Teknik khusus
yang digunakan dalam pemeriksan klinis kulit termasuklah:
1.
Pemeriksaan Lampu Wood
Lampu
Wood menghasilkan sinar ultraviolet 360 nm, (atau sinar “hitam”) yang dapat
digunakan untuk membantu evaluasi penyakit-penyakit kulit dan rambut tertentu.
Dengan lampu Wood, pigmen fluoresen dan perbedaan warna pigmentasi melanin yang
subtle bisa divisualisasi;
Gambar
1: Lampu Wood2
Prinsip:
Sinar Wood diarahkan ke lesi akan dipantulkan
berdasarkan perbedaan berat molekul metabolit organisme penyebab,
sehinggamenimbulkan indeks bias berbeda, dan menghasilkan pendaran
warnatertentu.
Alat :
Lampu Wood dan
ruangan kedap cahaya
Cara :
·
Kulit dan rambut yang akan
diperiksa harus dalam keadaan sealamiah mungkin.
·
Obat topikal, bahan kosmetik,
lemak, eksudat harus dibersihkanterlebih dahulu karena dapat memberikan hasil
positif palsu.
·
Pemeriksaan harus dilakukan di
dalam ruangan kedap cahaya agar perbedaan
warna lebih kontras.
·
Jarak lampu Wood dengan lesi yang
akan diperiksa ±10-15cm
·
Lampu Wood diarahkan ke bagian
lesi dengan pendaran paling besar/jelas
Gambar
2 : Fluoresensi merah muda koral pada eritrasma di alat kelamin laki-laki3
Gambar
3: Vitiligo sebelum disinar lampu Wood (kiri) dan setelah disinar lampu Wood
(kanan)4
Tabel
1 : Kegunaan Lampu Wood3
2.
Diaskopi
Diaskopi
terdiri dari penekanan pada lesi dengan menggunakan sebuah lensa datar
transparan atau objek lain (seperti slide kaca atau sekeping plastik yang tidak
berwarna, jernih, dan kaku).5Alat ini mengkompresi darah dari
pembuluh darah kecil, supaya warna lain pada lesi dapat dievaluasi.3 Diaskopi
membantu pemeriksa menilai seberapa banyak darah intravaskular sebuah lesi yang
merah atau ungu. Jika lesi terutama terdiri dari kongesti vaskular, diakopi
akan memucat. Tekanan yang lebih kuat pada kapiler akan mendorong sel darah
merah ke dalam pembuluh darah di sekitarnya yang mempunyai tekanan yang lebih
rendah. Jika pada diaskopi gagal terjadi pucat, atau pucat tidak sempurna, hal
ini bermakna banyak sel darah merah mengalami ekstravasasi atau jaringan
pembuluh yang berisi darah tersebut abnormal, sehingga tidak memungkinkan sel
lewat dengan sempurna. Sarkoma Kaposi mencakup baik pembuluh darah neoplastik
aberan maupun eritrosit yang ekstravasasi, sehingga tidak memucat.5
Pada nodul granulomatous, tampak gambaran warna kecoklatan yang trasnlusen,
dikenal sebagai nodul ‘apple jelly’ (contohnya pada lupus vulgaris).3
Gambar
4: Diascopy highlights the "apple
jelly" coloration of cutaneous sarcoidosis.5
Gambar
5: Granulomatous rosacea after diascopy6
3.
Dermoskopi
Dermoskop, juga
dikenal sebagai mikroskop epiluminesens adalah lensa tangan dengan built-in lighting dan magnifikasi 10x
hingga 30x ; dermoskop membantu inspeksi terhadap lapisan kulit epidermis yang
lebih dalam dan dalam lagi secara non-invasif. Dermoskopi sangat berguna untuk
lesi pigmentasi bagi membedakan corak pertumbuhan yang jinak atau ganas.1
Gambar 6, 7 : Dermoskop7
Dermoskopi digital terutama bermanfaat dalam memonitor
lesi kulit pigmentasi karena gambaran atau imej yang diperiksa disimpan secara
elektronik dan bisa didapatkan kembali dan diperiksa di kemudian hari agar bisa
dibandingkan secara kuantitatif dan kualitatif serta untuk mendeteksi perubahan
lesi seiring dengan waktu. Dermoskopi digital menggunakan program analisis imej
komputer (computer image analysis program) yang bisa:1
-menyediakan pengukuran yang objektif
terhadap perubahan
-penyimpanan, pengambilan, dan
transmisi imej yang cepat kepada spesialis untuk diskusi lanjutan
(teledermatology)
-ekstraksi gambaran morfologi untuk
analisis numerikal.
