b:if cond='data:blog.pageType == "item"'>

Sabtu, 30 November 2013

balada dokter

thumbnail Title: balada dokter
Posted by:Unknown
Published :2013-11-30T20:55:00-08:00
Rating: 4.5
Reviewer: 7 Reviews
balada dokter


Pesta demokrasi, era dimana rakyat Indonesia bebas menentukan pilihannya untuk menjadi pemimpin dan wakil mereka. Membuat para kandidat calon kepala negara, daerah hingga anggota legislatif berlomba-lomba memikat hati rakyat, terutama rakyat miskin & jelata yang memang mendominasi kondisi kesejahteraan sebagian besar rakyat Indonesia. Seolah tahu benar kelemahan rakyat para calon pemimpin ini memberikan janji-janji muluk ketika kampanyae, walaupun dalam perwujudannya kedepan seringkali justru membuat kekecewaan.

Para calon pemimpin memiliki berbagai cara untuk dapat menaklukan hati para pemilih, mulai membagikan kaos, sembako, hingga uang tunai untuk menarik simpati mereka. Tapi tak kalah juga janji-janji kampanye yang mereka umbar demi terpilinnya nanti saat pencoblosan. Janji apa yang paling banyak ditebar? ya, janji pendidikan dan pengobatan gratis adalah magnet penarik suara yang paling banyak di umbar oleh mereka para calon-calon penguasa di negeri ini.

Kenapa pendidikan dan kesehatan? karena keduanya termasuk bagian penting dlm kehidupan manusia. Nasib dunia pendidikan kita masih lbh baik, dengan APBN sektor pendidikan lbh dari 20%, walaupun besarnya anggaran tak menjamin pelaksaanaan pendidikan kita dapat beralngsung maksimal, diantaranya masih banyak kekurangan disana-sini, seperti banyaknya sekolahan rusak, anak putus sekolah, penyelewengan dana bos, pelaksanaan ujian nasional yang semrawut, dll. Bisa dibayangkan dengan kecilnya (sekitar 2,7% APBN kesehatan) kita, akan seperti apa pelaksanaan layanan kesehatan bagi masyarakat di negeri ini?

Dengan minimnya anggaran kesehatan yang selama ini diberikan, apakah salah jika membuat kami para tenaga kesehatan akhirnya gusar? apa dengan anggaran seminim itu kami harus diam, ketika melihat pencitraan para oknum penguasa, namun mencoreng muka dokter dan tenaga kesehatan Indonesia? apakah dengan buaian janji manis pengobatan gratis itu, masyarakat benar-benar sudah mendapatkan pengobatan yang layak atau justru membuat si sakit menjadi tambah sakit?

Kami sebut jika para oknum penguasa ini melakukan politik pencitraan dengan mencoreng muka kami para tenga kesehatan (politisasi). Karena bukan mereka yang berhadapan langsung dengan pasien dan masyarakat, tapi kami yang setiap hari menjadi tameng pencitraan politik mereka. Sejatinya kami ingin melayani dengan baik, tapi bagaimana itu dapat terwujud jika tdk disediakan fasilitas dan sarana mendukung yang memadai. Beberapa ilustrasi berikut mungkin akan membuka sedikit mata dan hati anda mengenai bagaimana pelayanan kedokteran Indonesia.

1. Pasien berobat ke puskesmas, didiagnosa penyakit X dan seharusnya diberikan obat A,B,C,D tapi karena obat kehabisan dan pasokan telat datang akhirnya terpaksa hanya diberi obat A,B. Besok lagi pasien dtg krn tak kunjung sembuh. Akhirnya kami yg menanggung malu karena tak bisa berikan layanan maksimal, akibat keterbatasan dan keterlambatan obat. Kenapa obat puskesmas bisa begitu terbatas? tanyalah pd pembuat kebijakan.

1385818173491197379
Sumber: Perbedaan kenyamanan di ruang tunggu rs adventis penang dan RSUD di Indonesia, doc: antara

2. Pasien berobat ke RSUD, antri sampai urutan ke 90, kondisi RSUD panas, sumpek, sesak, bau. Kebanyakan pasien RSUD adl pasien dengan fasilitas pengobatan gratis. Bukan mau membedakan, Ingin sekali RSUD memberikan ruang tunggu yang nyaman, ber AC, TV LED 42-60”, ada koran-majalah, hingga welcome drink tp apa daya dana RSUD terbatas, bahkan untuk beli TV, utk beli obat-obatan saja masih byk yg nunggak pd perusahaan obat.

