Perbedaaan Anatomi pada anak sangatlah
berpengaruh terhadap proses pengobatan termasuk dalam reanimasi. Dan satu hal
yang penting anak itu bukan miniature orang dewasa. Perubahan Ukuran tubuh
karena Proses Pertumbuhan, perbedaan paling jelas antara anak-anak dan orang
dewasa berkaitan dengan ukuran tubuh, berat "normal" neonatus adalah
3 hingga 3,5 kg dengan ketinggian/panjang badan 50 cm, dan dalam waktu 10
sampai 15 tahun mereka akan berkembang dan tumbuh, berat badan mereka berkembang lebih dari 12x
(> 1200%) dan tinggi mereka lebih dari 3x (> 300%). Selama tahap awal
pengembangan tulang belakang Spinal cord menempati seluruh dari kanal di tulang
belakang seluruhnya, tetapi kemudian pada pertumbuhan spinal cord berakhir
karena proses "tertarik" dalam
kanal tulang belakang. Pada saat lahir durameter berakhir pada sacral ke 3 dan
4 sedangkan spinal cord pada tingkat L3 atau L4. Itu hanya terjadi pada akhir
tahun pertama kehidupan tingkat dewasa dicapai, yaitu, L1 untuk medullaris
konus dan S2 untuk kantung dural.
Pengelolaan
neuroanestesi pada pasien pediatri merupakan tantangan yang menarik bagi
neuroanesthesiologist karena memerlukan pengatahuan dan pengalaman
yang cukup mengenai anatomi, fisiologi yang normal dan
neuro fisiologi maupun neurofarmakologi serta europatofisologi
anak yang terus berkembang sangat berarti mulai dari masa neonatal
sampai remaja. Hal ini penting untuk mengerti kebutuhan khusus
yang diperlukan dalam praktek anestesi pediatrik yang aman.
Kekerapan
morbiditas dan mortalitas intraoperatif kelompok neonatal 10 kali lipat
dibandingkan kelompok usia yang lebih tua sementara bayi yang preterm (lahir
dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu) lebih mungkin terjadi
penyulit intraoperatif walaupun hanya pembedahan minor dibandingkan
kelompok aterm (antara 37 dan 42 minggu).
Penyulit
ini terjadi karena keterbatasan cadangan fisiologis
dan volume darah yang sedikit serta perubahan anatomi dan fisiologi yang
berlangsung terus sampai anak dewasa
terutama susunan saraf pusat yang belum lengkap dalam tahun pertama.
PERTIMBANGAN UMUM :
Definisi :
Newborn : 24 jam pertama kehidupan
Neonatus : bulan pertama kehidupan (28hari)
Bayi : tahun pertama kehidupan
Anak : 12 tahun pertama kehidupan
Newborn : 24 jam pertama kehidupan
Neonatus : bulan pertama kehidupan (28hari)
Bayi : tahun pertama kehidupan
Anak : 12 tahun pertama kehidupan
Transisi yang sangat signifikan terjadi dalam 24 jam sampai 72 jam setelah lahir dimana semua system berubah tetapi yang paling penting bagi ahli anestesi adalah system respirasi, sirkulasi dan renal.
Respirasi :
Cenderung terjadi obstruksi jalan nafas atas pada infant oleh sebab :
- Saluran nafas sempit mulai dari hidung, glottis, trakea.
- Adanya jaringan limpoid (tonsil,adenoid).
- Lidah relatif besar dibanding rongga mulut.
- Leher pendek dan dagu menyentuh dada.
Bila
terjadi obstruksi jalan nafas atas akan terlihat retraksi
suprasternal,substernal dan interkostal yang nyata pada anak yang besar
sementara pada infant tanda tanda ini harus diamati secara cermat untuk
mengetahui obstruksi lebih dini.Perlu dicatat bahwa infant hanya bisa
bernafas lewat hidung sehingga bila penyumbatan ringan saja dihidung, sudah bisa
menyebabkan kesulitan bernafas.
Laring
infant lokasinya agak cephalad (lebih tinggi) setinggi vertebra servikal
ke 4 dibandingkan dewasa setinggi vertebra servikalis ke 6 sumbu
panjangnya mengarah kebawah dan depan. Epiglottis infant kaku,sempit dan
berbentuk omega menonjol keposterior dengan sudut 45 derajat. Pita suara agak
miring keatas dan kebelakang. Semuanya menyulitkan laringoskopi/intubasi.
Jaringan areolar yang longgar dari glottis cenderung terjadi odem akibat
overhidrasi.Cincin krikoid bagian yang paling sempit pada jalan nafas
anak sehingga pipa trakeal sering tersangkut disitu,setelah melewati pita
suara dan kalau dipaksakan bisa menyebabkan trauma dan odem laryng. Sering
terjadi pada anak dengan kelainan bawaan terutama pada craniofacial dysostosis (Crouzon's disease dan Apert's syndrome). Bila
ini terjadi seharusnya pipa trakeal diganti dengan ukuran yang lebih kecil.
Trakea pendek lebih kurang 4cm sehingga dengan begitu penempatan dan fiksasi pipa trakea yang tepat adalah hal yang sangat penting. Thorak relatif sempit dan sternum lunak,rusuk horisontal,diapragma tinggi,abdomen besar semuanya menghambat pengembangan torak saat inspirasi.
Trakea pendek lebih kurang 4cm sehingga dengan begitu penempatan dan fiksasi pipa trakea yang tepat adalah hal yang sangat penting. Thorak relatif sempit dan sternum lunak,rusuk horisontal,diapragma tinggi,abdomen besar semuanya menghambat pengembangan torak saat inspirasi.
Selama
inspirasi kadang-kadang terbentuk tekanan negatif dalam abdomen menyebabkan
tertelannya udara atau gas anestesi sehingga abdomen distensi dan mudah terjadi
regurgitasi /aspirasi. Newborn sensitive juga terhadap PaO2, pemakaian 02 100%
bisa menurunkan ventilasi.Selama minggu pertama,hipoksia menstimulir ventilasi asal
temperatur normal,bila hipotermi tak ada respons ventilasi. Closing volume pada
newborn relatif tinggi bisa mengganggu tidal volume walaupun selama pernafasan normal,
bila dianestesi terjadi penurunan drastis functional residual capacity (FRC)
dengan meningkatnya penutupan airway mengakibatkan A-aO2 tension yang
lebih besar. Rasio ventilasi alveolar/ FRC 5:1 pada bayi ini salah satu faktor
mengapa pengambilan obat inhalasi lebih cepat dibanding dewasa,dimana induksi
yang cepat dengan obat inhalasi ini bisa menyebabkan hipotensi.
System
kardiovaskular
Bayi
baru lahir relatif overload cairan dihadapkan dengan perubahan mendadak sistem sirkulasi yang bisa menyebabkan
gagal jantung terutama pada neonatus dengan cacat jantung bawaan.
Kebanyakan penyakit jantung oleh karena cacat jantung bawaan
yang terjadi pada tahun pertama kehidupan. Cacat jantung bawaan ini tak
terdeteksi segera setelah lahir tetapi baru ketahuan sesudah dianestesi, ventilasi
mekanik atau perdarahan selama pembedahan. Darah bayi sampai umur 6 bulan
mengandung mayoritas fetal hemoglobin (HbF) mempunyai affinitas tinggi terhadap
oksigen sehingga sulit melepaskan oksigen kejaringan apalagi didukung suasana
alkalosis seperti hipokapnia. Kembali kesirkulasi fetal bisa saja terjadi oleh
berbagai situasi yang menyebabkan hipoksemi yang serius dan academia (seperti
RDS atau hernia diapragmatika bawaan.
Volume
darah neonatus lebih kurang 85 cc/kg, 6 minggu sampai
2 tahun 75cc/kg dan prematur 100cc/kg,Ini penting saat menentukan apakah
darah sudah saatnya diberikan berdasarkan presentase darah yang hilang
lebih 15% dari volume sirkulasi darah effektif.
Curah
jantung semenit per kg berat badan neonatus lebih besar dan mayoritas menuju
organ yang kaya vaskular seperti otak dan jantung menyebabkan induksi
anestesi lebih cepat . Makin muda anak makin cepat laju denyut jantungnya. Perlu
diingat tonus vagal terutama pada newborn sangat dominan sehingga cenderung
bradikardi berat dengan kardiak output yang rendah bila terjadi stimulasi vagal
waktu intubasi trakea.Oleh karena itu sulfas atropin haruslah selalu ada
sebagai vagolitik.
Masalah
bradikardi pada anak lebih riskan ketimbang takikardi, walaupun laju denyut
jantung lebih dari 230 kali permenit tampaknya tanpa penyulit yang nyata. Bila
anak berkembang takiaritmia, paling sering paroksismal atrial takikardi dimana
laju denyut jantung bisa mencapai 400x/menit namun bayi yang masih muda mampu menghantarkan
kecepatan yang tinggi ini dari atrium ke ventrikel pada ratio 1:1. Adanya
kecepatan yang tinggi ini walaupun sering karena idiopatik namun tetap dicurigai
kemungkinan adanya Wolf Parkinson White syndrome
atau tirotoksikosis.
Tekanan
darah sistolik pada anak menggambarkan kecukupan volume sirkulasi, untuk itu pemantauan
tekanan darah sistolik penting pada anak dan nilainya berbeda beda setiap
umur anak mulai lahir dan setiap tahunnya. Pergeseran dari syok jadi
overhidrasi sangat cepat pada neonatus dan bayi.
Batas
yang sempit antara hipotensi dan hipertensi akut menyebabkan resiko yang tinggi
buat neonatus terjadi iskemia serebral dan perdarahan intraventrikular.
Dalam memantau tanda tanda vital anak haruslah diperhatikan tingkat usianya.
Dalam memantau tanda tanda vital anak haruslah diperhatikan tingkat usianya.
Tabel tanda tanda vital dari anak
Umur BB(kg) Tekanan darah lajujantung frekuensi
sistolik(mmHg) x/menit nafas/mnt
================================================
prematur <2 -80="" -="" 120="" 160="" 35="" br="" nbsp=""> cukup umur >2,5 60 120 - 170 35 -60
1 tahun 10 90 100 - 130 20 -40
6 tahun 20 100 80 - 120 20 -25
12 tahun 40 115 60 - 100 18- 20
================================================
Diambil dari :Anesthesia and intensive care for The Neuro
surgical patient, Walters.
Fungsi ginjal dan kesimbangan air
Kemampuan
mengkonsentrasi urine dan penyimpanan air terbatas sehingga tak mampu
mengendalikan kelebihan air dan natrium terutama kalau infus terlalu cepat, sebaliknya
bila pemasukan Na dibatasi atau kehilangan yang meningkat (muntah,diare), ginjal
tak mampu menahan Na sehingga bayi cenderung dehidrasi atau overhidrasi.
Perbedaan yang menyolok
antara bayi, anak dan dewasa terlihat dalam respons dari susunan saraf
pusat(SSP). Pada waktu lahir otak beratnya kira kira 300-400 gram
(10-15)% berat badan dan pertumbuhan otak cepat mencapai 2x berat
lahir pada saat umur 6 bulan,900 gram pada umur satu tahun dan mencapai
berat 1200 gram pada saat umur 12 tahun. Volume otak terdiri dari parenchym
otak (70%), sisanya 30% (volume darah otak,cairan ektrasel dan
CSF(cerebrospinal fluid) atau cairan cerebrospinal.
Kenaikan salah satu dari
unsur ini apakah karena pertumbuhan tumor, hidrosepalus, perdarahan,atau odem
traumatik dapat menekan jaringan vital dan pergeseran struktur neural.Hal ini
disebabkan fungsi cranium sebagai kotak tertutup dengan volume yang tetap
bila ada peningkatan volume maka akan meningkatkan tekanan intracranial (TIK)
dan kenaikan ini adalah inti dari neuroanestesi.
Calvaria waktu lahir
terdiri dari lapisan tulang dan dipisahkan oleh sutura dan dua fontanella
yaitu anterior dan posterior dimana fontanella posterior menutup saat umur 2-3
bulan sedangkan fontanella anterior menutup saat umur satu sampai satu
setengah tahun. Kenaikan volume intrakranial secara bertahap dan perlahan
bisa ditolerir dengan ekspansi fontanella dan pelebaran sutura
kranial melalui periode mingguan atau bulanan tetapi tak bisa ditolerir
untuk kenaikan volume intrakranial yang akut. Palpasi atau meletakkan skin
transducer pada fontanella dapat menilai tekanan intrakranial(TIK)
secara non invasif.
Ruangan intrakranial
dipisahkan oleh tentorium cerebella menjadi dua ruangan supratentorial dan
infratentorial. Ruangan supratentorial paling besar diisi oleh hemisper yang
terdiri dari 3 lobus (frontalis,temporalis dan paritookipitalis) dimana masing
masing punya fungsi yang komplex dan spesialis. Bila lesi terjadi
ditemporal atau paritookipital maka akan terjadi gangguan klinik yang lebih
serius dibandingkan lesi di lobus frontalis. Diensepalon merupakan pusat
ruangan supratentorial, terdiri dari talamus, hipotalamus, epitalamus dan subtalamus mengelilingi
ventrikel tiga, sangat mudah terpengaruh iskemia dan pertumbuhan neoplasma. Gangguan
suplai darah sering oleh sebab kompressi oleh massa di hemisper.Dalam
neuroanestesi, prosedur intrakranial selalu disebut supratentorial atau infra
tentorial sesuai lokasinya.
Perlu dicatat bahwa
supratentorial termasuk fossa kranii anterior dan fossa kranii media sedangkan
infratentorial adalah fossa cranii posterior dimana atapnya adalah
tentorium cerebelli dan berisi cerebellum, pons dan medulla oblongata merupakan
fossa yang kranii yang terbesar dan dinding belakangnya sebagian besar ditutupi
oleh tulang okipital bagian bawah dan depan.
Trauma atau penyakit
daerah fossa cranii posterior bisa merusak pusat respirasi, cardiovaskular
,sistem reticular maupun saraf saraf kranial.Cerebellum menempati sebagian besar fossa kranii posterior
merupakan pusat pengatur fungsi motorik yang mengatur postur,tonus otot dan
koordinasi. Lesi bilateral atau garis tengah bisa menyebabkan kerusakan
permanen hipotoni,tremor dan unsteady gait.
Tonsil cerebellar yang merupakan perpanjangan dari jaringan cerebellum
secara klinik sangat penting karena bila ada kenaikan tekanan dalam fossa
kranii posterior akan mendorong tonsil cerebellar lewat foramen magnum menyebabkan
herniasi dari tonsil cerebellar yang disebut pressure cone phenomen yang biasanya fatal.
Diantara bagian
antromedial tentorium serebelli kiri dan kanan ada satu lobang oval disebut
incisura tentorial yang memungkinkan brain stem dan struktur vital lainnya bisa
melewatinya dari fossa kranii media kedalam fossa kranii posterior bila terjadi
perbedaan tekanan yang cukup bermagna. Ruangan kraniospinal
merupakan ruangan yang satu dan berhubungan, berkembang sempurna untuk
melindungi jaringan otak dan spinal yang sangat mudah kena trauma, iskemia
dan hipoksia . Medulla spinalis adalah lanjutan dari medullaoblongata
dan ujung kaudal medullaspinalis menjelang umur delapan tahun
terletak pada ruang diantara diskus intervetbralis L1 dan
L2, sedangkan waktu lahir setinggi L3.
Ini penting waktu
melakukan pungsi lumbal pada bayi. Tetapi ruang intradural lebih panjang dari
medulla spinal dan ujungnya setinggi sacral 2. Ruangan ini mulai
dari ujung medulla spinalis sampai ujung dura merupakan tempat penyimpanan
cairan cerebrospinalis(CSF) terutama bila ada pergeseran cairan
serebrospinalis dari otak untuk mengurangi kenaikan tekanan intrakranial.
