b:if cond='data:blog.pageType == "item"'>

Minggu, 20 Oktober 2013

PNEUMONIA

thumbnail Title: PNEUMONIA
Posted by:Unknown
Published :2013-10-20T06:11:00-07:00
Rating: 4.5
Reviewer: 7 Reviews
PNEUMONIA
            Hingga saat ini pneumonia masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak di negara berkembang. Pada balita pneumonia  merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas utama. terdapat berbagai faktor resiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas pneumonia pada anak di negara berkembang, berbagai faktor resiko itu adalah: pneumonia pada masa bayi, berat badan lahir rendah, tidak mendapat imunisasi, tidak mendapat ASI yang adekuat, malnutrisi, defisiensi vitamin A, tingginya prevalensi kolonisasi bakteri patogen pada nasofaring dan tingginya pajanan polusi udara (Said, 2008).
Definisi
            Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal-hal lain (aspirasi, radiasi dll). Secara klinis pada anak sulit membedakan pneumonia bakterial dengan pneumonia viral. Demikian pula pada pemeriksaan radiologis dan laboratorium tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Walaupun pneumonia viral dapat ditatalaksana dengan antibiotik namun pada umumnya sebagian besar pasien diberi antibiotik dikarenakan infeksi bakteri sekunder tidak dapat disingkirkan(Said, 2008).
            Berdasarkan tempat terjadinya infeksi, dikenal dua bentuk pneumonia yaitu 1) pneumonia-masyarakat (community-acquired pneumonia), bila infeksinya terjadi di masyarakat, dan 2) pneumonia-RS (hospital-acquired pneumonia), bila infeksinya terdapat di RS.
Etiologi dan patofisiologi
            Usia merupakah salah satu faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan dan kekhasan penumonia anak, terutama dalam spektrum etiologi, gambaran klinis dan strategi pengobatan.
Penyebab spesifik dari pneumonia pada setiap pasien seringkali sulit ditentukan dikarenakan kultur langsung dari jaringan pulmo merupakan prosedur invasif dan jarang dilakukan.  Kultur yang diambil dari saluran nafas atas atau sputum secara umum tidak merefleksikan penyebab infeksi saluran nafas bawah.
Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) merupakan bakteri patogen tersering diikuti Chlamydia pneumoniaedanMycoplasma pneumoniae.Spektrum mikroorganisme penyebab pneumonia pada neonatus dan bayi kecil berbeda dengan penyebab pada anak yang lebih besar. Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi streptokokus grup B dan bakteri gram negatif seperti E.Coli, pseudomonas Sp atau Kliebsila Sp. Pada bayi yang lebih besar dan anak balita pneumonia sering disebabkan oleh streptokokus pneumonia, haemofilus influza tipe B dan stapilokokus aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja selain bakteri tersebut sering juga ditemukan infeksi mycoplasma pneumoniae(Said, 2008).
Saluran nafas bawah secara normal bersifat steril akibat mekanisme pertahanan fisiologik, termasuk klirens mukosiliar, adanya immunoglobulin A (IgA) sekretorik dalam sekret normal dan adanya refleks batuk.
Penumonia viral biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi sepanjang saluran nafas, diikuti oleh jejas langsung pada epitelium respiratorik sehinngga terjadi obstruksi akibat pembengkakan, sekresi abnormal, dan debris selular. Kecilnya diameter saluran nafas pada bayi membuat populasi ini rentan terkena infeksi yang berat.atelektasi, edema interstitial dan gangguan ventilasi-perfusi menyebabkan hipoksemia yang signifikan bersamaan dengan obstruksi jalan nafas. Infeksi viral dari traktus respiratorius dapat juga menjadi presisposisi untuk terjadinya infeksi bakterial sekunder akibat berubahnya mekanisme pertahanan pejamu, sekresi yang abnormal dan berubahnya flora normal (Kliegman, 2007).
Ketika infeksi bakteri terjadi di parenkim pulmo, maka proses patologis tergantung kepada organisme yang menyerang. M. pneumoniae menempel ke epitelium respiratorik, menghambat kerja siliar, dan berlanjut kepada destruksi selular dan respon inflamasi di submukosa. Seiring dengan proses infeksi, debris selular, sel-sel inflamatori dan mukus meyebabkan obstruksi saluran nafas seiring dengan penyebaran infeksi sepanjang pohon bronkial.
S. pneumoniae menyebabkan edema lokal yang bertanggung jawab dalam membantu proliferasi organisme dan penyebarannya ke jaringan paru yang berdekatan sehingga infeksi S. Pneumoniae seringkali berkarakteristik penumonia lobaris.
Infeksi oleh Group A streptococcus pada saluran nafas bawah menyebabkan infeksi yang lebih difus dengan pneumoniainterstitial. Patologinya termasuk nekrosis dari mukosa trakeobronkial, terbentuknya eksudat masif, edema dan perdarahan lokal. Dengan peluasan ke septum interalveolar dan vasa limfatik. Infeksi oleh group A sterptokokus meningkatkan resiko keterlibatan pleura(Kliegman, 2007).
S. aureus pneumonia bermanifestasi sebagai bronkopneumonia konfluen, seringkali unilateral dan dicirikan dengan adanya area nekrosis perdarahan yang ekstensif dan area kavitasi iregular dari parenkim pulmo menyebabkan pneumatokele, empyema, atau fistula bronkopulmonarius.
pneumonia
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melaui saluran respiratori. Pada awalnya terjadi edema akut akibat reaksi lokal jaringan yang mempermudah proliferasi dan penyebaran patogen ke jaringan sekitarnya. Pada bagian paru yang terkena akan terjadi konsolidasi yaitu terjadi serbukan sel polimorfonuklear, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini dimana terjadi endapan eritrosit disebut stadium hepatisasi merah. Selanjutnya deposisi fibrin akan semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. stadium ini disebut stadium hepatatisasi kelabu. Selanjutnya jumlah makrofag akan meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal.