3. Ingin dokter melayani dengan selalu tersenyum dan menyapa serta memeriksa dgn baik pasiennya. Tapi melihat banyaknya antrian, faktor kelelahan, bahkan untuk senyum pun sudah kesulitan, jika boleh jujur dokter juga tak mungkin bisa benar-benar fokus periksa satu persatu pasiennya. Dokter tak mungkin bisa kasih konsultasi/ ngobrol berlama-lama dgn pasien karena sdh diprotes pasien yang antri diluar karena kelamaan menunggu. Perlu diketahui idealnya diluar negeri dokter tak melayani lbh dari 20 pasien perhari, jadi konsultasi dpt berlangsung sekitar 20-30 menit perpasien. Di Indonesia, akibat janji pengobatan gratis, pasien membludak hingga angka 150 pasien/hari (pengalaman kami pribadi).

4. Kami ingin memberikan obat terbaik untuk pasien kami, bahkan kalau bisa mereka pasien yang ditanggung negara untuk berobat gratis akan kami resepkan obat paten sama halnya dengan mereka yang membayar dgn uang pribadi. Tapi apa daya, kami dibatasi, jenis obat pun sudah diatur sedemikian rupa dalam sebuah formulatorium, sehingga kami hanya bisa memberikan obat jenis tertentu, obat yang bahkan kami sendiri kadang meragukan efektifitasnya apakah benar-benar sudah sesuai dan memadai utk diberikan pada pasien kami. Jika ada yang bertanya, obat dokter indonesia ga manjur? kami memahami karena hanya itu yang dapat kami berikan.

5. Ingin kami melakukan pemeriksaan MRI, CT-Scan, Ensefalography, ecocardiography, dll pada pasien-pasien kami. Tapi apa daya, alat-alat itu hanya dimiliki rumah sakit-rumah sakit di kota besar. Minimnya dana pemerintah dan mahalnya alat tersebut membuat kami terpaksa melakukan pemeriksaan dengan alat sederhana untuk dapat menegakkan diagnosa penyakit.

Ingin kami merujuk pasien kami ke kota-kota besar untuk dapat dilakukan pemeriksaan lebih lengkap. Tapi kadang mereka (pasien) sendiri yang menolak karena ketiadaan biaya hidup diperkotaan. Apa lagi kami harus mengirimnya ke penang atau singapura yang lbh maju pelayanan kesehatanya? kami dokter bukan hanya memikirkan obat pasien, tapi biaya hidup keluarga pasien juga menjadi pertimbangan ketika harus merujuk mereka keluar kota. karena dalam janji pengobatan gratis biaya hidup keluargapasien tak ditanggung oleh asuransi atau jaminan pengobatan grartis.

6. Ingin kami sebelum operasi secar bisa menjelaskan secara detail dan gamblang resiko operasi dari A-Z pada pasien dan keluarganya. Tapi banyaknya pasien yang perlu segera dioperasi utk menyelamatkan ibu dan bayi, ditengah terbatasnya jumlah dokter ahli kandungan dan residen (calon dokter kandungan), membuat kami tak punya banyak waktu utk bisa menjelaskan semua baik pada pasien dan keluarga. Pertanyaanya, kenapa makin banyak orang operasi secar? karena semakin banyak kehamilan. Kenapa banyak kehamilan? karena jumlahpenduduk meningkat dan trend biaya bersalin gratis (jampresal) sehingga orang tak perlu memikirkan biaya bersalin, termasuk secar pun semua gratis, hingga akhirnya angka kehamilan dan persalinan meningkat drastis, dan program KB pun menjadi kacau

7. Kami ingin menyediakan transportasi, akomodasi bagi pasien dan keluarganya seperti cerita-cerita rumah sakit diluar negeri begitu pasien dimanja dan dilayani dengan begitu baik. Tapi apa daya bahkan ambulance kami saja jumlahnya terbatas dan beberapa diantaranya sudah tak layak jalan, apa lg menuntut minta helikopter supaya pasien dapat segera langsung dapat dirujuk/diantar  ke rumah sakit terlengkap sehingga nyawanya dapat segera diselamatkan seperti di luar negeri.

Kami juga ingin meyediakan apartement, hotel, losmen atau apapun itu untuk digunakan keluarga pasien-pasien kami istirahat selama menunggu pasien berobat seperti layaknya yang diberitakan di malaysia dan singapura. Tapi apa daya krn keterbatasan anggaran bahkan untuk bangunan-bangunan dan kamar-kamar dirumah sakit untuk pasien kami saja kondisinya masih banyak yang jauh dari layak dan nyaman untuk dihuni.

