanan diastolik yang rendah akan
mengganggu perfusi jantung.Saat klipping aneurisma terjadi peningkatan
ventrikular afterload secara mendadak dan gagal jantung memerlukan
inoropik dan vasodilator.
N20 dihindarkan karena pengaruh inotropik negatif dan meningkatkan resistensi vaskular pulmonal.
N20 dihindarkan karena pengaruh inotropik negatif dan meningkatkan resistensi vaskular pulmonal.