Manifestasi klinis
            Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam jiwa dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan di Rumah sakit.
            Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada anak adalah imaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme penyebab yang luas, gejala klinis yang kadang-kadang tidak khas terutama pada bayi, terbatasnya penggunaan prosedurdiagnostik invasif, etiologi noninfeksi yang realtif sering, dan faktor patogenesis. Disamping itu kelompok usia pada anak merupakan faktor penting yang menybabkan karakteristik penyakit berbeda-beda, sehingga perlu dipertimbangkan dalam tatalaksana pneumonia(Said, 2008).
            Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak tergantung pada berat-ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:
·         Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare dan terkadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
·         Gejala gangguan respiratorik, yaitu batuk, sesak nafas, retraksi dada, takipnea, nafas cuping hidung, air hunger, merintih dan sianosis.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan pekak atau redup pada perkusi, suara nafas melemah, dan ronki. Perlu diingat pada neonatus dan bayi kecil, gejala dan tanda pneumonia umumnya lebih beragam dan tidak selalu terlihat jelas.
            Pada neonatus sering dijumpai takipneu, retraksi dinding dada, grunting, dan sianosis. Pada bayi yang lebih tua grunting ini jarang ditemukan. Gejala yang lebih sering terlihat adalah takipneu, retraksi, sianosis, batuk, sesak nafas, dn iritabilitas. Pada anak kelompok prasekolah dapat dijumpai panas, batuk produktif atau nonproduktif, takipneu dan dispneu yang ditandai dengan retraksi dinding dada (pudjiadi, 2010).
Diagnosis
            Diagnosis etiologik  berdasarkan pemeriksaan mikrobiologis dan/atau serologis merupakan dasar terapi yang optimal. Akan tetapi, penemuan bakteri penyebab tidak selalu mudah karena memerlukan laboratorium penunjang yang memadai. Oleh karena itu pneumonia pada anak umumnya didiagnosis berdasarkan gambaran klinis yang menunjukkan keterlibatan sistem respiratorius serta gambaran radiologis. Prediktor paling kuat adanya pneumonia adalah demam, sianosis disertai satu atau lebih gejala respiratori berupa: takipnea, batuk, nafas cuping hidung, retraksi, ronki dan suara nafas melemah(Said, 2008).

            Main_symptoms_of_infectious_pneumonia
Pada pelayanan kesehatan primer WHO mengembangkan pedoman diagnosis dan tatalaksana yang sederhana. Tujuannya ialah menyederhanakan kriteria diagnosis berdasarkan gejala klinis yang langsung dapat dideteksi, menetapkan klasifikasi penyakit, dan menentukan dasar pemakaian antibiotika. Gejala klinis sederhana tersebut meliputi nafas cepat, sesak napas dan sebagai tanda bahaya agar anak segera dirujuk ke pelayanan kesehatan. Nafas cepat atau takipnea dihitung selama satu menit penuh ketika bayi dalam keadaan tenang. Sesak napas dinilai dengan melihat adanya retraksi dinding bawah dada kedalam ketika menarik nafas.
            Klasifikasi penumonia berdasarkan kriteria WHO (pudjiadi, 2010):
1.      Bayi kurang dari 2 bulan
·         Pneumonia berat: nafas cepat atau retraksi yang berat
·         Pneumonia sangat berat: tidak mau menetek, kejang, letargis, demam atau hipotermia, bradipnea atau pernapasan ireguler
2.      Anak umur 2 bulan –5 tahun
·         Pneumonia ringan: nafas cepat
·         Pneumonia berat: retraksi
·         Pneumonia sangat berat: tidak dapat minum, makan kejang, letargis, malnuutrisi.
Tatalaksana
            Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi perawatan terutama berdasarkan berat-ringannya penyakit, misal toksik, distres pernapasan, tidak mau makan/minum, atau ada penyakit dasar yang lain, komplikasi, dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Pada neonatus dan bayi dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap.
            Kriteria rawat inap pada (pudjiadi, 2010):
·         Bayi
§  Saturasi oksigen ≤92%, sianosis
§  Frekuensi nafas ≥ 60 x/menit
§  Distres nafas, apnea intermiten, atau grunting
§  Tidak mau makan/ menetek
§  Keluarga tidak bisa merawat dirumah
·         Anak
§  Saturasi oksigen <92 o:p="" sianosis="">
§  Frekuensi nafas >50x/menit
§  Distres nafas
§  Grunting
§  Terdapat tanda dehidrasi
§  Keluarga tidak bisa merawat dirumah

Pada pneumonia rawat jalan dapat diberikan antibiotik lini pertama secara oral, misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol. Pada pneumonia ringan berobat jalan dapat diberikan antibiotik dosis tunggal oral dengan efektifitas mencapai 90%. Dosis amoksisilin yang diberikan adalah 25mg/kgBB sedangkan kotrimoksazol adala 4mg/kgBB TMP-20 mg/kgBB sulfametoksazol. Makrolida, baik eritromisin maupun makrolid baru, dapat digunakan sebagai terapi alternatif beta-laktam untuk pengobatan inisial pneumonia, dengan pertimbangan adanya aktivitas ganda terhadap s. Pneumoniae yang bersifat atipik(Said, 2008).
Pada pasien rawat inap, pilihan antibiotik lini pertama dapat menggunakan antibiotik golongan beta-laktam atau kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap kloramfenikol atau beta-laktam dapat digunakan antibiotik lain seperti gentamisin, amikasin, atau sefalosporin sesuai dengan petunjuk etiologi yang ditemukan. Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien dengan pneumonia tanpa komplikasi.
Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intravena harus dimuali sesegera mungkin. Oleh karena pada neonatus dan bayi kecil seringkali terjadi sepsi dan meningitis maka antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik spektrum luas seperti kombinasi bera-laktam/klavulanat dikombinasikan dengan aminoglikosida atau sefalosporin generasi tiga(Said, 2008).




Daftar pustaka
Kliegman Robert M.2007.Nelson Textbook of Pediatrics, 18th ed. SAUNDERS ELSEVIER: Philadelphia
Pudjiadi A, Hegar B, Setyo H, Hikmah S, Ellen P, Eva D, 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. PP IDAI: Jakarta
Said Mardjanis, 2008. Pneumonia dalam Buku Ajar Respirologi Anak. Badan Penerbit IDAI: Jakarta



| bisnis online |

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar