ULKUS MOLE
DEFINISI
Ulkus mole (ulcus molle) merupakan penyakit ulseratif akut, biasanya
terjadi di genitalia. Penyakit ini sering dihubungkan dengan adenitis ingunal
atau bubo, yang disebabkan oleh infeksi Haemophilus
ducreyi, basil gram negatif yang juga bersifat anaerob fakultatif, yang
membutuhkan hemin (faktor X) untuk pertumbuhannya.
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini dapat dijumpai di seluruh dunia, terutama di daerah tropis
dan subtropis. Di Amerika Serikat, insidennya mengalami penurunan antara tahun
1950-1978. Namun pada tahun 1985 dilaporkan insidennya bertambah menjadi 2000
kasus dan menjadi 3418 kasus pada tahun 1986. pada tahun 1987 dan 1990 berturut
turut dilaporkan 5035 dan 4200 kasus. Jumlah kasus kemudian menurun sejak saat
situ dan menjadi stabil, dimana dilaporkan ada sekitar 733 kasus pada tahun
1994.
Ulkus mole lebih banyak di diagnosis pada laki-laki dengan perbandingan
rasio antara laki-laki dan perempuan adalah antara 3:1 sampai 25:1 atau lebih
tinggi. Laki-laki yang tidak di sirkumsisi memiliki resiko 2 kali lebih tinggi
daripada laki laki yang disirkumsisi.
Prevalensi ulkus mole tinggi pada kelompok sosial ekonomi rendahm
terutama pekerja seks, dan tampaknya pekerja seks menjadi reservoir pada semua
laporam epidemi penyakit ini. Diantara pekerja seks komersial kelas bawah,
prevalensi ulkus genital antara 5-35% dan H.ducreyi dapat dikultur dari
kira-kira 50% dari ulkus tersebut.
Baru baru ini beberapa penelitian di Afrika memperlihatakan bahwa ulkus
chancroidal merupakan faktor resiko penting penyebaran HIV pada heteroseksual. Jika Ulkus mole terjadi pada individu yang
imunokompeten dan mendapat terapi sesusai maka infeksinya dapat disembuhkan.
Pada penderita HIV (+), angka kesembuhan infeksi H.ducreyi dengan pengobatan antibiotika standar menjadi lebih
rendah dibandingkan populasi umum sehingga direkomendasikan untuk memberi
terapi dalam jangka waktu yang lebih lama. Pada kasus ulkus yang sangat berat
sehingga terbentuk skar yang permanen, maka diperlukan pengobatan dalam jangka
waktu yang lebih lama. Infeksi yang bersifat diseminata tidak pernah terjadi
meskipun pada penderita dengan HIV/AIDS. Seperti halnya penyakit menular seksual
lainnya, ulkus mole juga paling banyak terjadi pada usia dewasa muda. Namun
dapat juga terjadi pada setiap usia.
ETIOLOGI
Chancroid atau ulkus mole
disebabkan oleh H.ducreyi yang
merupakan basil gram negatif, bersifat fakultatif anaerobik yang membutuhkan
hemin (faktor X) untuk pertumbuhannya. Basil ini juga dapat mereduksi nitrat
menjadi nitrit dan mengandung 0,38 mol
DNA guanosin plus cytosine. Organisme kecil ini, tidak bergerak, tidak
membentuk spora dan memperlihatkan rantai streptobasilaris yang khas pada
pewarnaan gram, terutama pada kultur.
Haemophilus ducreyi
dapat dibedakan dari beberapa strain Haemophilus
lainnya melalui beberapa faktor biokimia. Ciri khas genus ini adalah
mereduksi nitrat menjadi nitrit. Haemophilus
ducreyi tidak membutuhkan faktor Nikotinamide Adenin Dinucleotide (NAD,
faktor V) untuk mencerna hemin dan tidak menghasilkan H2S, katalase dan indole.
H.ducreyi juga membutuhkan zat besi (iron) yang didapat dari intraseluler
dengan cara menginvasi atau merusak sel tersebut.
PATOGENESIS
Melekatnya mikroba yang
patogen ini pada permukaan sel epitel dianggap merupakan proses awal yang
terpenting dari infeksi H.ducreyi
mampu menyebabkan hemaglutinasi sel-sel eritrosit manusia dan aktivitas ini
dihubungkan dengan permukaan bakteri yang beersifat hidrofobik tinggi. Sifat
ini dapat dirusak oleh terapi trypsin atau formaldehid, namun tidak akan
terpengaruh oleh D-mannose atau dengan pemanasan 60 derajat sampai 100 derajat.
Pili yang dimiliki oleh H.ducreyi mungkin memegang peran penting
pada proses adesi ini. Pili yang dapat terdeteksi dengan menggunakan mikroskop
elektron ini tampak sebagai bagian tubuh yang sangat halus, dan berbeda dengan
pili pada Neisseria gonorrhoeae. Pili ini terdiri atas pilin
monomer dengan berat molekul 2400 dalton.
H.ducreyi dapat
berpenetrasi ke dalam epidermis melalui sel-sel epitel yang rusak karena trauma
atau abrasi. Ukuran inokulum yang mampu menyebabkan infeksi adalah lebih besar
dari 100.000. Ikatan H.ducreyi
kemudian dapat terjadi pada matriks protein ekstraseluler dari fibrinogen,
fibronektin, kolagen dan gelatin. Pada lesi tersebut organisme dapat dijumpai
baik di dalam makrofag maupun neutrofil. Bahkan juga dapat terlihat secara
berkelompok dalam jaringan interstitium.
Patogenesis terbentuknya ulkus
tidak sepenuhnya dapat dimengerti. Diperkirakan ada pengaruh produk toksik yang
dihasilkan oleh H.ducreyi atau karena
mekanisme tidak langsung misalnya karena induksi inflamasi dari bakteri itu
sendiri. Data mengenai kemungkinan dihasilkannya enzim dari jaringan
ekstraseluler H.ducreyi yang
berfungsi sebagai enzim degradasi masih kontroversial.
MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasinya adalah berkisar antara 4 sampai 7
hari dan jarang yang kurang dari 3 hari atau lebih dari 10 hari. Biasanya tidak
disertai gejala prodromal. Berikut adalah perjalanan pembentukan ulkus mole:
- Adanya
papula lunak, dengan kulit yang eritema di sekelilingnya
- Tidak
ditemukan adanya vesikel pada tiap tingkat perjalanan penyakit
- Dalam 24
sampai 48 jam, papula akan berubah menjadi pustula, kemudian mengalami
erosi dan ulserasi.
- Pinggir
ulkus tidak teratur dan bergaung, dasar ulkus biasanya ditutupi jaringan
nekrotik dan eksudat yang berwarna abu-abu kekuningan di atas jaringan
granulasi yang mudah berdarah. Berbeda dengan sifilis, ulkus mole biasanya
lunak dan sering kali multipel.
- Diameter
ulkus berkisar antara 1 mm sampai dengan 2 cm.
Pada laki-laki keluhan yang
ditemui biasanya berhubungan langsung dengan ulkus atau abses di inguinal. Ulkus mole terasa nyeri. Pada wanita keluhan
tergantung pada lokasi ulkus. Keluhan tersebut dapat berupa nyeri pada saat
buang air, perdarahan perektal, dispareunia, atau keluarnya duh tubuh dari
vagina. Lokalisasi ulkus pada laki-laki adalah preputium, lipatan
balanopreputial, frenulum, glans penis dan sulkus koronarius. Sering tampak
edema pada preputium, meatus uretra dan batang penis. Chancre yang terdapat
pada uretra sering mengakibatkan uretritis purulenta tetapi jarang terjadi.
Pada wanita terutama pada vulva pada cammisura posterior (berbentuk ulkus
longitudinal), labia minora, vestibulum, labia mayora, dan daerah uretra.
Variasi bentuk klinis:
- Giant
Chancroid (ulkus raksasa) yaitu lesi soliter yang meluas ke perifer dan
tampak adanya ulserasi yang luas.
- Ulkus
serpiginosa yang besar yaitu lesi-lesi yang bergabung dan melebar karena
autoinokulasi. Dapat terjadi infeksi campuran pada kasus ini dan dapat
mengenai daerah inguinal, paha atau dinding abdomen.
- Chancroid
phagadenic, yaitu bentuk lain ulkus yang disebabkan oleh superinfeksi
dengan fusospirochetosis. Dapat terjadi destruksi jaringan yang cepat dan
dalam (ulkus mole gangrenosum)
- Transient
chancroid, berupa ulkus kecil yang membaik secara spontan dalam beberapa
hari. Keadaan ini dapat diikuti dengan limfadenitis regional yang akut
dalam 2-3 minggu kemudian.
- Follicular
chancroid, yaitu ulkus kecil multipel, yang timbul di sekitar folikel
rambut, sering kali di daerah mons pubis. Dapat terlihat beberapa ulkus
folikuler.
- Papular
chancroid, terdiri atas papul-papul yang mengalami ulserasi granulomatous.
Dapat menyerupai donovanosis atau kondiloma lata (sifilis stadium II).
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan
berdasarkan riwayat penderita, keluhan dan gejala klinis serta pemeriksaan
laboratorium untuk menemukan agen penyebabnya. Pemeriksaan penunjang dapat
dilakukan dengan cara pemeriksaan langsung dari bahan ulkus, biakan, tes
serologi, PCR, dan pemeriksaan histopatologis.Yang paling sering dilakukan
adalah pemeriksaan langsung dari bahan ulkus, yaitu dengan cara:
- Dapat
dilakukan dengan perwarnaan gram, giemsa, atau mikroskop elektron.
- Identifikasi
yang cepat dapat dilakukan dengan pewarnaan methyl greenpyronin,
pappenheim dan unna, juga dapat dilakukan dengan pewarnaan blue and
wright. Namun pemeriksaan langsung tersebut sering kali menyesatkan karena
banyaknya flora polimikrobial yang dapat dijumpai pada ulkus genital.
- Spesimen
diambil dengan menggunakan swab kapas atau swab calcium alginate, juga
dapat menggunakan sengkelit platina.
- Swab
harus diambil dari dasar ulkus yang sebelumnya dibersihkan dengan kain
kasa yang dibasahi larutan normal salin.
- Lalu
dengan lidi kapas steril dihapuskan pada kaca benda dalam satu arah agar
dapat ditemukan morfologi organisme yang berbentuk rantai.
- Organisme
hanya dapat bertahan hidup selama 2-4 jam pada swab jika tidak disimpan
dalam lemari pendingin.
- Jumlah H.ducreyi pada eksudat ulkus berkisar antara 107-108 /ml pus. Pada pus bubo biasanya tidak didapatkan mikroorganisme tetapi dapat ditemukan dalam abses inguinal. Basil dijumpai dalam bentuk kelompok kecil atau rantai yang paralel dari 2 atau 3 organisme yang tersebar sepanjang untaian sekret mukous, baik intra maupun ekstrasel. Gambaran seperti ini diistilahkan sebagai ”school of fish” atau ”railroad track”.
DIAGNOSIS BANDING
Penyakit ini didiagnosis banding dengan penyakit yang juga menyebabkan
lesi ulseratif pada genitalia seperti :
- Sifilis primer
- Herpes genitalis
- Lesi primer Limfogranuloma venereum
- Granuloma inguinale
- Ulkus
traumatik yang disertai infeksi sekunder
PENATALAKSANAAN
Pengobatan Sistemik
H.ducreyi diketahui
telah mengalami resistensi terhadap sulfonamid, tetrasiklin, ampisilin,
kloramfenikol dan kanamisin. Centre of Disease Control (CDC) pada tahun 1998
merekomendasikan pengobatan ulkus mole dengan :
- Azitromisin
1 gr per oral, dosis tunggal
- Seftriakson
250 mg IM, dosis tunggal
- Siprofloksasin 2x500 mg/hari per oral, selama 3 hari
- Eritromisin
4x500 mg sehari per oral, selama 7 hari
- Trimetoprim
160 mg dan sulfametoksasol 800 mg 2xsehari selama 7 hari
- Kombinasi
amoksisilin 500 mg dan asam klavulanat 125 mg oral 3x sehari selama 7 hari
- Fleroksasin
200 mg dosis tunggal
- Sefalotin
3 gr IV / hari, selama 7 hari
Pengobatan Topikal
Pengobatan topikal pada kasus
ini terdiri atas pemberian antispetik seperti povidon iodin. Limfadenitis tidak
boleh diinsisi. Bila perlu diaspirasi untuk mencegah ruptur spontan. Aspirasi menggunakan jarum besar dan
ditusuk di bagian lateral sampai menembus kulit normal. Pada penderita yang
mengeluh ulkusnya sangat nyeri, dapat diberi terapi topikal dengan kompres
dingin untuk mengurangi peradangannya. Penderita dianjurkan untuk istirahat,
karena bila penderita tetap melakukan aktivitasnya maka akan memudahkan terjadi
adenopati. Penderita dengan phimosis sebaiknya dilakukan sirkumsisi apabila
semua lesi aktif telah sembuh, dan tampaknya bubo jarang berkembang setelah
sirkumsisi dilakukan.
Penatalaksanaan pasangan seksual
Seseorang yang memiliki kontak
seksual dengan penderita ulkus mole dalam 10 hari sebelum muncul gejala
ulserasi di kelamin penderita, maka sebaiknya diberi terapi, meskipun gejala
klinisnya belum muncul. Terbukti karier pembawa H.ducreyi dapat terjadi pada penderita yang asimtomatis. Obat yang
diberikan pada pasangan seksual ini sama dengan yagn diberikan pada penderita
baik jenis maupun dosis obatnya. Jika tidak mungkin melakukan abstinensia
seksual, maka penderita harus menggunakan kondom saat berhubungan seksual
selama lesi masih ada. Meskipun demikian, kondom yang tidak dipakai dengan cara
yang benar dalam artian lesi ulkus tidak tertutup kondom secara sempurna, masih
memungkinkan untuk terjadinya penularan penyakit.
PROGNOSIS
Penyakit ini tidak menyebar
secara sistemik. Tanpa
pengobatan, ulkus genital dan abses inguinal kadang akan menetap selama
bertahun-tahun. Infeksi tidak menimbulkan imunitas dan dapat terjadi infeksi
ulang. Pada penderita yang tidak disirkumsisi atau pun penderita yang juga
terinfeksi HIV, kemungkinan terjadi relaps setelah diterapi dengan antibiotik
adalah sebesar 5%. Namun jika penderita tersebut berstatus HIV seronegatif dan
mengalami relaps, maka dengan terapi yang sama dengan terapi yang sebelumnya
pernah diberikan masih tetap efektif. Penderita dianjurkan untuk menggunakan
kondom untuk menghidari infeksi ulang.