Lentigo solar (lentigo senilis)
adalah permasalahan kosmetik yang paling umum. Ada beberapa terapi topikal yang
disarankan untuk mengobati lesi ini diantaranya adalah bedah beku, chemical
peeling dengan asam tri kloro asetat serta dengan terapi laser q-switched.
Mengingat kemungkinan adanya efek samping dari terapi seperti PIH (Post
Inflamatoric Hyperpigmentation) dan sikatrik pada pasien di iran (terutama
yang berkulit gelap), tampaknya perlu untuk menemukan langkah-langkah terapi
lain yang memiliki efek lebih kecil. Tujuan penelitian ini adalah untung
mengevaluasi pengaruh dari Terapi laser
gelombang panjang atau LPDL (Long Pulse Dye Laser) pada lentigo melalui
metode objektif (Dermoskopi Terkomputerisasi).
Metode : Pasien
dengan penyakit lentigo diseleksi dan memberikan pernyataan menerima untuk ikut
serta dalam penelitian ini, tanpa riwayat pengobatan sebelumnya, tidak mempunyai
riwayat psoriasis, vitiligo, sikatriks bekas luka, dan tidak hamil. Dilakukan
dermoskopi pada lentigo sebelum dan setelah perawatan menggunakan PDL (V-beam,
595 nm, Candela Corp, Wayland, USA) dengan menggunakan kekuatan 10 joule, tanpa
menggunakan perangkat pendingin dinamis atau DCD (Dinammic Cooler Device)
yang terdapat pada alat. Angka-angka yang dihasilkan juga dianalisis dan dibandingkan oleh dua ahli
kulit dimana keduanya tidak saling mengenal dan terkait dengan penelitian kemudian hasilnya dibandingkan
terhadap hasil penghitungan
komputerisasi. Efek samping dari
terapi laser diobati dengan menggunakan antibiotik dan steroid ringan secara
topikal. Pasien juga tetap diikuti perkembangannya selama enam bulan, setelah
penelitian berakhir untuk menentukan angka kekambuhan dengan menggunakan
dermoskopi pada lokasi yang diberi terapi serta efek samping jangka panjang.
Hasil : 21
pasien dengan jumlah lesi yang sama diikutsertakan kedalam penelitian tersebut.
Rata-rata umur pasien adalah 54,2 tahun (±23,3) dengan range umur 39-71 tahun.
Pasien yang terlibat diantaranya adalah 18 perempuan dan 3 laki-laki. Dari 21
lesi yang diterapi, 11 diantaranya berlokasi di lengan dan 10 di wajah. Dengan
membandingkan foto lesi sebelum dan sesudah terapi yang diambil pada saat
dermoskopi, mengunkapkan bahwa 57% dari pasien mengalami 75% perbaikan gejala.
Skor rata-rata analisis
pigmen (diukur dengan menggunakan perangkat lunak dermoskop) adalah dari skor
awal 8 menjadi 2 sebelum dan setelah terapi PDL, menunjukkan penurunan nyata
dari tingkat densitas pigmen pada lesi. Efek samping dari terapi adalah eritema
dan iritasi lokal yang kemudian diberikan steroid ringan secara topikal. Enam
bulan follow up pada pasien, tidak didapatkan efek samping berupa
hipopigmentasi atau hiperpigmentasi atau efek samping jangka panjang lainnya.
Satu pasien mengalami hiperpigmentasi sementara setelah terapi pada masa
penelitian. Setelah enam bulan
follow up, tidak didapatkan
kekambuhan.
Kesimpulan : Sebagai
kesimpulan, PDL adalah terapi yang aman dan efektif untuk mengobati lentigo
jika diterapkan dengan benar menggunakan metode kompresi, terutama pada pasien
di Iran. Namun penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel yang lebih
besar dibutuhkan untuk mengkonfirmasi hasil penelitian diatas.
