b:if cond='data:blog.pageType == "item"'>

Minggu, 20 Oktober 2013

HIDROSEPALUS

thumbnail Title: HIDROSEPALUS
Posted by:Unknown
Published :2013-10-20T00:48:00-07:00
Rating: 4.5
Reviewer: 7 Reviews
HIDROSEPALUS

Penumpukan CSF dalam sistem ventrikular yang disebabkan berbagai proses patologi,paling sering ditemukan pada pasien myelomeningocele. Hidrosepalus akut dimana terjadi penutupan sistem ventikular mendadak dengan kurangnya kompensasi untuk kenaikan volume intrakranial biasa disebabkan perdarahan intraventrikular pada prematur atau expansi kiste koloid dalam ventrikel III . Muntah, dehidrasi, turunnya kesadaran, neurogenic pulmonary edema(NPO), koma adalah gejala mengancam nyawa. Jika terapi yang tepat seperti dekompressi ventrikular tak segera dilakukan bisa berlanjut dengan hernia brainstem, berhentinya jantung dan respirasi atau kematian disebabkan meningkatnya ICP yang hebat. Hidrosepalus kronis dapat terjadi oleh karena stenosis aquaduktus kongenital, meningitis dan tumor spinalis. Gejala yang timbul bertahap antara lain anak rewel, terlambat mengikuti pelajaran, sakit kepala intermittent,  bicara gagap, kelakuan aneh,bingung, kejang dan inkotinens. Bila tekanan meningkat nyata periode neonatal terjadi pelebaran sutura dan membesarnya kepala akan menimbul problem airway pada neonatus.
Hidrosepalus baik kongenital maupun yang didapat bisa disebabkan oleh salah satu dari 4 proses:
1.Anomali kongenital
2.Neoplasma
3.Peradangan
4.Overproduksi CSF

Klassifikasi hidrosepalus:
Tipe kommunikating dan non kommunikating.Non kommunikating ada obstruksi CSF sedangkan tipe kommunikating aliran CSF bebas tapi overproduksi CSF atau penurunnya absorbsi CSF.

I. Overproduksi CSF :
     -Papilloma plexus choroideous
II.Obstruksi aliran CSF :
    A.Obstruksi dalam sistem ventrikular :
    a.Ventrikular lateralis
    b.Ventrikel III
    c.Aquaductus Sylvii (stenosis kongenital,lesi massa)
    d.Ventikel IV
III.Obstruksi dalam ruangan subarachnoid :
    a.Cysternal basalis (Chiari Malformation, post infeksi).
    b.Konveksitas.
IV.Menurunnya absorbsi CSF :
    a.Obstruksi pada villi choroidales :
      (sumbatan sel tumor,darah,protein dan bakteri).
    b Obstruksi sinus venosus duralis mayor :
       (thrombus,infeksi  maupun keganasan).
    c.Obstruksi pada sinus venosus ektrakranial (achondroplasia).

Penyebab obstruksi CSF yang sering :
a.  Infeksi                    : abses,meningitis,ensepalitis.
b.  Neoplasma             :astrositoma, ependimoma,  papilloma plexus choroideus, oligodendroglioma medulloblastoma & meningioma.   
 c.  Vaskular                :  Arterivenous Malformation,aneurisma.
 d.  Kongenital            : Kista arachnoid,kista koloid, ensepalokel,                                   Chiari malformasi.

 Diagnosis:
 Pemeriksaan funduskopi:
 Ditemukan papil odem bilateral kalau ICP cukup tinggi.
 Computed Tomography CT):
Ukuran ventrikel mudah ditentukan dan bisa menunjukkan  hidrosepalus, odem otak atau lesi massa seperti kista  koloid ventrikel III dan tumor thalamus.  Bila ada proses neurologi akut maka CTscan adalah urgen.
 Magnetic Resonance Imaging (MRI):
 Bisa melihat dilatasi ventrikel atau lesi massa.
 Transcranial Doppler:
 Metode non invasif untuk menilai hidrosepalus.  Perubahan serebral vaskular dan CBF. Diastolic velocity menurun dan pulsatility index (systolic  velocity-diastolic velocity/mean velocity) meningkat.  Bisa menilai fungsi CSF shunt secara non invasif, dimana  penurunan pulsality index berkaitan dengan perubahan  ukuran ventrikel.
Tiga type operasi shunting ventrikular yang dilakukan pada pasien hidrosepalus yaitu ventrikuloperitoneal, atrial dan pleural tetapi yang paling sering adalah shunting ventrikuloperitoneal.Ventrikulo atrial  beresiko endokarditis bila terinfeksi. Tekanan intrakranial biasanya segera kembali kenormal sesudah dilakukan dekompressi ventrikel. Revisi kateter ventrikular shunt karena 10% mengalami malfungsi , terutama karena obstruksi (80% dibagian proksimal), infeksi atau pertumbuhan bayi.

Pertimbangan pra anestesi termasuk :
1.Tingkat kesadaran yang menurun :
    Bisa karena meningkatnya ICP yang memerlukan terapi  agresif.
2.Lambung penuh :
Adanya muntah atau terlambat pengosongan lambung  merupakan indikasi rapid squence induksi.
3.Penyakit yang mendampingi :
   Cerebral palsy yang sering terjadi aspirasi.
4.Patofisiologi yang berkaitan dengan umur :
Problem apnoe, komplian paru yang jelek atau fungsi renal yang belum matang.

Cara induksi tergantung kondisi anak. Kalau kenaikan ICP minimal, tak ada mual atau muntah maka induksi dengan masker cukup baik, atau bisa dengan methohexital 30mg/kg via rectal. Bila ada tanda meningkatnya ICP atau lambung penuh maka rapid sequence induction technique lebih terpilih dengan memakai pentotal atau propofol, lidokain, dosis kecil narkotik dan pelemas otot tanpa depolarisasi.Lakukan penekanan krikoid, pasien dihiperventilasi dengan tekanan inspirasi puncak yang rendah, intubasi haruslah semulus mungkin tanpa batuk atau merejan untuk mencegah kenaikan ICP dengan menambah pentotal dan lidokain.
Anestesia biasanya dipertahankan dengan obat inhalasi N20 dan kadang-kadang suplemen narkotik, hiperventilasi mempertahankan PaCO2 antara 25 dan 30 mmHg. Pemakaian narkotik sebaiknya dikurangi atau dihentikan menjelang akhir operasi terutama pada anak dengan gangguan neurologi yang berat sangat sensitif terhadap sedatif dan narkotik. Penempatan VP shunt biasanya tak disertai hilangnya darah dan cairan rongga ketiga yang bermakna akan tetapi pengeluaran CSF yang mendadak dan banyak akan menyebabkan bradikardi dan hipotensi.

Hilangnya cairan karena diuresis oleh obat-obatan atau muntah diganti dengan larutan garam seimbang. Cegah hipotermia yang tak diinginkan karena kepala, dada dan abdomen di expose selama pembedahan. Pada akhir operasi, pelemas otot harus direverse, dan bila hemodinamik stabil, pernafasan spontan adekuat, suhu tubuh >35 derajat C indikasi untuk extubasi. Anak yang sebelumnya mual, muntah sebaiknya benar benar sadar dan reflex proteksi kembali normal baru lakukan extubasi untuk mencegah aspirasi.Kebanyakan anak yang membutuhkan VP shunt dengan reflex airway yang lemah untuk itu hati-hati menggunakan analgetik narkotik. Infiltrasi lokal anestetik sebelum penutupan luka operasi dapat mengurangi kebutuhan narkotik secara bermakna.

| bisnis online |

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar