C.
Obat
Pelumpuh Otot ( Muscle Relaxant )
1. Succynil
choline
Merupakan pelumpuh otot depolarisasi
dengan mula kerja cepat, sekitar 1 – 2 menit dan lama kerja singkat sekitar 3 –
5 menit sehingga obat ini sering digunakan dalam tindakan intubai trakea. Lama
kerja dapat memanjang jika kadar enzim kolinesterase berkurang, misalnya pada
penyakit hati parenkimal, kakeksia, anemia dan hipoproteinemia.
Komplikasi dan efek samping dari obat
ini adalah bradikardi, bradiaritma dan asistole, takikardi dan takiaritmia,
peningkatan tekanan intra okuler, hiperkalemi dan nyeri otot fasikulasi.
Obat ini tersedia dalam flacon berisi
bubuk 100mg dan 500 mg. Pengenceran dengan garam fisiologis / aquabidest steril
5 atau 25 ml sehingga membentuk larutan 2% sebagai pelumpuh otot jangka pendek.
Dosis untuk intubasi 1 – 2 mg / kgBB/IV.
2. Atrakurium besilat (tracrium)
Merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi yang
mempunyai struktur benzilisoquinolin yang berasal dari tanaman leontice
leontopetaltum. Beberapa keunggulan atrakurium dibandingkan dengan obat
terdahulu antara lain adalah :
· Metabolisme terjadi dalam darah (plasma) terutama melalui
suatu reaksi kimia unik yang disebut reaksi kimia hoffman. Reaksi
ini tidak bergantung pada fungsi hati dan ginjal.
·
Tidak
mempunyai efek kumulasi pada pemberian berulang.
·
Tidak
menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskuler yang bermakna
Mula dan lama kerja antrakurium bergantung pada dosis
yang dipakai. Pada umumnya mulai kerja
antrakium pada dosis intubasi adalah 2-3 menit, sedang lama kerja antrakium
dengan dosis relaksasi 15-35 menit. Pemulihan fungsi saraf otot dapat terjadi
secara spontan (sesudah lama kerja obat berakhir) atau dibantu dengan pemberian
antikolinesterase. Antrakurium dapat menjadi obat terpilih untuk pasien
geriatrik atau pasien dengan penyakit jantung dan ginjal yang berat.
Kemasan 1 ampul berisi 5 ml yang mengandung 50 mg
atrakurium besilat. Stabilitas larutan sangat bergantung pada penyimpanan pada
suhu dingin dan perlindungan terhadap penyinaran.
Dosis intubasi : 0,5 – 0,6 mg/kgBB/iv
Dosis relaksasi otot : 0,5 – 0,6 mg/kgBB/iv
Dosis pemeliharaan : 0,1 – 0,2 mg/kgBB/ iv
D.
Antagonis Muscle
Relaxant
Neostigmin Metil Sulfat ( Prostigmin )
Merupakan
antikolinesterase yang dapat mencegah hidrolisis dan menimbulkan akumulasi
asetilkholin. Obat ini mengalami metabolisme terutama oleh kolinesterase serum
dan bentuk utuh obat sebagian diekskresi melalui ginjal. Mempunyai efek
nikotinik, muskarinik dan stimulan otot langsung. Efek muskarinik antara lain
bradikardi, hiperperistaltik, dan spasme saluran cerna, pembentukan sekret
jalan nafas dan kelenjar liur, bronkospasme, berkeringat, miosis dan kontraksi
vesika urinaria. Dosis 0,5 mg
bertahap hingga 5 mg. Biasanya diberikan bersama – sama dengan atropin dosis 1
– 1,5 mg.
E.
Analgetik
Remopain
Secara
farmakologi merupakan ketorolac trometamin yaitu senyawa anti inflamasi
nonsteroid ( AINS ) yang bekerja dengan cara menghambat biosintesis prostaglandin
dengan aktivitas analgesik yang kuat baik secara perifer maupun sentral, di
samping itu mempunyai efek antiinflamasi dan antipiretik. Digunakan untuk
penalaksanaan nyeri akut, dengan penggunaan tidak lebih dari 5 hari.