Membandingkan, mengkritik atau mencacat memanglah mudah. Tapi melihat kondisi dilapangan betapa sulitnya kami dokter dan tenaga kesehatan mengatur minimnya anggaran kesehatan, tp dituntut untuk melayani pasien-pasien selayaknya dokter dan rumah sakit diluar negeri hampir bisa dibilang akan terasa sangat berat, hingga mustahil. Bahkan untuk memberikan pelayanan standar saja masih bisa dibilang masih jauh dari hrapan.

Ingin kami memberikan sebuah pelayanan kesehatan seperti yang selalu diceritakan dan dituliskan oleh sahabat-sahabat kami yang berobat ke penang-malaysia, singapura, jerman, belanda hingga amerika. Jujur hal itu membuat kami iri dan merasa malu. Tapi apakah mungkin itu bisa diterapkan dinegara kita dengan tingginya jumlah rakyat miskin yang menggantungkan pengobatan gratis, sementara APBN kesehatan kita hanya kurang dari 3% dari total APBN Indonesia?

Berimbangkah jika seluruh pelayanan kesehatan di Indonesia dibandingkan dengan sistem pengobatan negara tetangga yang begitu baik? percayalah untuk kemampuan tenaga kesehatan negara kita tak kalah dari negara tetangga. Bahkan banyak lulusan dokter dari malaysia, yang mengambil pendidikan dokter di indonesia. Permasalahannya, sudah selayaknya negara meningkatkan anggaran kesehatan rakyatnya, memperbaiki fasilitas kesehatan dan memikirkan kesejahteraan para pekerja dan tenaga kesehatannya agar pelayanan kita tak begitu tertinggal jauh dengan malaysia dan singapura.

Pertanyaan selanjutnya adalah seriuskah pemerintah kita membangun sektor kesehatan dengan APBN sekecil itu? teringat seorang ekonom berbicara di tv, "jika negara ini tak ada koruptor, jika kekayaan negara dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat, maka setiap warga negara Indonesia tanpa bekerja pun bisa dibayar 20 juta tiap bulannya". Lalu kemana larinya uang rakyat? bahkan untuk sektor kesehatan yang begitu pentingpun jumlah anggarannya masih disunat.

Tabel Anggaran Kesehatan per kapita dan Persentase Anggaran Kesehatan Terhadap Gross Domestict Product dari Beberapa Negara (WHO 2009)
13858592611712866730
Sumber: APBN Berbagai Negara, Doc: WHO

Politik pencitraan oknum penguasa membuat masyarakat rakyat yang sudah terbuai dengan janji-janji pengobatan gratis, akhirnya melampiaskan kekecewaan langsing pada kami para dokter dan tenaga kesehatan, karena tak bisa mendapatkan akses layanan kesehatan sebaik di penang, (malaysia) atau singapura. Para tenaga kesehatan hanya pelaksana kebijakan, kami berusaha memberikan yang terbaik ditengah keterbatasan, kami terima buruknya pelayanan kami karena begitulah fakta yang terjadi dilapangan.

Tidak salah, jika media massa, dan masyarakat akhirnya mengkritik kami para tenaga kesehatan dan rumah sakit.  Tapi kurang tepat juga jika tanpa tahu persoalan mereka hanya menyudutkan dan membandingkan pelayanan kesehatan Indonesia dengan negara tetangga, tanpa tahu apa dan bagaimana sebenarnya sistem pembiayaan kesehatan di negara kita. Sistem pembiayaan dan anggaran yang sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan malaysia dan singapore yang benar-beanr concern untuk pembangunan di sektor kesehatan masyarakatnya. Kami siap terima kritik, tapi bantu kami juga untuk mengkritik para oknum penguasa dan pembuat kebijakan yang lalai memenuhi hak rakyatnya akan kesehatan!

Lebih jauh kami turun kejalan bukan sekedar membela dr. Ayu, dkk, bukan sekedar minta perbaikan kesejahteraan, tapi lebih jauh hal itu semata hanyalah fenomena gunung es dari berbagai persoalan yang melanda sistem kesehatan kita. Siapa yang akan merubah sistem itu jika bukan kami sendiri yang tahu dan benar-benar paham ada banyak ketidak beresan dan ketidak adilan dalam pelaksanaan dan pembangunan sektor kesehatan kita? sejujurnya "kami ingin memberikan pelayanan terbaik" bagi masyarakay, tapi maaf "kami tak bisa maksimal" karena berbagai persoalan dan permasalahan sistem kesehatan kita yang menghalangi kita. Bantu kami, dukung kami lakukan perubahan untuk sistem pelayanan kesehatan lbh baik.

Salam sehat dan saling menghargai


| bisnis online |

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar