ULKUS DURUM / SIFILIS PRIMER
PENDAHULUAN
Sifilis
adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Sifilis biasanya menular melalui hubungan
seksual atau dari ibu kepada bayi, akan tetapi sifilis juga dapat menular tanpa
hubungan seksual pada daerah yang mempunyai kebersihan lingkungan yang buruk. Treponema
pallidum juga dapat menular melalui transfusi darah.1
Meskipun insidens sifilis kian menurun, penyakit ini tidak dapat
diabaikan, karena merupakan penyakit berat. Hampir semua organ tubuh dapat diserang, termasuk sistem kardiovaskular
dan saraf. Selain itu wanita hamil yang menderita sifilis dapat menularkan
penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan sifilis kongenital yang dapat menyebabkan kelainan bawaan dan kematian.
Istilah untuk penyakit ini yaitu raja singa sangat tepat karena keganasannya.2
EPIDEMIOLOGI
Asal penyakit
ini tak jelas. Sebelum tahun 1492 belum dikenal di Eropa. Ada yang menganggap
penyakit ini berasal dari penduduk Indian yang dibawa oleh anak bush Columbus
waktu mereka kembali ke Spanyol pada tahun
1492. Pada tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli. Pada abad ke-18 baru diketahui bahwa penularan sifilis
dan gonore disebabkan oleh sanggama dan keduanya dianggap disebabkan
oleh infeksi yang sama.2
Insidens sifilis di berbagai negeri di seluruh dunia pada tahun 1996
berkisar antara 0,04 -0,52%. Insidens yang terendah di Cina, sedangkan yang
tertinggi di Amerika Selatan. Di Indonesia insidensnya 0,61%. Di bagian kami
penderita yang terbanyak ialah stadium laten, disusul sifilis stadium I yang
jarang, dan yang langka ialah sifilis stadium II.2
WHO
memperkirakan bahwa terdapat 12 juta kasus baru pada tahun 1999, dimana lebih
dari 90% terdapat di negara berkembang.1
DEFINISI/ETIOLOGI
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema
pallidum, merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik, selama
perjalanan penyakit dapat menyerang seluruh organ tubuh, ada masa laten tanpa
manifestasi lesi di tubuh, dan dapat ditularkan kepada bayi di dalam kandungan.1,2,3
Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Schaudinn dan Hoffman
ialah Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales, familia
Spirochaetaceae, dan genus Treponema. Bentuknya sebagai spiral teratur, panjangnya
antara 6-15 um, lebar 0,15 um, terdiri atas delapan sampai dua puluh empat
lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan
pembuka botol. Membiak secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi
setiap tiga puluh jam.2
Klasifikasi sangat sulit dilakukan, karena spesies Treponema tidak
dapat dibiakkan in vitro. Sebagai dasar diferensiasi terdapat 4 spesies
yaitu Treponema pallidum sub species pallidum yang menyebabkan sifilis, Treponema
pallidum sub species pertenue yang menyebaban frambusia, Treponema pallidum
sub species endemicum yang menyebabkan bejel, Treponema carateum menyebabkan
pinta.3
Bakteri
ini masuk kedalam tubuh manusia melalui selaput lendir (misalnya di vagina
atau mulut) atau melalui kulit. Dalam beberapa jam, bakteri akan sampai ke
kelenjar getah bening terdekat, kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui
aliran darah. Sifilis juga bisa menginfeksi janin selama dalam kandungan dan
menyebabkan cacat bawaan.4
PATOGENESIS
Stadium
dini
T. pallidum masuk
ke dalam kulit melalui mikrolesi atau selaput lender, biasanya melalui
sanggama. Kuman tersebut membiak, jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat
yang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel- sel plasma, terutama di
perivaskular, pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi di kelilingi oleh
T. pallidum dan sel-sel radang. Treponema tersebut terletak di antara
endotelium kapiler dan jaringan perivaskular di sekitarnya. Enarteritis
pembuluh darah kecil menyebabkan perubahan hipertrofik
endotelium yang menimbulkan obliterasi lumen
(enarteritis obliterans). Kehilangan pendarahan akan menyebabkan erosi, pada
pemeriksaan klinis tampak sebagai S1.2
Sebelum S1
terlihat, kuman telah mencapai kelenjar getah bening regional secara limfogen
dan membiak. Pada saat itu terjadi pula penjalaran hematogen dan menyebar ke
semua jaringan di badan, tetapi manifestasinya akan tampak kemudian.
Multiplikasi ini diikuti oleh reaksi jaringan sebagai SII, yang terjadi enam
sampai delapan minggu sesudah S1. S1 akan sembuh perlahan-lahan karena kuman di tempat
tersebut jumlahnya berkurang, kemudian terbentuklah fibroblas-fibroblas dan
akhirnya sembuh berupa sikatriks. SII jugs mengalami regresi perlahan-lahan dan
lalu menghilang.2
Tibalah stadium laten yang tidak disertai gejala, meskipun infeksi yang
aktif masih terdapat. Sebagai contoh pada stadium ini seorang ibu dapat
melahirkan bayi dengan sifilis kongenital.2
Stadium
lanjut
Stadium laten
dapat berlangsung bertahun-tahun, rupanya treponema dalam keadaan dorman. Meskipun demikian antibodi tetap ada dalam
serum penderita. Keseimbangan antara treponema dan jaringan dapat
sekonyong-konyong berubah, sebabnya belum jelas, mungkin trauma merupakan salah
satu faktor presipitasi. Pada saat itu muncullah S
III berbentuk guma. Meskipun pada guma tersebut tidak
dapat ditemukan T. pallidum, reaksinya hebat karena
bersifat destruktif dan berlangsung bertahun-tahun. Setelah mengalami mass
laten yang bervariasi guma tersebut timbul di tempat-tempat lain.2
GAMBARAN KLINIS
Sifilis
primer (SI) / Ulkus Durum
Sifilis primer biasanya ditandai oleh tukak tunggal
(disebut chancre), tetapi bisa juga
terdapat tukak lebih dari satu.3,5 Tukak dapat terjadi dimana saja di daerah genitalia eksterna, 3 minggu
setelah kontak. Lesi awal biasanya berupa papul yang mengalami erosi, teraba keras
karena terdapat indurasi. Permukaan dapat tertutup
krusta dan terjadi ulserasi. Ukurannya bervariasi dari beberapa mm sampai
dengan 1-2 cm. Bagian yang mengelilingi lesi meninggi dan keras. Bila tidak disertai infeksi bakteri
lain, maka akan berbentuk khas dan hampir tidak ada rasa nyeri. Kelainan tersebut
dinamakan afek primer. Pada
pria tempat yang
sering dikenai ialah sulkus koronarius, sedangkan pada wanita di labia minor
dan mayor. Selain itu juga dapat di ekstragenital, misalnya di lidah, tonsil,
dan anus.2
Pada pria selalu disertai pembesaran kelenjar limfe inguinal
medial unilateral/bilateral.3
Seminggu
setelah afek primer, biasanya terdapat pembesaran kelenjar getah bening
regional di inguinalis medialis. Keseluruhannya disebut kompleks primer.
Kelenjar tersebut solitar, indolen, tidak lunak, besamya biasanya lentikular,
tidak supuratif, dan tidak terdapat periadenitis. Kulit di atasnya tidak
menunjukkan tanda-tanda radang akut.2
Gambar 1. Lesi sifilis primer
Afek primer tersebut sembuh sendiri antara tiga sampai sepuluh minggu.
Istilah syphilis d'emblee dipakai, jika tidak
terdapat afek primer. Kuman masuk ke jaringan yang lebih dalam, misalnya pada
transfuse darah atau suntikan.2
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk menegakkan diagnosis sifilis, diagnosis klinis harus dikonfirmasikan
dengan pemeriksaan laboratorium berupa :3,4
1. a. Pemeriksaan lapangan gelap (dark field)
Ream sifilis primer, dibersihkan dengan larutan NaCl fisiologis. Serum
diperoleh dari bagian dasar/dalam lesi dengan cara menekan lesi sehingga serum
akan keluar. Diperiksa dengan mikroskop lapangan gelap menggunakan minyak
imersi. T. pall berbentuk ramping, gerakan lambat, dan angulasi. Hares
hati-hati membedakannya dengan Treponema lain yang ada di daerah
genitalia. Karena di dalam mulut banyak dijumpai Treponema komensal,
maka bahan pemeriksaan dari rongga mulut tidak dapat digunakan.3
b.