Kontraindikasi
: pada pasien yang alergi dengan ketorolac trometamin, aspirin, atau obat AINS
lainnya, tukak lambung aktif, pasien dengan penyakit cerebrovaskuler, pasien
dengan riwayat penyakit asma, gangguan ginjal berat, proses persalinan , ibu
menyusui, gangguan hemostasis. Ketorolac dapat memperpanjang waktu perdarahan
Adapun efek sampingnya : pada saluran cerna dapat terjadi
dispepsi, mual, diare. Pada SSP seperti sakit kepala, edema dan rasa sakit pada
tempat suntikan. Dosis maksimal adalah 120 mg/hari. Sediaan : ampul 30 mg/1ml,
10 mg/1ml, diberikan secara intravena.
F. Intubasi
Trakea
Suatu tindakan
untuk
memasukkan pipa khusus ke dalam trakea, sehingga jalan nafas bebas hambatan dan
nafas mudah dikendalikan. Intubasi trakea bertujuan untuk :
1. Mempermudah
pemberian anestesi.
2.
Mempertahankan
jalan nafas agar tetap bebas dan kelancaran pernafasan.
3. Mencegah
kemungkinan aspirasi lambung.
4. Mempermudah
penghisapan sekret trakheobronkial.
5. Pemakaian
ventilasi yang lama.
6. Mengatasi
obstruksi laring akut.
G.
Terapi
Cairan
Terapi
cairan perioperatif bertujuan untuk :
1. Mencukupi
kebutuhan cairan, elektrolit dan darah yang hilang selama operasi.
2. Replacement
dan dapat untuk tindakan emergency pemberian obat.
Pemberian cairan operasi dibagi :
1. Pra
operasi
Dapat terjadi defisit cairan kaena kurang
makan, puasa, muntah, penghisapan isi lambung, penumpukan cairan pada ruang
ketiga seperti pada ileus obstruktif, perdarahan, luka bakar dan lain – lain.
Kebutuhan cairan untuk dewasa dalam 24 jam adalah 2 ml / kgBB / jam. Bila
terjadi dehidrasi ringan 2% BB, sedang
5% BB, berat 7% BB. Setiap kenaikan suhu 10 Celcius kebutuhan cairan bertambah 10 – 15 %.
2. Selama
operasi
Dapat terjadi
kehilangan cairan karena proses operasi. Kebutuhan cairan pada dewasa untuk
operasi : a. Ringan = 4 ml / kgBB / jam
b. Sedang = 6 ml / kgBB / jam
c. Berat = 8 ml / kg BB / jam
Bila terjadi
perdarahan selama operasi, dimana perdarahan kurang dari 10% EBV maka cukup
digantikan dengan cairan kristaloid sebanyak 3 kali volume darah yang hilang.
Apabila perdarahan lebih dari 10 % maka dapat dipertimbangkan pemberian plasma
/ koloid / dekstran dengan dosis 1 – 2 kali darah yang hilang.
3. Setelah
operasi
Pemberian cairan
pasca operasi ditentukan berdasarkan defisit cairan selama operasi ditambah
kebutuhan sehari – hari pasien.
H.
Pemulihan
Pasca
anestesi dilakukan pemulihan dan perawatan pasca operasi dan anestesi yang
biasanya dilakukan di ruang pulih sadar atau recovery room yaitu ruangan untuk
observasi pasien pasca operasi atau anestesi. Ruang pulih sadar adalah batu
loncatan sebelum pasien dipindahkan ke bangsal atau masih memerlukan perawatan
intensif di ICU. Dengan demikian
pasien pasca operasi atau anestesi dapat terhindar dari komplikasi yang
disebabkan karena operasi atau pengaruh anestesinya.