Namun oleh karena ruangan
spinal lebih besar kompliansnya dibandingkan fossa kranii posterior,bila
terjadi dekompressi akut dalam ruangan spinal akan mencetuskan herniasi
isi fossa cranii posterior melalui foramen magnum. Produksi CSF dimulai
minggu ke-8 kehidupan intrauterin. Plexus choroidales yang terletak pada
tanduk temporal dari ventrikel lateralis ,dinding belakang ventrikel tiga dan atap
ventrikel empat memproduksi CSF 0,35ml/menit pada saat baru lahir,
sedangkan absorbsi CSF terjadi pada villi arachnoidales yang merupakan
villi yang menjorok kedalam vena vena atau sinus sinus otak.Dalam keadaan
normal produksi CSF seimbang dengan absorbsi CSF. CSF beredar setelah keluar
dari ventrikel empat lewat foramen Magendie dan Luschka memasuki ruangan
subarachnoid mengelilingi otak dan medulla spinalis.
Bila terjadi obstruksi
aliran CSF apakah oleh karena tumor atau perdarahan maka akan terjadi
hidrosepalus. Biasanya tekanan intrakranial berkaitan erat dengan
aliran darah otak dan volume darah otak bukan dari produksi CSF. Penurunan
produksi CSF sepertiga hanya menurunkan ICP hanya satu mmHg dengan demikian
obat obat yang menurunkan produksi CSF seperti acetasolamide punya efek minimal
pada ICP, tetapi pada kasus yang kurva komplians intrakranialnya bergeser
kekanan justru efektif tetapi obat obat yang meningkatkan produksi CSF dan
menurun kan absorbsi CSF harus dihindari.
Pada umur 8 tahun berat
otak anak 2% dari berat badan total,tetapi menggunakan 20% dari semua
adenosin tripospat (ATP)yang diproduksi oleh tubuh. Bahan utama untuk produksi
energi otak adalah glukosa. Turunnya kadar glukosa darah secara cepat
menyebabkan koma dan akhirnya kematian otak.Cadangan glukuosa dan glikogen
tak mampu memenuhi pemakaian ATP lebih dari tiga menit dengan demikian energi
otak hanya tergantung dari kadar glukosa darah.
Otak neonatus tampaknya
mempunyai cadangan glikogen yang lebih besar daripada orang dewasa sehingga
neonatus lebih tahan terhadap kekurangan glukosa.
Laju metabolik otak untuk oksigen(CMRO2) anak umur 3-12 tahun adalah 5,2 ml oksigen/100g/menit tetapi CMRO2 newborn dan bayi hanya 2,3ml/100g/menit, sedangkan laju metabolik untuk glukose untuk anak6,8mg/100g/mnt. Aliran darah otak (CBF) pada prematur dan newborn adalah 40ml/100g/menit sedangkan pada bayi dan anak (6-40)bulan adalah 90ml/100g/menit dan terus meningkat sampai umur 11 tahun kira kira100ml/100g/menit. Batas autoregulasi pada bayi dan anak tak begitu diketahui. Distres pada bayi dapat mengganggu autoregulasi diperberat oleh hipoksia, zat vasodilator,konsentrasi obat anestesi inhalasi.
Laju metabolik otak untuk oksigen(CMRO2) anak umur 3-12 tahun adalah 5,2 ml oksigen/100g/menit tetapi CMRO2 newborn dan bayi hanya 2,3ml/100g/menit, sedangkan laju metabolik untuk glukose untuk anak6,8mg/100g/mnt. Aliran darah otak (CBF) pada prematur dan newborn adalah 40ml/100g/menit sedangkan pada bayi dan anak (6-40)bulan adalah 90ml/100g/menit dan terus meningkat sampai umur 11 tahun kira kira100ml/100g/menit. Batas autoregulasi pada bayi dan anak tak begitu diketahui. Distres pada bayi dapat mengganggu autoregulasi diperberat oleh hipoksia, zat vasodilator,konsentrasi obat anestesi inhalasi.
Trauma,iskemia
fokal,inflamasi sekitar tumor,abses semua dapat mengganggu autoregulasi otak
tetapi dilaporkan hiperventilasi dapat mengembalikan autoregulasi pada neonatus
seperti orang dewasa. Autoregulasi untuk mempertahankan perfusi otak
dalam menghadapi perubahan tekanan darah dalam batas tertentu sehingga
penghantaran oksigen keotak adekuat. Diatas dan dibawah batas autoregulasi
perubahan CBF secara passif tergantung tekanan darah. Batas autoregulasi
serebral pada neonatus biasanya diantara takanan sistolik(45-160)mmHg.
Peningkatan mendadak PaCO2
menyebabkan vasodilatasi otak dan peningkatan tekanan intrakranial(ICP). Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa bayi dan anak yang dianestesi kecepatan CBF meningkat
sebanding dengan konsentrasi end tidal CO2. Reaktiviti pembuluh darah otak
terhadap hipokarbia adalah alat yang sangat berguna bagi ahli anestesi untuk
mengurangi CBF. Respons pembuluh darah otak anak terhadap hipoksia tak diketahui.Pada
bayi yang lebih besar tampaknya CBF meningkat cepat bila PaO2 dibawah 50 mmHg.
Tekanan perfusi otak(CPP)
lebih penting dari CBF dalam menentukan cukupnya aliran darah keotak namun
pengendalian CBF amat mempengaruhi ICP. CPP =Tekanan arteri rata rata(MAP)minus
tekanan vena central(CVP),dalam hal kranium intak maka CPP=MAP minus ICP
kalau ICP melampaui CVP. Pemantauan CPP terutama pada otak yang
terganggu adalah petunjuk yang berharga untuk mempertahankan cukupnya
perfusi otak.
NEUROPATOFISIOLOGI
Untuk dapat memberikan terapi yang rasional harus mengerti
mekanisme patofisiologi . Kalau aliran darah keotak terganggu akibatnya
berkaitan dengan iskemia dan kerusakan neuron. Otak adalah organ yang
sangat sensitif terhadap iskemia. Peristiwa inti yang mencetuskan
kerusakan cellular adalah produksi ATP yang merosot oleh sebab pemblokiran posporilasi
oksidatif pada rantai respirasi mitokondria. Produksi ATP tergantung
sama sekali pada suplai glukosa. Aktifitas pompa ion yang tergantung ATP
bila menurun, maka kadar Na dan Ca dalam sel meningkat sedangkan
kadar K menurun. Perubahan kadar ion ini menyebabkan neuron mengalami depolarisasi
dan melepaskan excitatory amino acids seperti glutamat dan aspartat yang menyebabkan
kenaikan asidosis lokal. Peningkatan glutamat membantu lebih lanjut depolarisasi
neuronal dan masuknya Ca lewat saluran receptor
N-methyl-D-aspartat (NMDA).
Naiknya kadar Ca dalam
sel menyebabkan meningkatnya aktifitas enzym protease dan pospolipase dan
menyebabkan terbentuknya radikal bebas dan peroksidasi lipid akan menyebabkan
lepasnya asam lemak bebas dan kerusakan membran sel. Iskemia bisa bersifat
lokal maupun global. Kerusakan ini dapat diperbaiki dengan terapi yang
serius yang membantu melindungi kerusakan otak akibat iskemi termasuk
mempertahankan kadar ATP (baik menambah substrat yang diperlukan untuk
pembentukan ATP maupun menurunkan laju metabolik ,menghambat
aliran ionik melewati membran sel, membatasi produksi
radikal bebas atau meningkatkan efisiensi mekanisme scavenging (pemusnahan) radikal bebas,mencegah
produksi asid metabolit seperti glutamat dan aspartat yang mendukung
depolarisasi dan kerusakan neuron.
Yang paling penting dari semuanya
mempertahankan CBF dan penghantaran
oksigen yang cukup kejaringan. Salah satu penyebab iskemia adalah
meningkatnya ICP. Kenaikan tekanan intrakranial merupakan salah satu
kerusakan patofisologik yang sangat serius. Telah dikemukakan bahwa rongga
kranium merupakan rongga yang kaku dengan volume yang tetap berisi
parenchim otak,cairan ekstraselular, darah dan CSF. Perubahan volume
masing masing komponen dapat meningkatkan tekanan
intrakranial(ICP). CSF satu satunya yang mampu sebagai penetralisir
(buffer) kenaikan ICP dengan cara menggeser CSF dari ventrikel
otak ke ruangan subdural sebagai penampung CSF. Tetapi kemampuan kompensasi ini
terbatas bila kenaikan volume otak berlangsung terus maka
ICP akan meningkat. Kenaikan volume parenchim otak bisa oleh karena
odem hematoma,tumor,abses,dan kenaikan volume
darah otak terutama oleh peningkatan CBF (vasodilatasi
otak, hipertensi) atau obstruksi sirkulasCSF (tumor,perdarahan intraventrikular,
stenosis aquaductus) atau gangguan absorbsi CSF.(ingat trias chusing)
Pada bayi dimana fontanella
dan sutura bisa diregang sampai batas tertentu asal saja perubahan volume
tak mendadak. Perlu kita ketahui kurva komplians intrakranial dimana perubahan
volume terbatas masih bisa diimbangi dengan sedikit kanaikan ICP,bila
batas sudah dilampaui maka ICP akan meninggi drastis. Bila
kurva bergeser kekiri artinya dengan kenaikan volume
sedikit saja sudah terjadi kenaikan ICP artinya
komplians intrakranial rendah namun dengan terbukanya fontanella
dan sutura pada bayi ,adanya tumor atau perdarahan intrakranial
ditutupi oleh kompensasi kenaikan volume intrakranial melalui
fontanella dan sutura sehingga baru diketahui setelah stadium
lanjut dengan gejala hipertensi
intracranial.
ICP normal pada anak diantara 2
dan 4 mmHg tetapi pada bayi baru lahir tekanan positip selanjutnya
menjadi negatif karena dalam beberapa hari setelah bayi mengalami penurunan
berat badan oleh sebab kehilangan air dan garam dimana otak mengimbangi
dengan pengurangan volume dan tekanan negatif ini dapat
mencetuskan perdarahan intraventrikular terutama pada bayi prematur. Kenaikan
ICP awal, mungkin tak terdeteksi dari
gejala klinik seperti dilatasi pupil, naiknya tekanan darah,bradikardi
yang biasanya sudah terlambat dan memburuk. Bahkan papil odem tak
dijumpai pada anak sampai anak meninggal karena hipertensi intracranial.
Pada bayi bisa tak ditemukan fontanella menonjol kalau ICP naik secara
lambat. Perlu dicatat penurunan kesadaran dan respons motorik yang
abnormal terhadap stimulus nyeri sering berkaitan dengan kenaikan ICP. Ingat bahwa
kenaikan ICP adalah kunci neuroanestesi.
Bayi terutama newborn sangat sensitif
terhadap sedatif,hipnotik dan narkotik. Hal ini dikaitkan dengan immaturitas
otak (myelinisasi dan blood brain barrier yang belum lengkap) juga kenaikan
permeabilitas untuk beberapa obat yaitu kelarutan obat dalam lemak yang
banyak dipakai dalam anestesi, adanya maternal progesteron dan kadar endorpin
yang tinggi. Respons terhadap obat ini juga sangat berbeda antara satu
bayi dengan lainnya. Beberapa bayi sangat toleran terhadap obat sedatif
tertentu sementara yang lain sangat sensitif terhadap obat yang sama. Pemberian
haruslah secara titrasi untuk mencegah depresi kardiovaskular dan
hindarkan mengeneralisasi dosis terutama untuk neonatus. Sebagai tambahan
pemakaian agent inhalasi dipengaruhi oleh umur pasien. MAC neonatus jauh lebih
rendah daripada bayi apalagi prematur. Tetapi sebaliknya pada bayi diatas 6
bulan, nilai MACnya meningkat bahkan dibandingkan dewasa. Walaupun ada
kenaikan kebutuhan anestetik pada bayi tetapi harus diingat bahwa
batas keamanan antara kecukupan anestesi dan depresi kardiovaskular yang
serius sangat sempit.Untuk itu dosis obat harus dihitung dengan teliti dan
memantau efek terapetiknya termasuk obat inhalasi harus dititrasi. Untuk neuroanestetist penting mengetahui
pengaruh obat terhadap CBF,CMRO2 dan dinamika CSF.
Semua obat anestesi inhalasi yang
rutin dipakai punya effek vasoserebral dengan tingkatan yang berbeda beda. N2O
secara klinik dapat meningkatkan CBF dan ICP pada dewasa maupun anak tapi dapat
dicegah dengan pemberian barbiturat atau hipokapnia bersama namun bila bersama
obat anestesi inhalasi lainnya akan memperhebat kenaikan CBF atau ICP. N2O
juga dapat meningkatkan CMRO2 dianjurkan membatasi pengunaannya pada ICP yang
tinggi dan CPP yang menurun.
Halotan adalah vasodilator
serebral yang kuat efeknya terlihat maksimal walau pada satu MAC tetapi
CBF tidak bertambah pada 1,5 MAC pada anak. Namun bila
diturunkan kembali ke 0,2 MAC tampaknya CBF yang tinggi tetap bertahan
selama 30-45 menit. Walaupun halotan sangat cocok untuk induksi
inhalasi pada anak sebaiknya dihindarkan pada komplians kranial yang
rendah ,sampai duramater dibuka dan efek halotan diotak bisa dilihat. Halotan
bisa menyebabkan bradikardi terutama pada newborn diduga karena pengaruh vagal
lebih dominan dan mensesitisasi myorkardial terhadap katekolamin sehingga dalam
kondisi kadar katekolamin meningkat seperti pada trauma otak bisa menimbulkan
disritmia yang serius.
Isofluran adalah obat
anestesi inhalasi paling popular dalam neuroanestesia berdasarkan efeknya pada
CBF kurang dibandingkan halotan dengan dosis yang sama disamping efek
proteksi otaknya. Isoflurane tak mempengaruhi produksi CSF
malah mengurangi tahanan reabsorbsi CSF dan efek terhadap autoregulasilasi
otak dan reaktiviti serebrovaskular terhadap PaCO2 minimal. Penelitian pada
anak dengan konsentrasi antara 0,5 dan 1,5 MAC dalam kondisi hipokapnia
tak merubah CBF. Enfluran dapat meningkatkan CBF tapi kurang dibanding halotan
efek yang sangat jelek adalah meningkatkan produksi CSF dan tahanan
rabsorbsi CSF pada dewasa namun tak ada data mengenai enfluran pada
anak.
Sevofluran sama efeknya
seperti isofluran terhadap CBF,CMRO2 dan ICP pada dewasa tetapi tidak
tersedia data untuk anak. Desfluran menaikkan ICP secara bermakna
pada anak dengan dengan lesi massa supratentorial walaupun
dengan hipokapnia Anak cepat hilang kesadaran 1-2 menit setelah induksi desfluran
dengan hemodinamik yang stabil tetapi problem airway sering terjadi berupa
batuk,menahan nafas,spasmo laring'. Sebaliknya semua obat anestesi intravena
menurunkan CBF dan ICP dan CMRO2 kecuali ketamin. Barbiturat dapat
menurunkan CBF dan CMRo2 dan sangat efisien menurunkan ICP tetapi problem
utamanya adalah mendepresi myokardium dan menurunkan tekanan darah demikian
juga CPP. Dengan dosis 10-50mg/kg intravena dapat menurunkan CMRO2 sebanyak 50%
dan membuat ECG isoelekris. Tak ada perubahan reaktiviti
serebrovaskular terhadap PaCO2 , autoregulasi otak,produksi dan reabsorbsi
CSF.
Etomidat
Dapat menurunkan CBF(34%)
dan CMRo2(45%) dengan efek vasokonstriksi langsung pada
serebrovaskular.Reaktiviti serebrovaskular terhadap PaCO2 tetap dan untungnya
tidak mendepresi kardiovaskular seperti barbiturat tetapi bisa mensupresi respons
adrenokortikal terhadap stress,dan mentriger aktivitas myoklonik setelah
infus yang lama.
Propofol
Cepat menurunkan CBF dan
CMRo2 dan ICP tetapi dapat menurunkan MAP akibatnya menurunkan CPP. Tak ada
tersedia data pemakaiannya untuk anak.
Ketamin
Ketamin
Vasodilator serebral yang
kuat dapat menaikkan ICP 60% dalam kondisi normokapnia.Tak ada pengaruhnya pada
CMRo2,walaupun dilaporkan punya effek proteksi otak ketamin tetap
dikontraindikasikan pada pasien dengan resiko kenaikan ICP.
Benzodiazepin
Bisa menurunkan CBF dan CMRo2 kira kira 25%,dimana penurunan
CBF karena penurunan CMRo2. Flumazenil merupakan antagonist dapat menghiangkan efek
benzodiazepin malah memperburuk pasien dengan ICP yang tinggi.
Dropridol
Merupakan vasoserebral
konstriktor dapat menurunkan CBF tanpa perubahan CMRo2 sehingga kurang
menguntungkan pada pasien penyakit serebrovaskular. Kombinasi dengan fentanil
hanya sedikit efeknya pada CBF.
Opioid
Sedikit atau tidak ada
efek pada CBF,ICP danCMRo2 Tetapi bila dikombinasi fentanil dan N2O dapat
menurunkan CBF (47%) danCMRo2(18%). Tidak ada perubahan reaktiviti
serebrovaskular terhadap PaCO2, autoregulasi otak dan produksi CSF tetapi
mmenurunkan reabsorbsi CSF (50%). Pada pasien dengan tumor otak, fentanil dan
sufentanil dapat menaikkan tekanan CSF namun pengaruh sufentanil lebih besar
dan fentanil lebih kecil. Kontroversi pemakaian sufentanil dalam neuroanestesia
ada yang melaporkan peningkatan CBF, ICP dan CMRo2 dan sebaliknya.
Pelemas otot
Sedikit pengaruhnya
terhadap sirkulasi otak. Pada anak dengan komplians kranial
menurun suksinilkolin awalnya dapat menurunkan ICP kemudian diikuti
kenaikan tetapi dapat dikurangi dengan general anestesi dan prekurarisasi.
Kenaikan ICP diduga akibat stimulasi serebral oleh sebab meningkatnya aktiviti
afferen muscle spindle. Ini penting diingat bahwa hiperkalimia akibat
suksinilkolin dapat menyebabkan aritmia maligna pada pasien dengan injuri
kepala tertutup tanpa defisit motorik, hipoksia otak yang serius,perdarahan subarachnoid,CVA
dengan hilang nya substansi otak dan paraplegi namun tak bisa dicegah
dengan prekurarisasi . Akan tetapi pemakaiannya pada anak perlu
dipertimbangkan oleh keuntungannya cepat dilakukan intubasi dengan
hiperventilasi dibandingkan resiko kenaikan ICP dan hiperkalimia.
Pelemas otot non
depolarisasi tak ada atau sedikit efeknya terhadap CBF,ICP ,CBV dan CMRo2. Dosis
besar d tubocurarin, atrakurium dan metokurium dapat menyebabkan vasodilatasi
serebral sesaat oleh karena pelepasan histamin dan dengan demikian sedikit
menaikkan ICP. Vekuronium mempunyai efek sedikit pada autonomik, sedikit
penurunan ICP,pada anak tampaknya merupakan pilihan yang tepat tetapi
kombinasi vekuronium dan fentanil atau sufentanil dapat menyebabkan bradikardi
berat terutama pada bayi kecuali telah diberikan vagolitik intravena, Rokuronium
tampaknya bisa sebagai pengganti suksinilkolin untuk intubasi emergensi asalkan
respirasi spontan tak cepat dibutuhkan. Rokuronium 0,6mg/kg dapat
memberikan kondisi relaksasi yang cukup dalam 30-60 detik, vekuronium 0,1mg/kg
dalam 120 detik dan atrakurium 0,5mg/kg dalam 180 detik sementara
rapakurium(ultrashort acting nondepolarizing neuromuscular blocking drug)yang
terbaru dengan dosis 2,0 mg/kg dapat memberikan kondisisi
intubasi yang cukup dalam 60 detik.
EVALUASI PRA BEDAH
Ada 3 hal penting yang
perlu diperhatikan :
1.Tekanan intrakrania l(ICP)
2.Pusat respirasi dan
kardiovaskular
3.Gangguan spesifik fungsi
neurologi
Kenaikan ICP secara
bertahap perlu dicurigai bila ada gejala anak agak cengeng,tak suka
makan,muntah, fontanella anterior menonjol,vena kulit kepala dilatasi, pada
anak yang lebih besar mengeluh sakit kepala terutama dipagi hari.Bila mencapai
tingkat kritis akan terlihat penurunan kesadaran dan mungkin tanda tanda
herniasi batang otak. Bila ada lesi medulla spinalis cervikal bisa mempengaruhi
fungsi respirasi dan kardiovaskular. Bila dijumpai infeksi saluran nafas
atas atau nasoparingitis sebaiknya operasi elektif ditunda sampai 1-2 minggu sejak
meredanya gejala dan bila infeksi saluran nafas bawah sebaiknya ditunda sampai
6-8 minggu karena sering terjadi komplikasi respirasi terutama anak dibawah
satu tahun. Tetapi bila operasi darurat ,disarankan persiapkan mengatasi
komplikasinya. Biasanya penyulit yang timbul waktu induksi dan ektubasi
berupa broncho dan laringospasmo dan waktu post operatif berupa pneumonia
dan atelektasis
Kelainan
jantung bawaan (CHF) merupakan kelainan jantung tersering pada anak
(VSD,PDA,TF dan ASD) haruslah dideteksi pra operasi dan pasien dengan AVM
atau meningocele selalu bersamaan dengan CHF. Penyulit yang terbanyak dengan
resiko kematian adalah penyulit yang berkaitan dengan kardiopulmonal. Penilaian
fungsi neurologi adanya kesadaran menurun, kejang kejang,defisit nerves kranial
terutama gangguan reflex batuk dan menelan beresiko aspirasi. Perlu juga
dievaluasi penyakit lain yang bersamaan dengan kelainan neurologi yang bisa
menambah komplikasi .
Kondisi implikasi anestesi
================================================
Prematuritas Apnoe post operatif
CHD hipoksia,kollaps kardiovaskular
Infeksi saluran nafas Laringospasm,pneumonia
Kelainan kraniofacial Kesulitan pengeloaan airway
Penyakit neuromuskular Hipertermi maligna,gagal nafas
Chiari malformation Apnoe,aspirasi paru
Denervasi injuri Hiperkalimia post suksinilkolin
Terapi anti konvulsan Kelainan hepar dan hematologi
untuk epilepsi Metabolisme zat anestesi naik.
AVM Potensial gagal jantung
Lesi hipotalamus/hipopise Diabeteinsipidus,hipotiroidism.
Pemeriksaan laboratorium
Darah rutin terutama hematokrit pada newborn/neonatus dengan
meningomyelocele yang besar dan cenderung terjadi perdarahan dan hilangnya
cairan yang banyak. Umumnya untuk prosedur rekonstruksi diperlukan pemeriksaan
studi koagulasi(trombosit,protrombin time dan partialtromboplastin
time).Urinalisa, ECG,foto torak untuk pasien dengan spinabifida kelainan
urologi dan jantung. Elekrolit terutama natrium pada diabetes insipidus
dan SIADH.