Mikroskop fluoresensi
Bahan apusan dari lesi dioleskan
pada gelas objek, difiksasi dengan aseton, sediaan diberi antibodi spesifik
yang dilabel fluorescein, kemudian diperiksa dengan mikroskop fluoresensi.
Penelitian lain melaporkan bahwa pemeriksaan ini dapat memberi hasil
nonspesifik dan kurang dapat dipercaya dibandingkan pemeriksaan lapangan gelap.
3
2.
Penentuan antibodi di dalam serum.
Pada waktu terjadi infeksi Treponema,
baik yang menyebabkan sifilis, frambusia, atau pinta, akan dihasilkan
berbagai variasi antibodi. Beberapa tes yang dikenal sehari-hari yang
mendeteksi antibodi nonspesifik, akan tetapi dapat menunjukkan reaksi dengan
IgM dan juga IgG, ialah 3
a. Tes
yang menentukan antibodi nonspesifik.
-
Tes Wasserman
-
Tes Kahn
-
Tes VDRL (Venereal
Diseases Research Laboratory)
Cara pemerisaannya sebagai berikut:7
Prinsip: terbentuknya flokulasi
Cara kerja:antigen yang digunakan adalah ektrak jantung sapi
• Kualitatif
- Tandai slide vdrl lubang 1(test) dan lubang 2 ( kontrol)
- Pada lubang 1masukkan 50ul serum dan 18 ul antigen
- Pada lubang 2masukkan NaCl fisiologis 50 ul dan 18 ul antigen
- Masukkan dalam rotator kec 180 rpm selama 5 menit
- Lihat mikroskop perbesaran 100x
Hasil – jika berbentuk batang menyebar rata seluruh lapangan pandang
Hasil + jika terdapat flokulasi
• Kuantitatif
- Isi lubang 1-5 dengan 50 ul NaCl
- Masukkan 50 ul serum kelubang 1 dan encerkan kelubang lubang berikutnya
- Lubang 1=1/2 x
Lubang 2=1/4 x
Lubang 3=1/8 x
Lub1ng 4=1/16 x
Lubang 5=1/32 x
Lubang 6=sebagai pembuangan yang digunakan untuk pengenceran kembali
apabila pengenceran 1/32 x masih menyatakan hasil + (terjadi flokulasi)
- Masukkan 18 ul antigen kedalam masing masing lubang kecuali lubang 6.
- Masukkan dalam rotator dengan kec 180 selam 5 menit
Lihat mikroskop perbesaran 100x
Jika hasil kualitatif – maka titer nya adalah 1:1
Jika haisl kuantitatif pada pengenceran 1/16 x tidak terjadi flokulasi
maka titer tertinggi adalah 1/16.
Interpretasi
a. Kualitatif
Hasil non reaktif : tidak ada infeksi, masih dalam masa
inkubasi atau telah mendapat pengobatan yang efektif.
Jika terjadi flokulasi :
·
Gumpalan besar dan medium à reaktif
·
Gumpalan kecil à reaktif lemah
b. Kuantitatif
Laporan hasil pengamatan dengan pengenceran tertinggi yang
masih memberikan hasil reaktif à dalam bentuk titer ½, ¼, 1/8, 1/16,
1/32 dan seterusnya.
Hasil reaktif : sedang terinfeksi atau pernah terinfeksi
sifilis atau positif semu.
-
Tes RPR (Rapid
Plasma Reagin)
-
Tes Automated
reagin
b.
Antibodi
terhadap kelompok antigen yaitu tes RPCF (Reiter Protein Complement
Fixation).
c.
Yang
menentukan antibodi spesifik yaitu:
-
Tes TPI (Treponema
Pallidum Immobilization)
-
Tes FTA-ABS (Fluorescent
Treponema Absorbed).
-
Tes TPHA (Treponema
Pallidum Haemagglutination Assay)
Cara pemeriksaannya adalah sebagai berikut :7
Sampel: serum, plasma , LCS.
