Aspirasi
diartikan sebagai inhalasi kandungan orofaring atau gaster ke saluran nafas
bawah, dalam kata lain masuknya benda asing ke pulmo. Aspirasi benda asing ini
dapat menyebabkan berbagai sindrom tergantung jumlah dan sifat material yang
diaspirasi, frekuensi aspirasi dan faktor pejamu sebagai presdisposisi terhadap
aspirasi dan respon (Anita, 2011).
Tiga
tipe material aspirat menyebabkan 3 sindrom pneumonik yang berbeda. Aspirasi
kandungan gaster menyebabkan pneumonia kimia yang dikenal dengan nama lain
pneumonitis aspirasi (Mendelson's
syndrome). Aspirasi bakteria dari mulut atau area faring menyebabkan pneumonia
bakterialis. Aspirasi minyak (contoh: minyak sayur atau mineral) menyebabkan
pneumonia lipoid eksogenous, sebuah bentuk langka dari pneumonia. Sebagai
tambahan aspirasi benda asing dapat menyebabkan kegawatdaruratan pernapasan dan
dalam beberapa kasus sebagai predisposisi terhadap terjadinya pneumonia
bakterialis(Anita, 2011).
Hampir
semua pasien yang terkena pneumonia aspirasi mempunyai satu atau lebih kondisi
predisposisi. Kondisi yang dikaitkan dengan perubahan status mental termasuk
kondisi yang menyebabkan tertekannya refleks muntah, kemampuan untuk
mempertahankan jalan napas atau keduanya menigkatkan resiko pneumonia aspirasi
atau pneumonitisseperti, Alkoholisme, overdosis obat, kejang, stroke, trauma
kepala, anastesi umum, lesi massa intrakranial(Kumar, 2010).
Kondisi
esofageal yang diasosiasikan dengan pneumonia aspirasi antara lain, disfagia,
striktur wsofagus, neoplasma esofageal, divertikulum, fistula trakeoesofageal,
dan GERD.
Kondisi neurologis yang juga berperan sebagai
faktor predisposisi antara lain, sklerosis multipel, dementia, penyakit
parkinson, Myasthenia gravis, palsi pseudobulbar. Pneumonia aspirasi juga
dikaitkan dengan kondisi mekanis seperti, terpasangnya NGT, intubasi
endotrakeal, trakeostomi, endoskopi saluran gastrointestinal atas, bronkoskopi,
dan gastroktomi.
Patofisiologi
Resiko aspirasi secara tidak langsung
terkait dengan tingkat kesadaran pasien. Sifat material yang diaspirasi, volume
aspirat dan status pertahanan pejamu merupakan 3 determinan penting dalam luas
dan keparahan pneumonia aspirasi.
Pneumonia
Kimia
Pneumonia kimiawi yang dikenal
juga dengan pneumonitis aspirasi atauMendelson
syndrome, adalah pneumonia yang diakibatkan reaksi inflamasi parenkim
disebabkan oleh kandungan gaster tanpa adanya infeksi. Bahkan, aspirasi
kandungan gaster yang masif dapat menimbulkan distress pernafasan dalam waktu 1
jam. Penyakit ini muncul pada pasien dengan perubahan status kesadaran akibat
kejang, cerebrovascular accident
(CVA), lesi susunan saraf pusatm intoksikasi obat atau overdosis dan trauma
kepala.
Keasaman kandungan gaster menyebabkan luka bakar
kimia di trakeobronkial. Jika pH cairan yang diaspirasi kurang dari 2.5 dan volume
aspirat lebih dari 0.3 mL/kg berat badanmaka sangat potensial menyebabkan
pneumonia aspirasi. Luka bakar kimia yang terjadi diikuti oleh reaksi inflamasi
selular akibat lepasnya sitokin poten terutama tumor necrosis factor
(TNF)–alpha dan interleukin (IL)–8(Kumar, 2010).
Pneumonia
bakerialis
Pneumonia bakterialis umumnya
mengenai individu dengan gangguan pertahanan jalan nafas seperti reflek batuk,
muntah, gerakan silia dan mekanisme imun. Dimana faktor pertahanan ini membantu
pembersihan material infeksius dari jalan nafas bagian bawah. Sindrom aspirasi
ini dapat terjadi di komunitas ataupun rumah sakit (nosokomial). Dalam kedua
kondisi ini organisme anaerob sendiri atau bersama organisme lainj mempunyai
peran penting. Pada pneumonia anaerob, patogenesis terkait dengan volume besar
anaerob aspirat (contoh, pada pasien dengan hiegenisitas oral jelek dan yang
mempunyai penyakit periodontal) dan terkait dengan kondisi pejamu (contoh,
alkoholisme) yang menekan refleks batuk, klirens mukosiliar, dan efisiensi
fagositik. Kedua kondisi ini meingkatkan beban bakteri pada sekresi orofaring
(Russel, 2007).