Test fungsi paru,analisa gas darah dan ekokardiograpi
pada pasien dengan disfungsi kardiopulmonal.Konsultasi kardiologist bila
dijumpai kelainan jantung dan
konsultasi pulomonologist bila ditemukan restrictive pulmonary disease yang berat untuk membantu optimasi fungsi kardiopulmonal sebelum pembedahan.
konsultasi pulomonologist bila ditemukan restrictive pulmonary disease yang berat untuk membantu optimasi fungsi kardiopulmonal sebelum pembedahan.
Perencanaan anesthesi yang
baik termasuk persiapan meja operasi dengan perlengkapan yang tepat untuk
melindungi pasien sesudah diposisikan. Posisi pasien bervariasi menurut
type operasinya,prinsip pemosisian bayi dan anak sama dengan dewasa dimana mata
harus di amankan dengan menutup pakai plester terutama pada posisi duduk dan posisi tengkurap, lindungi wajah
dan bagian menonjol dari extrimitas terhadap tekanan dengan bantalan
lunak. Perut dan dada harus bebas dari tekanan dengan bantuan guling
ditempatkan dibawah dada dan pangkal paha, abdomen tergantung
bebas mempermudah pernafasan dengan intermittent positip ventilation.
Pipa endotrakeal harus
difiksasi dengan baik agar tak terlepas terutama posisi tengkurap dan
selalu bisa terlihat selama operasi agar diketahui kemungkinan tertekuk
atau terlepas dari konektornya. Biasanya 10 derajat posisi kepala ditinggikan
untuk memperlancar aliran vena serebral dan mengurangi kongesti dan rotasi
kepala kesatu sisi dapat menekuknya sistem vena jugular dan menghalangi
venous return menurunnya perfusiserebral,meningkatnya ICP dan perdarahan vena
serebral. Tetapi elevasi kepala bisa menurunkan tekanan sinus sagitalis
superior dan potensial terjadinya emboli udara vena lewat vena
terbuka ditulang kepala dan sinus. Pasien dengan foramen ovale persisten atau
patent ductus arteriosus sering emboli udara lewat defect ini. Awas posisi
fleksi kepala yang ekstrim bisa membuat kompressi brainstem pada kelainan pada
fossa posterior seperti lesi massa atau Arnold
Chiari malformasi.
Pengaruh posisi pasien
terhadap fisiologi :
Posisi
efek fisiologi
Kepala ditinggikan Melancarkan drainage vena serebral. Menurunkan CBF
(head elevation ) Menambah pooling vena extrimitas inferior.
Hipotensi postural
Kepala rendah Menambah tekanan vena serebral dan intrakranial.
(head down) Menurunkan FRC dan komp lians paru.
Tengkurap (prone ) Kongesti vena diwajah,lidah dan leher. Menurunkan komplians paru dan menaikkan tekanan
abdominal menyebabkan kompressi vena cava.
Lateral dekubitus Menurunkan komplians paru disisi bawah.
Sebagai tambahan sebaiknya kaki dan tangan harus terlihat untuk menilai perfusi periper pasien.
Kepala ditinggikan Melancarkan drainage vena serebral. Menurunkan CBF
(head elevation ) Menambah pooling vena extrimitas inferior.
Hipotensi postural
Kepala rendah Menambah tekanan vena serebral dan intrakranial.
(head down) Menurunkan FRC dan komp lians paru.
Tengkurap (prone ) Kongesti vena diwajah,lidah dan leher. Menurunkan komplians paru dan menaikkan tekanan
abdominal menyebabkan kompressi vena cava.
Lateral dekubitus Menurunkan komplians paru disisi bawah.
Sebagai tambahan sebaiknya kaki dan tangan harus terlihat untuk menilai perfusi periper pasien.
MONITORING
Monitoring untuk anak prinsipnya sama dengan dewasa dengan stetoskop prekordial,ECG,tekanan darah non invasif,temperatur prob,pulse oksimetri dan capnography.Walaupun neonatus mempunyai HbF namun tak mempengaruhi pembacaan pulse oxymetri akan tetapi beberapa faktor bisa mempengaruhi performance pulse oxymetri pada populasi pediatri antara lain hipoperfusi,gerakan pasien,lampu pemanas infrared,intravena zat warna(indigo cyanine green,methylen blue,indigocarmin.
Monitoring untuk anak prinsipnya sama dengan dewasa dengan stetoskop prekordial,ECG,tekanan darah non invasif,temperatur prob,pulse oksimetri dan capnography.Walaupun neonatus mempunyai HbF namun tak mempengaruhi pembacaan pulse oxymetri akan tetapi beberapa faktor bisa mempengaruhi performance pulse oxymetri pada populasi pediatri antara lain hipoperfusi,gerakan pasien,lampu pemanas infrared,intravena zat warna(indigo cyanine green,methylen blue,indigocarmin.
Untuk prosedur pembedahan
yang memungkinkan banyak perdarahan sebaiknya terpasang kateter arteri bisa
arteri radialis,femoralis,tibialis posterior atau dorsalis pedis. Dengan
kateter arteri bisa diakses untuk sampel analisa gas darah,elektrolit dan
hematokrit.
Radial pulse Doppler
sangat baik untuk memonitor perfusi perifer sekalian tekanan darah non invasif
secara kontinu terutama pada neonatus. Monitoring untuk emboli udara dengan
prekordial Doppler dan end tidal nitrogen sangat tepat terutama pada
posisi duduk,paling baik diposisikan didada anterior sebelah kanan sternum
celah interkostal IV dan alternatif lain dithorax posterior dapat digunakan
pada bayi< 6 bulan. Peripheral nerve stimulator memang perlu untuk mencegah
gerakan tiba tiba selama operasi yang sangat riskan,dengan menilai apakah
pelemas otot perlu ditambah, tetapi untuk bayi muda sering overestimasi dimana
Train of four negatip tetapi anak sudah bernafas spontan dan batuk. Kateter
urin adalah keharusan untuk yang medapat osmotik diuresis. Kemajuan teknologi
yang baru memungkinkan secara non invasif memonitor perfusi serebral,brain
tissue oxymetri CBF,bioelectrical signals.
PENGATURAN SUHU
Pemeliharaan suhu tubuh
bergantung pada keseimbangan normal antara produksi dan kehilangan
panas.Keseimbangan ini bisa terganggangu oleh beberapa faktor sehingga
resiko timbulnya hipotermia terutama pada pasien anak. Hilangnya panas
selama anestesi bisa disebabkan oleh tanpa mengigil, permukaan tubuh yang
terbuka,vasodilatasi oleh obat anestesi,dan umumnya oleh lingkungan dalam kamar
operasi yang dingin dengan cepatnya pertukaran udara.
Bayi < 3bulan tak bisa
mengigil untuk mempertahankan suhu sehingga bayi lebih mudah hipotermi dan
menjadi hipoksia,apneik dan asidosis. Rasio luas permukaan tubuh terhadap berat
badan anak dua kali orang dewasa, sehingga terjadinya hipotermia lebih
besar. Sungguhpun hipotermia dapat menurunkan CMRO2 namun sering menimbulkan
penyulit seperti klierens obat yang lambat,pelemas otot yang lambat
direverse,menurunnya kardiak output,konduksi yang abnormal,gangguan kesimbangan
elektrolit dan fungsi platelet serta mengigil post operatif yang dapat
meningkatkan produksi CO2 dan extraksi oksigen.
Pemakaian sulfas atropin dan lama operasi >40 menit kemungkinan menggigil lebih besar. Hilangnya panas biasanya melalui proses konveksi,konduksi radiasi atau evaporasi,dan 30% panas hilang lewat kepala bayi secara konveksi selama kraniotomi apalagi kalau berlangsung beberapa jam.
Pemakaian sulfas atropin dan lama operasi >40 menit kemungkinan menggigil lebih besar. Hilangnya panas biasanya melalui proses konveksi,konduksi radiasi atau evaporasi,dan 30% panas hilang lewat kepala bayi secara konveksi selama kraniotomi apalagi kalau berlangsung beberapa jam.
Hipotermi dapat
dihindarkan dengan suhu kamar operasi dan kasur meja operasi yang
hangat,overhead radiant heater selama induksi, gas anestesi dan cairan
infus,irigasi dan desinfeksi yang juga hangat. Untuk bayi terutama
prematur ditempatkan dibawah lampu pemanas radiant dan kakinya dibungkus
plastik. Perlu diketahui bahwa rewarming post operatif bukan tanpa resiko
yaitu vasodilatasi yang meningkatkan kebutuhan cairan dan naiknya kadar
katekolamin mencetuskan distritmia,hipertensi dan iskemia myokard.
PENGELOLAAN CAIRAN
Kehilangan cairan tubuh
pada bayi lebih besar dibandingkan dengan dewasa dalam situasi yang sama karena
luas permukaan tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan berat badannya.Total
body water tergantung umur, untuk fullterm infant sampai 80% dari berat
badan dimana 50% adalah cairan extracellular. Pada umur 1 tahun menurun jadi
50% dari berat badan akan tetapi cairan intracellular tetap 40% dari berat
badan .Kebutuhan cairan pemeliharaan dihitung meliputi kehilangan
cairan dan elektrolit karena insensible loss,urine, faeces,keringat,third
space loss,dan perubahan kondisi metabolik disebabkan demam. Sedangkan
kebutuhan cairan intraoperatif ditentukan oleh kebutuhan cairan
pemeliharaan,hilangnya darah, insensible loss,third space loss,urine
output,hilangnya cairan dari nonhumidified gas anestetik dan perubahan
temperatur lingkungan.Kebutuhan cairan pemeliharaan dengan rumus 4:2:1 ,yaitu
4ml/kg/jam untuk 10 kg pertama,2 ml/kg untuk 10 kg berikutnya dan 1
ml/kg untuk selanjutnya.
Untuk berat badan 25 kg
dibutuhkan sebanyak = 10x4 +10x2+5x1 ml = 65 ml/jam. Prinsip pemberian
cairan pada anak untuk mempertahankan isovolemik,isoosmolar dan isoonkotik. Pemberian
larutan garam seimbang seperti cairan RL lebih disukai dibandingkan larutan normal
saline karena normal saline mengandung kadar chlorida tinggi menyebabkan hiperchloremic
asidosis terutama pada bayi. Tetapi bila sebagai satu satunya cairan
karena RL hipotonik bisa menyebabkan eksaserbasi odem otak,maka normal
saline lebih disukai untuk mengatasi hipovolemi pada kasus anak dengan
lesi intrakranial atau kerusakan blood brain barrier. Walaupun dahulu
glukosa direkomendasikan pada pasien pediatri namun ternyata pasien
pediatri yang sehat tak terjadi hipoglikemia intraoperatif walaupun dengan
puasa yang lama. Kenyataannya kadar glukosa darah meningkat selama operasi
karena peningkatan katekolamine sebagai respons terhadap trauma
pembedahan dan anestesi, namun glukose diindikasikan kalau ada hipoglikemia,untuk itu
monitoring glukosa darah sesering mungkin (kadar normal gula darah
pada neonatus 30-40 mg%). Hiperglikemia akan memperburuk outcome
pasien dengan iskemia /hipoksia otak.
Dextrose 2% dalam RL atau
half normal saline mungkin lebih baik sebagai terapi panggantian
cairanpemeliharaan. Dari sekelompok bayi berumur 1 sampai 11 bulan,yang dapat dextrose
2% dalam RL 6ml/kg/jam selama operasi tetap normoglikemia tanpa mobilisasi
lipid atau penurunan pH. Bayi yang menerima dextrose 5% dalam RL mengalami hiperglikemia
dan yang menerima RL tunggal mengalami mobilisasi lipid dan turunnya pH.
Kehilangan darah pada
pediatric neurosurgery sulit diperkirakan karena tersembunyi dalam selimut
pasien. Untuk itu pemeriksaan hematokrit secara serial penting sebagai acuan
banyaknya kehilangan darah dan saatnya kapan darah diberikan. Hematokrit adalah
presentase jumlah eritrosit dalam 100ml darah, untuk itu perlu diketahui
estimate blood volume setiap anak yang tergantung umur. Normal blood volume
pada prematur adalah 100 ml/kg, newborn 90ml/kg ,bayi 80ml/kg dan anak yang
lebih tua 70ml/kg.Sementara hematokrit normal saat lahir 45 sampai 60% menurun
jadi 30-35% saat umur 3 bulan, dan secara bertahap meningkat lagi
sampai remaja.Kebanyakan kasus pediatri yang sehat mentolerir turunnya
hematokrit sampai 20-25% kecuali bayi kurang 3 bulan, prematur ,anak dengan CHD dan penyakit paru yang berat memerlukan Hmt yang lebih tinggi.
hematokrit sampai 20-25% kecuali bayi kurang 3 bulan, prematur ,anak dengan CHD dan penyakit paru yang berat memerlukan Hmt yang lebih tinggi.
Minimal allowable blood
loss (MABL) yaitu minimal darah yang hilang yang masih ditolerir artinya kehilangan
darah jangan melewati MABL dengan rumus sebagai berikut.
EBV x (Sph -25)
MABL = -----------------
Sph
EBV = Estimate blood volume.
Sph = Starting patient haematocriet.
MABL = -----------------
Sph
EBV = Estimate blood volume.
Sph = Starting patient haematocriet.
Contoh: Anak umur 10 tahun BB 25kg
Ht awal 30%.
EBV =25x 70 ml =1500 ml.
1500x(30-25)
MABL =-------------------= 500 ml
30
EBV =25x 70 ml =1500 ml.
1500x(30-25)
MABL =-------------------= 500 ml
30
Kalau perdarahan kurang
dari 1/3 MABL cukup diganti dengan cairan kristaloid 3:1 artinya 1 ml
darah diganti dengan 3 ml cairan kristaloid. Kalau darah hilang lebih dari 1/3
MABL diganti dengan koloid 1:1 artinya satu ml darah diganti satu ml koloid. Kalau
hilang darah hilang sama dengan total MABLharus diganti darah sebanyak
darah hilang diatas MABL.
Contoh : Kalau hilang
darah 150 ml maka cukup diganti 450 ml cairan kristaloid. Kalau hilang darah
200 ml maka ganti dengan 200 ml koloid.Kalau jam berikutnya ternyata hilang
darah total 550 ml diganti dengan darah. Darah diganti dengan packed red
cell (PRC) dan garam berimbang setiap ml darah diganti dengan 0,5 PRC
diatas MABL.Walaupun mahal sebaiknya berikan PRC beku karena kurang
sensitisasi golongan darah, preservasi 2-3 DPG lebih baik,kadar citrat
lebih sedikit, kurang potensial untuk menularkan penyakit virus, kurang
kebocoran kalium dari eritrosit.
Platelet mungkin
diperlukan karena perdarahan yang massif atau obat menyebabkan
trombositopeni. Kalau pediatri dengan prolonged bleeding time dimana operasi
darurat maka platelets harus diberikan sebelum operasi ,0,1-0,3 unit
platelet/kg akan menambah jumlah platelet 20.000-70.000 platelet/mm3. Untuk
perdarahan massif yang sedang berlangsung jumlah yang lebih besar dari 0,3U/kg
lebih effektif dibandingkan lebih kecil dari 0,2U/kg. Perlu diingat untuk semua
pembedahan tidak ada indikasi propilaktis transfusi platelet kalau tak ada
indikasi perdarahan mikrovaskular atau hilangnya darah yang sedang
berlangsung.
Fresh frozen plasma (FFP)
mengandung semua faktor pembekuan kecuali platelet, mengandung kadar citrat
yang tinggi bila diberikan dalam jumlah yang besar dan cepat bisa
menyebabkan keracunan citrat dan akut hipocalcemia pada pasien pediatri. FFP
hanya diindikasikan kalau ada gangguan homeostasis intraoperatif. Dilaporkan
anak yang kehilangan darah lebih dari 1,5x volume darah akan terjadi
pemanjangan prrotrombin time dan tromboplastin time 1,5x waktu
kontrol. FFP lebih baik diberikan lewat vena perifer daripada vena
central karena ditakuti terjadi konsentrasi citrat yang tinggi memasuki
sirkulasi koroner.