Reagen:
TPHA diluent (tutup warna putih tabung kuning)
Test cell (tutup warna merah, sel darah merah domba yang telah ditempeli
ekstrak treponema pallidum yang berfiungsi sebagai antigen
Control cell ( tutup warna putih , tabung warna hijau),tidak akan terjadi
hemaglutinasi , karena tidak tejadi reaksi dengan Ab.
Control positif (tutup warna merah kecil0
Control negatif( tutup warna biru kecil)
Pada saat inkubasi disuhu ruang hendaknya dihindari adanya getaran agar
hemaglutinasinya tidak lepas.
Alat;
Pipet 90, 10, 25 ul
Mikroplate v
Reading miror / kaca pembaca
Solasi
Cara kerja:
1.
Masukkan 90 ul TPHA diluent + 10 ul kontrol positif pada sumur pertama
2.
Masukkan 25 ul TPHA diluent pada sumur ke2, 3, 4, 5 disamping sumur
pertama
3.
Homogenkan sumur pertama dengan pipet mikro 25 ul,
Ambil dari sumur pertama, 25 ul masukkan ke sumur 2, campur/ homogenkan,
ambil 25 ul buang.
Ambil dari sumur pertama 25 ul masukkan ke sumur 3,homogenkan, ambil 25
ul masukkan ke sumur ke 4, homogenkan, ambil 25 ul masukan kesumur ke 5, ambil
25 ul masukkan kesumur 6.
4.
Tambahkan 75 ul control test pada sumur ke 2
5.
Tambahkan 75 ul tets cell pada sumur ke 3, 4, 5.
6.
Homogenkan keseluruhan dengan sedikit getaran.
Interpretasi
Hasil reaktif : sedang terinfeksi, pernah infeksi reaksi positif semu.
Hasil non reaktif : tidak pernah terinfeksi atau pada masa inkubasi
(belum terbentuk antibodi)
-
Tes Elisa (Enzyme
linked immuno sorbent assay)
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding SI
Dasar diagnosis
S I sebagai berikut. Pada anamnesis dapat diketahui mass inkubasi; gejala
konstitusi tidak terdapat, demikian pula gejala setempat yaitu tidak ada rasa
nyeri. Pada afek primer yang penting ialah terdapat erosi/ulkus yang bersih,
solitar, bulat/lonjong, teratur, indolen dengan indurasi: T. pallidum positif.
Kelainan dapat nyeri jika disertai infeksi sekunder. Kelenjar regional dapat
membesar, indolen, tidak berkelompok, tidak ada periadenitis, tanpa supurasi.
Tes serologik setelah beberapa minggu bereaksi positif lemah.2
Sebagai
diagnosis banding dapat dikemukakan berbagai penyakit.
1.
Herpes simpleks
Penyakit ini residif dapat
disertai rasa gataV nyeri, lesi berupa vesikel di alas kulit yang eritematosa,
berkelompok. Jika telah pecah tampak kelompok erosi, sering berkonfluensi dan
polisiklik, tidak terdapat indurasi.2
2.
Ulkus piogenik
Akibat trauma misalnya
garukan dapat terjadi infeksi piogenik. Ulkus tampak kotor karena
mengandung pus, nyeri, tanpa indurasi. Jika terdapat
limfadenitis regional disertai tanda-tanda radang akut dapat terjadi supurasi
yang serentak, dan terdapat leukositosis pada pemeriksaan darah tepi.2
3.
Skabies
Pada skabies lesi berbentuk
beberapa papul atau vesikel di genitalia eksterna, terasa gatal pada malam
hari. Kelainan yang sama terdapat pula pada tempat predileksi, misalnya lipat
jari Langan, perianal. Orang-orang yang serumah juga akan menderita penyakit
yang sama.2
4.
Balanitis
Pada balanitis, kelainan
berupa erosi superficial pada glans penis disertai eritema, tanpa indurasi. Faktor
predisposisi: diabetes melitus dan yang tidak disirkumsisi.2
5.
Limfogranuloma venereum (L.G.V.)
Afek primer pada L.G.V.
tidak khas, dapat berupa papul, vesikel, pustul, ulkus, dan biasanya cepat
hilang. Yang khas ialah limfadenitis regional, disertai tanda-tanda radang
akut, supurasi tidak serentak, terdapat periadenitis. L.G.V. disertai gejala
konstitusi: demam, malese, dan artralgia.2
6.
Karsinoma sel
skuamosa
Umumnya terjadi pada orang
usia lanjut yang tidak disirkumsisi. Kelainan kulit berupa benjolan-benjolan,
terdapat indurasi, mudah berdarah. Untuk diagnosis, perlu biopsi.2
7.
Penyakit Behcet
Ulkus superficial, multipel,
biasanya pada skrotum/labia. Terdapat pula ulserasi pada mulct dan lesi pada
mata.2
8.
Ulkus mole
Penyakit ini kini langka.
Ulkus lebih dari sate, disertai tanda-tanda radang akut, terdapat pus,
dindingnya bergaung. Haemophilus Ducreyi positif. Jika terjadi
limfadenitis regional juga disertai tanda-tanda radang akut, terjadi supurasi
serentak.2
DIAGNOSIS
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan
hasil pemerikasan laboratorium dan pemeriksaan fisik.4
Pada fase primer atau sekunder, diagnosis sifilis
ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopis terhadap cairan dari luka
di kulit atau mulut. Bisa juga digunakan pemeriksaan antibodi pada contoh
darah.4
Untuk neurosifilis,
dilakukan pungsi lumbal guna mendapatkan contoh cairan serebrospinal.
Pada fase tersier, diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksan
antibodi.4
PENATALAKSANAAN
Pada pengobatan jangan dilupakan agar mitra seksualnya juga diobati, dan
selama belum sembuh penderita dilarang bersanggama. Pengobatan dimulai sedini
mungkin, makin dini hasilnya makin balk. Pada sifilis laten terapi bermaksud
mencegah proses lebih lanjut.2
Pengobatannya
menggunakan penisilin dan antibiotik lain.2,3,5
1. Penilisin
Obat yang merupakan pilihan ialah penisilin. Obat tersebut dapat
menembus placenta sehingga mencegah infeksi Pada janin dan dapat menyembuhkan
janin yang terinfeksi; juga efektif untuk neurosifilis.2
Kadar yang tinggi dalam serum tidak diperlukan, asalkan jangan kurang
dari 0,03 unit/ml. Yang penting ialah kadar tersebut hares bertahan dalam serum
selama sepuluh sampai empat betas hari untuk sifilis dini dan lanjut, dua puluh
sate hari untuk neurosifilis dan sifilis kardiovaskular. Jika kadarnya kurang
dari angka tersebut, setelah lebih dari dua puluh empat sampai tiga puluh jam,
maka kuman dapat berkembang biak.2
Menurut lama kerjanya,
terdapat tiga macam penisilin:2
a. Penisilin G prokain dalam akua dengan lama
kerja dua puluh empat jam, jadi bersifat kerja singkat.
b. Penisilin G prokain dalam minyak dengan aluminium
monostearat (PAM), lama kerja tujuh puluh dua jam, bersifat kerja sedang.
c.
Penisilin G
benzatin dengan dosis 2,4 juts unit
akan bertahan dalam serum dua sampai tiga minggu, jadi bersifat kerja lama.
Ketiga obat tersebut diberikan intramuskular. Derivat penisilin per
oral tidak dianjurkan karena
absorpsi oleh saluran cerma kurang dibandingkan dengan suntikan.
Cara pemberian penisilin tersebut sesuai dengan lama kerja
masing-masing; yang pertama diberikan setiap hari, yang kedua setiap tiga hari,
dan yang ketiga biasanya setiap minggu.2
Penisilin G benzatin karena bersifat kerja lama, make kadar obat dalam
serum dapat bertahan lama dan lebih praktis, sebab penderita tidak perlu
disuntik setiap hari seperti pada pemberian penisilin G prokain dalam akua.
Obat ini mempunyai kekurangan, yakni tidak dianjurkan untuk neurosifilis karena
sukar masuk ke dalam darah di otak, sehingga yang dianjurkan ialah penisilin G
prokain dalam akua. Karena penisilin G benzatin memberi rasa nyeri pada tempat
suntikan, ada penyelidik yang tidak menganjurkan pemberiannya kepada bayi.