Karena kondisi dari kandungan
gastrik normal yang realtif steril, bakteria tidak mempunyai peran penting
dalam tahap awal penyakit. Bagaimanapun, superinfeksi bakterial dapat terjadi
menyusul luka bakar kimiawi tadi.
Manifestasi Klinis
Manifestasi
klinis dari pneumonia aspirasi dan pneumonitis terbentang dari sedikit sakit
sampai yang mengancam nyawa dengan tanda dan gejala syok dan atau gagal nafas.
Kondisi
pejamu yang menyebabkan kemampuan memproteksi jalan nafas berkurang antara lain
kejadian cerebrovascular accident
(CVA) sebelumnya, riwayat penyakit esofageal termasuk akalasia, dan secara
kronis memakai NGT atau gastrik tube.
Pemeriksaan fisik beragam
tergantung dari keparahan penyakit, adanya komplikasi dan faktor pejamu. Pasien
dengan pneumonitis aspirasi sekunder akibat kejang, trauma kepala, overdosis
obat harus diinspeksi untuk melihat tanda dan gejala yang terkait.
Sebagai tambahan dari gejala
akibat penyakit yang mendasari, pasieb dengan pneumonia aspirasi dapat
menunjukkan gejala:
·
Demam
atau hipothermia
·
Takipnea
·
Takicardia
·
Penurunan
suara nafas
·
Redup
pada perkusi daerah pulmo yang terkena
·
Rales
·
Egofoni
atau pektoriloquy
·
Pleural friction rub
·
Perubahan
status mental
·
Hipoxemia
·
Hipotensi
(dalamsyok septik)
Pasien dengan pneumonia
kimiawi dapat datang dengan onset akut dan perkembangan yang cepat dari gejala
dalam beberapa menit sampai 2 jam dari dimulainya kejadian aspirasi. Bisa juga
didapatkan distress nafas, takipnea, mengi yang audibel dan batuk dengan sputum
berdarah atau busuk. Pada pemeriksaan fisik didaptkan takipnea, takikardia,
demam, rales, mengi dan sianosis.
Diagnosis pneumonia aspirasi
harus dicurigai pada pasien dengan faktor resiko dan gambran radiologik yang
sugestif adanya infiltrat penumonia aspirasi.lokasi dari infiltrat pada
gambaran radiologik tergantung kepada posisi pasien ketika aspirasi terjadi.
Pemeriksaan laboratorium harus sesuai dengan presentasi klinis pasien. Pasien
dengan tanda dan gejala sepsis atau syok septik membutuhkan pemeriksaan
laboratorium yang lebih lanjut(Anita, 2011).
Tatalaksana
Tatalaksana umum harus
difokuskan dalam stabilisasi jalan nafas, nafas dan sirkulasi pasien. Pada
pasien yang ditemukan tanda aspirasi gastrik (contoh, muntah) suction jalan nafas atas dapat
menghilangkan jumlah yang signifikan dari aspirat. Intubasi dipertimbangkan
pada semua pasien yang tidak dapat mempertahankan jalan nafasnya. Jika tersedia
berikan suplementasi oksigen, pemantauan kardiak dan oksimetri, pemasangan
jalur intravena(Anita, 2011).
Tatalaksana individu dengan
pneumonia kimiawi harus mengikutsertakan stabilisasi jalan nafas dan klirens
sekresi dengan suksion, suplementasi oksigen, ventilasi mekanis jika perlu,
penggunaan positive end-expiratory
pressure (PEEP)sedini mungkin, dan pemberian cairan intravena. Karena
bronkus yang kena luka kimia rentan terhadap infeksi bakterial maka antibiotik
dapat diberikan berdasarkan kecurigaan bakteri. Penggunaan antibiotik spektrum
luas sperti generasi kedua sefalosporin, generasi ketiga sefalosporin dan clindamycin,
aztreonam, or fluoroquinolones sesuai dalam beberapa kasus.
Daftar Pustaka
Anita B Varkey. 2011. Aspiration Pneumonia. Medscape.http://emedicine.medscape.com/article/296198-overview#aw2aab6c25
Kumar, 2010.Robbins and Cotran pathologic
basis of disease. – 8th ed.
Saunders elsevier:Philadelphia.
Russell W.
Steele. 2007. Clinical handbook of
pediatric infectious disease. Informa Healthcare: USA