Namun yang demikian, dermoskopi dan dermoskopi digital
memerlukan pelatihan yang khusus.1
Gambar 8: Dermoskop digital8
Gambar 9: Dermoscopy signs in favor of seborrheic keratosis9
2.2 Tanda-tanda klinis (Clinical signs)
Darier sign
Darier’s sign
adalah urtikaria dan halo eritematosa yang terbentuk sebagai respon terhadap
penggosokan atau penggoresan lesi mastositosis kutaneus.10
Darier’s sign
dinamai dari dermatologis Perancis yang pertama kali menggambarkan tanda
tersebut, Ferdinand-Jean Darier. Deskripsi mastositosis pertama kali dibuat
oleh Nettleship dan Tay pada tahun 1869, dan pada tahun 1878, Sangster
menciptakan istilah urtikaria pigmentosa. 10
Metode Elisitasi
Metode Elisitasi
Pada Darier’s
sign klasik, penggosokan lesi dengan lembut akan diikuti oleh rasa gatal, eritema dan
pembentukan urtika dalam 2 hingga 5 menit. Hal ini mungkin terjadi selama 30
menit hingga beberapa jam. Pada anak, vesikulasi bisa terjadi pada lesi yang
digosok.Walaupun tanda ini positif pada kulit yang berlesi, namun, tanda ini juga
bisa positif pada kulit yang secara klinisnya normal pada pasien dengan
mastositosis. Pada pseudoxanthomatous mastocytosis, suatu variant dari diffuse
cutaneous mastocytosis, yang akan timbul hanyalah eritem tampa urtika.10
- Cutaneous mastocytosis:Pada urticaria pigmentosa, bentuk klinis paling
sering dari cutaneous mastocytosis, Darier's sign terdapat pada 94% kasus.10
- Leukemia kutis: Leukemia kutis terjadi pada 25-30% bayi dengan leukemia
kongenital dan lebih sering terkait dengan leukemia myeloid akut
berbanding leukemia limfoblastik akut. Lesi ‘seperti-urtikaria-pigmentosa’
telah dilaporkan pada leukemia limfoblastik akut.10
- Juvenile xanthogranuloma:Juvenile xanthogranuloma adalah merupakan bentuk
paling sering dari histiocytosis sel non-Langerhans. Nagayo et al.melaporkan
terdapat tanda Darier pada kelainan ini.10
- Histiocytosis
X : Foucar et al.menerangkan bahwa terdapat
Darier's sign yang positif pada pasien dengan ‘mast cell rich variant' dari histiocytosis X.10
- Lymphoma:
Pada beberapa kasus
jarang, Darier's sign telah dilaporkan terdapat pada cutaneous large T-cell lymphomadan
padanon-Hodgkin's lymphoma.10
Signifikan
Darier's sign merupakan patognomonik dari mastositosis kutaneus walaupun beberapa pasien mungkin mengalami rasa gatal atau urtika yang sedikit atau sama sekali tidak ada walaupun kulit tersebut menunjukkan populasi padat sel mast, terutama pada pasien dengan riwayat yang lama dengan kelainan tersebut. Walaubagaimanapun, Darier’s sign tidak 100% spesifik untuk mastositosis sejak pertama kali ia dideskripsikan, meskipun jarang, pada xanthogranuloma juvenil dan leukemia limfoblastik akut.10
Darier's sign merupakan patognomonik dari mastositosis kutaneus walaupun beberapa pasien mungkin mengalami rasa gatal atau urtika yang sedikit atau sama sekali tidak ada walaupun kulit tersebut menunjukkan populasi padat sel mast, terutama pada pasien dengan riwayat yang lama dengan kelainan tersebut. Walaubagaimanapun, Darier’s sign tidak 100% spesifik untuk mastositosis sejak pertama kali ia dideskripsikan, meskipun jarang, pada xanthogranuloma juvenil dan leukemia limfoblastik akut.10
Auspitz sign
Auspitz’ Sign,
atau Auspitz’ Symptom (dinamai dariHeinrich Auspitz,
1835-1886), merupakan perdarahan pin-point dan lambat yang terjadi setelah
sisik psoriasis diangkat. Auspitz’ Sign
terjadi karena dibawah lesi psoriasis, kapiler-kapiler di bawah epidermis
adalah sangat banyak dan berlingkar-lingkar, dan berada sangat dekat dengan
permukaan kulit, sehingga pengangkatan skuama tersebut pada dasarnya akan menarik
bagian atas kapiler-kapiler tersebut, yang akhirnya menyebabkan perdarahan.11Auspitz
sign juga dapat ditemukan pada kelainan skuama yang lain seperti pada Darier's diseasedan
keratosis aktinik.
Auspitz’ Sign bisa
digunakan sebagai sarana diagnostik untuk psoriasis, dengan peringatan bahwa
beberapa penyakit lain juga menghasilkan
Auspitz’ Sign. Walaubagaimanapun, kombinasi dari kulit yang menebal,
meradang, dengan skuama yang berwarna silver dan Auspitz’ Sign merupakan ciri
unik dari psoriasis.12 Sebaliknya, sebuah laporan dari Bernhard
(1990) menyimpulkan bahwa hanya minoritas dari pasien psoriasis yang mempamerkan Auspitz’ Sign; yang memberi arti
bahwa ia bukanlah tes yang baik walaupun disertai dengan simptom psoriasis yang
lain.13Namun yang demikian, laporan ini telah diabaikan.11
Cara untuk
melakukan tes ini adalah dengan mengerok skuama dengan perlahan menggunakan
object glass hingga skuama habis. Hasilnya positif apabila terdapat
bintik-bintik perdarahan sebagai akibat dari papilomatosis.
Nikolskiy sign
Nikolsky sign dinamai dari dermatologis Russia Piotr
Vasiliyevich Nikolskiy yang mendeskripsikannya pada tahun 1894.13Nikolskiy
sign yang positif menunjukkan pembelahan intraepidermal dan membedakan lepuh
intraepidermal dari lepuh subepidermal.13 Tanda ini merupakan
patognomonik dari pemfigus dan staphylococcal
scalded skin syndrome.13Nikolsky sign juga bisa dielisitasi pada
ichthyosis bullosa of Siemens (yang
jarang terjadi), di mana ia dinamakan sebagai `mauserung phenomenon'.13
Tanda ini dielisitasi dengan memberikan tekanan
lateral dengan menggunakan ibu jari atau fingerpad pada kulit pada tonjolan
tulang (bony prominence). Hal ini akan menyebabkan tekanan penggeseran yang
akan memisahkan lapisan atas epidermis dari lapisan bawah epidermis.13 Penghapus
(rubber eraser) atau sebarang objek
tumpul yang bisa mencengkeram kulit dengan utuh juga bisa digunakan. Nikolsky
sign juga bisa dielisitasi pada mukosa oral dengan menggunakan penghapus atau
swab kapas.
Penyebab
tersering:
- Kondisi
autoimun (Pemphigus vulgaris)
- Infeksi
bakteri ( Scalded skin syndrome)
- Toxic drug reaction (Toxic epidermal necrolysis)
Nikolskiy sign memberikan hasil positif pada fase
aktif atau progresif penyakit pemfigus. Bila tanda ini menjadi negatif pada
pasien yang menerima terapi imunosupresif, hal ini memnunjukkan berakhirnya
fase akut dari penyakit tersebut.13 Namun demikian, kemunculan
kembali saat pengobatan menunjukkan terjadinya flare-up.13 Pasien ini akan memerlukan peningkatan dosis
imunosupresan atau pemberian obat baru.
Istilah "Nikolskiy phenomenon" digunakan
bila lapisan superfisial epidermis dirasakan bergerak melewati lapisan yang
lebih dalam lagi, dan tidak seperti pada Nikolsky’s sign yang hanya membentuk
erosi, pada Nikolsky phenomenon, lesi lepuh terbentuk setelah beberapa waktu.13
Asboe-Hansen sign
Asboe-Hansen sign (juga dikenal sebagai "indirect Nikolsky sign" atau
"Nikolsky II sign") pertama kali dideskripsikan pada tahun 1960 oleh
Gustav Asboe Hansen (1917-1989), seorang dermatologis Danish.14Asboe-Hansen sign juga dikenal sebagai blister-spread sign
yang merujuk kepada terjadinya ekstensi dari lepuh terhadap kulit normal yang
berdekatan dengan lepuh tersebut apabila diberikan tekanan di atas bula
tersebut.14
Pembentukan
lepuh yang angular terkait dengan penyakit akantolitik intraepidermal seperti
pemfigus, sedangkan pembentukan lesi lepuh yang bulat terkait dengan penyakit
akantolitik subepidermal seperti pemfigus bulosa. 14Asboe-Hansen
sign juga bisa ditemukan pada erupsi obat bulosa.14 Tanda ini sama
sekali berbeda dari Nikolsky Sign.