Demikian pula PAM memberi rasa nyeri pada tempat suntikan dan dapat
mengakibatkan abses jika suntikan kurang dalam; obat ini kini jarang digunakan.2
Reaksi
Jarish-Herxheimer
Pada terapi sifilis dengan penisilin dapat terjadi reaksi Jarish-
Herxheimer.6 Sebab yang pasti tentang reaksi ini belum diketahui, mungkin disebabkan
oleh hipersensitivitas akibat toksin yang dikeluarkan oleh banyak T. paffidum
yang coati. Dijumpai sebanyak 50-80% pada sifilis dini. Pada sifilis dini
dapat terjadi setelah enam sampai due betas jam pada suntikan penisilin yang
pertama.2
Gejalanya dapat bersifat umum dan lokal. Gejala umum biasanya hanya
ringan berupa sedikit demam. Selain itu dapat pula berat: demam yang tinggi,
nyeri kepala, artralgia, malese, berkeringat, dan kemerahan pada muka.8 Gejala lokal yakni afek primer menjadi bengkak karena
edema dan infiltrasi sel, dapat agak nyeri. Reaksi biasanya akan menghilang
setelah sepuluh sampai dua betas jam tanpa merugikan penderita pada S I.2
Pada sifilis lanjut dapat membahayakan jiwa penderita, misalnya: edema
glotis pada penderita dengan gums di laring, penyempitan arteria
koronaria pada muaranya karena edema dan infiltrasi,
dan trombosis serebral. Selain itu juga dapat terjadi ruptur aneurisms atau
ruptur dinding aorta yang telah menipis yang disebabkan oleh terbentuknya
jaringan fibrotik yang berlebihan akibat penyembuhan yang cepat.2
Pengobatan reaksi Jarish-Herxheimer ialah dengan kortikosteroid,
contohnya dengan prednison 20-40 mg sehari. Obat tersebut juga dapat digunakan
sebagai pencegahan, misalnya pada sifilis lanjut, terutama pada gangguan aorta
dan diberikan dua sampai tiga hari sebelum pemberian penisilin serta
dilanjutkan dua sampai tiga hari kemudian.2
2.
Antibiotik Lain
Selain penisilin, masih ada beberapa antibiotik yang dapat digunakan
sebagai pengobatan sifilis, meskipun tidak seefektif penisilin.2
Bagi yang alergi terhadap penisilin diberikan
tetrasiklin 4 x 500 mg/hari, atau aeritromisin 4 x 500 mg/hri, atau doksisiklin
2 x 100 mg/hari. Lama pengobatan 15 hari bagi S I dan S II dan 30 hari bagi
stadium laten. Eritromisin bagi yang hamil, efektivitasnya meragukan. Doksisiklin
absorbsinya lebih baik daripada tetrasiklin, yakni 90-100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%.2
Pada
penelitian terbaru didapatkan bahwa doksisiklin atau eritromisin yang diberikan
sebagai terapi sifilis primer selama 14 hari, menunjukkan perbaikan.9
Obat yang lain ialah golongan sefalosporin, misalnya sefaleksin 4 x 500
mg sehari selama 15 hari. Juga seftriakson setiap hari 2 gr, dosis tunggal i.m.
atau i.v. selama 15 hari.2
Azitromisin juga dapat digunakan untuk S I dan S 11, terutama
dinegara yang sedang berkembang untuk menggantikan penisilin.10 Dosisnya 500 mg sehari sebagai dosis tunggal. Lama
pengobatan 10 hari. Menurut laporan Verdun dkk.
Penyembuhannya mencapai 84,4%.2
PENCEGAHAN 6,8
Ø Hindari
berhubungan sex dengan lebih dari satu pasangan
Ø Menjalani
screening test bagi anda dan pasangan
anda
Ø Hindari
alkohol dan obat-obatan terlarang
Ø Gunakan
kondom ketika berhubungan sexual
Sifilis tidak bisa
dicegah dengan membersihkan daerah genital setelah berhubungan sexual.8