Keracunan citrat disebabkan citrat
mengikat ion calcium sehingga terjadi hipocalcemia. Citrat banyak dikandung
oleh FFP dan whole blood yang menyebabkan depresi fungsi jantung yang
sering pada bayi. Sebaiknya diberikan calcium kalau diberi FFP dengan kecepatan
1ml/kg permenit atau lebih terutama pada neonatus dan bayi muda. Insiden
hiperkalemia sangat tinggi bila bukan darah segar yang ditransfusikan.Jika
memberikan whole blood walau pun segar pada neonatus dan bayi sebaiknya
diperiksa kadar kalium sebelum transfusi.Transfusi yang cepat akan menimbulkan
hiperkalemia yang serius.
PENGELOLAAN
PENINGKATAN ICP
Osmotik diuresis terapi biasa digunakan
dalam prosedur neurosurgery. Biasanya digunakan larutan mannitol 20%
dengan dosis 0,25-0,5 g/kg ,onset terjadi dalam 10-15 menit, dapat menaikkan
osmolaritas serum sebesar 10 mosm cukup untuk menurunkan odema otak maupun
ICP dan bertahan selama dua jam. Mannitol
seharusnya tidak diberikan dengan kecepatan melebihi 0,5g/kg selama 20-30
menit sebab sering menimbulkan instabilitas hemodinamik yang transient
pada kasus pediatri. Mannitol dapat membuat vasodilatasi intra dan extrakranial
sehingga terjadi peningkatan transient CBV dan ICP dan pada saat
bersamaan terjadi hipotensi. Hati hati pemberian mannitol pada anak dengan CHF.
Peningkatan osmolaritas serum >320 mosm mencetuskan gagal ginjal.
Loop diuretikum bisa
mengurangi odema serebri dengan effek diuresis dan mengurangi produksi CSF
tapi tidak seefektif mannitol. Dosis awal furesemid sebaiknya 0,6-1mg/kg bila
dikombinasi dengan mannitol cukup dengan dosis 0,3-0,4 mg/kg. Pemberian
furesemid sebelum mannitol dapat mengurangi kenaikan transient volume
intravaskular dan pada saat yang sama memberikan dehidrasi yang efektif.
Steroid dapat mengurangi
peritumor odema tetapi efeknya baru timbul sesudah beberapa jam atau hari
dan pemakaiannya sebelum operasi dapat memperbaiki status
neurologi diduga karena perbaikan blood brain barrier. Dosis permulaan
dexametason 0,25mg/kg,selanjutnya dapat diberikan 0,1mg/kg setiap 6 jam.
PRINSIP TEHNIK ANESTESIA DENGAN ICP MENINGGI
a.Optimalisasi perfusi
otak.
b.Mencegah iskemia otak.
c.Menghidarkan teknik/obat
obatan yang menaikkan ICP.
Ini bisa dicapai dengan
cara:
·
Menjaga stabilisasi hemodinamik yang optimal dengan
mencegah hipertensi dan hipotensi.
·
Membebaskan jalan nafas dan ventilasi
kendali untuk menjamin oksigenasi yang adekuat
dan hipokarbia.
·
Mencegah faktor faktor yang menaikkan tekanan vena
serebral dengan mencegah :
Ø Batuk, mengejan dan
merejan.
Ø Posisi kepala yang
nenghalangi aliran vena besar dileher (hiperfleksi, hiperekstensi, rotasi dan
head down).
Ø Tekanan pada abdomen
dan tahanan pengembangan thorax.
Ø Kanulisasi vena jugularis
interna untuk CVP.
Ø Obat obatan yang menaikkan
ICP.
Hipertensi sistemik biasanya disebabkan
laringoskopi dan intubasi bisa diredam dengan lidokain intravena waktu
induksi tetapi perlu dicatat bahwa pemakaian lidokain 2mg/kg dilaporkan
menyebabkan aritmia sampai henti jantung pada pada bayi untuk itu
perlu hati-hati dan sebaiknya dengan dosis yang dikurangi.
Tehnik induksi cepat dengan memakai
pentotal, atropin dan suksi nilkolin diikuti dengan hati-hati menekan
krikoid, dan mannual hiperventilasi direkomendasikan. Pada bulan oktober 1994
terjadi kontroversi terhadap pemakaian rutin suksinilkolin pada
anak.Kontroversi ini berdasarkan beberapa kasus yang dilaporkan dengan
hiperkalimia dan henti jantung. Pada hal telah dibuktikan pemakaian
suksinilkolin beratus ribu anak dan bayi dalam kurun waktu tertentu tanpa
ditemukan mati karena suksinilkolin.Keuntungan kerjanya yang cepat pada
pediatri dan kemampuan calcium mengatasi respons hiperkalemia membuat
suksinilkolin berperan penting dalam pengelolaan airway terutama pada anak
kecil bahkan lebih lanjut telah terbukti pemakaian pentotal bersama
suksinilkolin dapat mengurangi penyulit yang ditimbulkan oleh suksinilkolin. Penelitian
terakhir menunjukkan penekanan krikoid dan ventilasi manual dapat
dilakukan tanpa masuknya udara ke lambung. Hal ini memberikan proteksi airway
anak yang baru makan atau pengosongan lambung yang terlambat sering
bersamaan dengan ICP yang meninggi. Kecepatan mula kerja
suksinilkolin mempermudah intubasi dan hiperventilasi dibandingkan dengan
kenaikan JCP yang kecil karena suksinilkolin maka pemakaiannya rutin dalam
pediatri apalagi dengan lambung penuh.
Anak yang tanpa kateter intravena
sebelumnya bisa diberi inhalasi nitrous oxide,oksigen,sevorane dengan
konsentrasi yang cukup untuk insersi kateter intravena dan sesudah
terpasang maka anestesi inhalasi dihentikan. Fentaniyl 3-6 mcg/kg dan rokuronium 0,6 mg/kg
diberikan bersama pentotal sesudah hiperventilasi dengan 100% oksigen.Kemudian
laring diintubasi setelah reflex laring hilang, dan otot rangka
paralisis tambahkan 2mg/kg pentotal untuk mencegah hipertensi
sistemik dan intrakranial waktu intubasi. Pasien yang hipotensi atau hipovolemi
lebih baik midazolam atau etomidate sebagai pengganti pentotal. Anestesia
selanjutnya dipertahankan dengan N20, oksigen, konsentrasi rendah anestesi
inhalasi dan intermitten narcotic, pelemas otot dengan ventilasi
mannual/ventilator.
Hindarkan hipoventilasi dan hiperkarbia,
anestesi yang dalam kontraindikasi pada anak. PaCO2 diantara 25 dan 30 mmHg. Waktu
sadar harus mulus tanpa batuk atau mengejan sebab akan menaikkan tekanan
darah, ICP dan mengganggu homeostasis. Pelemas otot dinetralkan dengan
neostigmin dan glikopirolat atau edroponium dan atropin. Bila trakea
pasien responsif,hemodinamik stabil dan respirasi spontan adekuat maka
diekstubasi dikamar operasi. Bila setelah pelemas otot dinetralisir dan PaCO2
kembali normal namun belum bisa nafas spontan yang cukup maka bisa
diberi naloxon. Tetapi pasien yang direncanakan tetap diventilasi
pasca bedah oleh sebab trauma, odem otak dan status preoperatif
yang jelek atau kejadian intraoperatif yang mengancam nyawa
maka tetap tidur dan diventilasi positip. Oksigen dan portable EKG,
saturasi oksigen dan monitor hemodinamik dibawa bersama pasien dari kamar operasi
kekamar pulih sadar dilanjutkan pemantauannya. Segera setelah pasien
stabil periksa hematokrit, analisa gas darah,elektrolit ,kadar gula
darah,osmolaritas serum dan berat jenis urin. Nyeri paska bedah bisa
dikontrol dengan dosis kecil narkotik.