milJ� ie�^�@�an","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";mso-fareast-language:IN'>
2. Menyediakan alternatif yang aman pada pasien dengan alergi
dan membuktikan toleransi.
Pasien dengan alergi penisilin yang diklaim memiliki risiko meningkat
sekitar sepuluh kali lipat memiliki reaksi alergi terhadap obat antimikroba
selain penisilin dan sefalosporin. Lebih lengkapnya akan dibahas pada contoh
kasus.
3. Hilangkan reaktivitas silang-obat yang terbukti
menyebabkan hipersensitivitas.
Pasien dengan riwayat alergi terhadap penisilin dan tes kulit positif
mempunyai peningkatan resiko tiga kali lebih tinggi jika suatu sefalosporin
diberikan, oleh karena itu TP dalam kondisi yang terkendali setelah
melakukan tes kulit, penting dilakukan sebelum rating sefalosporin
mengganggu.
4. Menetapkan diagnosis pada kasus-kasus dengan riwayat
yang sugestif namun dengan tes yang negatif (kulit atau in vitro).
Untuk mengklarifikasi hipersensitivitas obat yang dicurigai pada tes kulit
biasanya adalah hal pertama yang akan dilakukan, tetapi sering dengan
hasil negatif. Agen penyebabnya kemudian hanya dapat diidentifikasi
dengan TP.
Tes provokasi dikatakan positif jika hasilnya menunjukkan gejala yang
sebenarnya. Jika reaksi sebenarnya diwujudkan dengan gejala yang subjektif dan
pada pengujian ulang menunjukkan hal yang sama, gejala yang tidak diverifikasi,
maka tes berulang dengan plasebo harus dilakukan. Jika dengan placebo hasilnya
negatif, maka pengulangan dengan dosis obat sebelumnya sangat direkomendasikan.
Nilai prediktif TP terutama tergantung pada jenis / mekanisme reaksi dan
obat yang terlibat. Seorang dokter dalam melakukan TP untuk reaksi
hipersensitivitas obat harus mengetahui literatur tertentu dan kebutuhan
pengalaman yang cukup dalam membedakan banyak alasan untuk hasil tes false-negatif
dan false-positif. Alasan ini adalah banyak tetapi dapat
dievaluasi dan dihindari di sebagian besar kasus.
2.4 Pemeriksaan Radiologi dan Imaging
Karena
kelainan pada kulit bisa dilihat dengan mata telanjang, pemeriksaan radiologi
dan imaging pada penyakit-penyakit kulit memiliki kepentingan yang lebih rendah
berbanding pada spesialti yang lainnya. Namun yang demikian, pemeriksaan ini
masih memainkan peran yang penting dalam dermatologi pada kasus-kasus tertentu.
Dalam
praktek dermatologi, Ultrasonografi (USG), Magnetic Resonance Imaging (MRI),
scan radioisotope, dan PET scan semuanya digunakan terutama untuk yang
berkaitan dengan deteksi limfadenopati atau keganasan kulit metastatik yang
lainnya. Peran Ultrasound resolusi
tinggi semakin penting dalam dokumentasi pembesaran nodul dan infiltrasi tumor,
serta bisa digunakan untuk memandu biopsi.3
Selain
dari itu, prosedur radiologi juga digunakan untuk menilai dengan tepat lesi
tebal pada skleroderma, derajat ekstensi infeksi pada selulitis tipe berat (dan
membedakannya dari necrotizing fasciitis menggunakan MRI), serta assessment
invasi lokal tumor.3
Teknik-teknik
imaging juga berperan penting dalam manajemen penyakit seperti
neurofibromatosis, di mana terdapat keterlibatan sistem saraf pusat, atau dalam
penilaian perubahan otot pada dermatomiositis.3
Limfosintigrafi
mungkin berguna untuk penilaian fungsi sistem limfatik pada ekstremitas bawah
yang edem.3