Kata Kunci : PDL,
Lentigo, Terapi Topikal
PENDAHULUAN
Diantara
penyakit pigmentasi pada kulit, lentigo merupakan penyakit yang paling umum dan
bisa diterapi dengan baik serta memiliki efek samping yang minimal. Efek
samping tersebut adalah hiperpigmentasi pasca inflamasi atau PIH (Post
Inflamatoric Hyperpigmentation), eritema, dan hipopigmentasi pada kejadian
yang langka, munculnya sikatriks merupakan hal sangat menarik dikarenakan hal
tersebut hampir tidak pernah dilaporkan sebagai efek samping. Pasien terutama
perempuan menjadi pasien dengan
angka kunjungan terbanyak di
pusat perawatan ahli kulit untuk memperoleh perawatan. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu pengembangan terapi baru untuk menghilangkan lesi. Pada
penelitian terdahulu juga mendukung
hipotesis ini bahwa PDL merupakan terapi pilihan yang bagus untuk mengobati
lentigo solar/ lentigo senilis. PDL dikenal sebagai pilihan terbaik untuk
mengobati lesi vaskular termasuk nevus flammeus (Port-wine Stain) dan
hemangioma. Tekanan alat “diascopy” menghilangkan darah dari pembuluh
darah kulit dengan mengkonstriksikan pembuluh darah. Menghilangkan kemerahan
darah dengan mengurangi penyerapan oleh hemoglobin memungkinkan penggunaan PDL
untuk terapi lentigo tanpa menyebabkan purpura, yang merupakan pertanda cidera
vaskuler. “V- Beam Perfecta” bagian dari PDL yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan dua jenis ukuran yaitu 5 dan 7 mm yang diarahkan pada lesi, dan
memiliki lensa cembung untuk memberikan tekanan dan membersihkan jaringan dari
darah. Hampir semua penelitian menggunakan skala visual analog atau VAS (Visual
Analog Scale) sebagai metode evaluasi untuk menentukan efektivitas terapi
PDL untuk menghilangkan lentigo dengan menggunakan mata telanjang. Laser Q-switched
saat ini diketahui sebagai terapi pilihan yang efektif untuk lesi
pigmentasi. Sesuai dengan sifat laser ini dengan durasi gelombang yang sangat
pendek, karena sifat tersebut memungkinkan laser ini menginduksi eritema, kulit
melepuh, hipo dan hiperpigmentasi pasca inflamasi. Oleh karena itu kami
memiliki hipotesis PDL (Pulse Dye Laser) gelombang panjang dengan
panjang gelombang 595 nm dan durasi gelombang 3ms, bisa menjadi terapi
alernatif yang efektif untuk mengobati lesi kulit jinak dengan pigmentasi termasuk
lentigo, sesuai dengan baiknya absorpsi panjang gekombang laser tersebut oleh
melanin dan range durasi gelombang yang cocok untuk epidermis kulit. Untuk
hasil penyerapan yang lebih baik lagi oleh melanin, kami menggunakan lensa
penekan untuk membersihkan darah dari jaringan dan mengurangi hemoglobin
sebagai kromofor kompetitif. Tujuan penelitian ini sekarang adalah untuk
mengetahui profil keamanan dari PDL sebagai terapi alternatif untuk laser Q-switched
dan mengevaluasi efek terapi dengan menggunakan metode objektif
(Dermoskopi).
METODE
Pasien dengan
lentigo dikonfirmasi secara histopatologi yang ingin mecari pengobatan dan
terpilih untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dari awal hingga akhir.
Komite etik lokal menyetujui penelitian ini. Semua pasien menandatangani surat informed
consent setelah diberikan penjelasan mengenai penelitian dan prosedur
perawatan. Pasien akan diekslusi jika mereka dalam keadaan hamil, memiliki
riwayat terapi PUVA, bekas luka, terapi sebelumnya untuk lentigo, vitiligo, psoriasis
dan memiliki keinginan yang tidak realistis dari terapi laser. Semua lesi yang
diambil gambarnya dengan difoto pada saat sebelum dan setelah terapi dengan
menggunakan sistem kamera dermatoskopi yang terkomputerisasi atau CCD (Computerized
Camera Dermatoscopy). Angka yang diperoleh kemudian disimpan dan dievaluasi
untuk menentukan efek laser dalam pengurangan pigmentasi oleh dua ahli kulit
independen serta melalui analisis komputer dengan menggunakan Dermoscope Firmware
(VisioMed ® H8). Setelah dermokopi awal, semua lesi diobati dengan PDL (Pulse
Dye Laser) (V-Beam Perfecta ™, Candela Corp Wayland,
CA, USA) menggunakan kekuatan gelombang 10 joul, ukuran paparan 7 mm, perangkat
pendingin dinamis atau DCD (Dynamic Cooling Device) yang dimatikan,
serta lensa penekan. Dilengkapi dengan perangkat lasar tanpa penumpukan
gelombang. Selama terapi, jendela kontak ditekan ke lesi untuk menghilangkan
darah di kulit serta mencegah perkembangan purpura.
Setelah terapi
laser, krim steroid ringan (hydrocotisone) dan antibiotik topikal (salap
mupirocin) diberikan tidak lebih dari 7 hari ke depan, hingga semua tanda-tanda
peradangan semuanya sembuh. Jika masih didapatkan tanda-tanda cidera yang lebih
dalam termasuk eritema yang menetap, terbentuknya krusta dan bula, pasien di
rujuk untuk mendapatkan terapi lanjutan yang sesuai. Setelah empat minggu, lesi
difoto kembali menggunakan sistem dermoskopi, untuk mengevaluasi hasil akhir
terapi untuk menentukan pengurangan pigmentasi. Kami menggunakan program sistem
dermoskop terkomputerisasi untuk menganalisis lesi yang mengalami pigmentasi
untuk mendapatkan indeks nilai yang mewakili dari densitas pigmen serta
perbedaannya. Indeks ini di dokumentasikan pada saat sebelum dan setelah
terapi. Kami juga menggunakan skala analog visual atau VAS (Visual Analog
Scale) untuk menentukan tingkat pengurangan pigmen pada gambar dermoskopik.
Pengurangan <25 25-50="" 50="" baik="" dan="" dianggap="" kurang="" respon="" sebagai="" sedang="">75% sebagai sangat baik. pasien
juga ditanyakan tingkat kepuasan mereka akan terapi dan dimasukkan ke dalam
kuesioner. Protokol yang sama digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan
pasien akan terapi di klinik. Lebih dari 75% menyatakan ; sangat puas, 50%-75%
menyatakan puas, dan <50 16.="" agak="" bila="" chi-square="" dan="" dari="" data="" dengan="" dianalisis="" dipasangkan="" diperlukan="" diperoleh="" kuesioner="" menggunakan="" o:p="" puas.="" semua="" spss="" t-test="" versi="">50>25>
HASIL
Dari total 21
pasien dengan 21 lesi lentigo, yang sesuai dengan kriteria inklusi yang
diikutsertakan dalam penelitian. 21 pasien dengan jumlah lesi yang sama
diikutsertakan kedalam penelitian tersebut. Rata-rata umur pasien adalah 54,2
tahun (±23,3) dengan range umur 39-71 tahun. Pasien yang terlibat diantaranya
adalah 18 perempuan dan 3 laki-laki. Dari 21 lesi yang diterapi, 11 diantaranya
berlokasi di lengan dan 10 di wajah. Kami memiliki empat pasien dengan kulit
tipe 2, 11 pasien tipe 3, dan 6 pasien dengan tipe 4 sesuai dengan kriteria
tipe kulit Fitzpatrick.
Dari sudut
pandang pasien, sembilan pasien (43%) menyatakan sangat puas, 7 pasien (33%)
menyatakan puas, dan sisanya ( 4 pasien, 20%) memberikan pernyataan agak puas
dan menginginkan terapi lanjutan.
Dengan
membandingkan foto lesi sebelum dan sesudah terapi yang diambil pada saat dermoskopi,
menunjukkan 12 pasien (57%) memberikan hasil perbaikan >75%, 5 pasien
(23,8%) memiliki respon sedang (50%-75% perbaikan), dan empat pasien (19%)
memiliki respon kurang.
Skor rata-rata
analisis pigmen (diukur dengan menggunakan perangkat lunak dermoskop) adalah
dari skor awal 8 menjadi 2 sebelum dan setelah terapi PDL, menunjukkan
penurunan nyata dari tingkat densitas pigmen pada lesi. Dari penelitian ini
didapatkan hasil yang penting yaitu memiliki keterkaitan yang positif antara
indeks yang dihasilkan dari mesin dan evaluasi klinis yang dilakukan oleh ahli
kulit sebelum dan setelah terapi. Efek samping dari terapi adalah eritema dan
iritasi lokal yang bisa sembuh spontan dengan pemberian steroid ringan secara
topikal setelah empat minggu terapi. Enam bulan follow up pada pasien,
tidak didapatkan efek samping berupa hipopigmentasi atau hiperpigmentasi atau
efek samping jangka panjang lainnya. Satu pasien mengalami luka bakar ringan
dan hiperpigmentasi pasca inflamasi yang secara spontan sembuh setelah 12
minggu. Didapatkan hasil yang tidak berbeda secara signifikan terhadap tipe
kulit pasien dengan respon terapi atau efek samping terapi. Hal ini juga sama
mengenai lokasi lesi. Tidak ada bukti mengenai kekambuhan atau efek samping
jangka panjang pada periode follow up.
DISKUSI
Lentigo solar
atau lentigo senilis adalah permasalahan pigmentasi kulit yang menyebabkan
banyak pasien untuk mendatangi klinik dermatologi. Terapi topikal mungkin
memberikan kepulihan, namun memiliki batas penggunaan dan bisa menyebabkan
iritasi. Sehingga model terap fisik terhadap penyakit ini memiliki beragam
peminat dan ahli yang mendukung. Diantara jenis terapi fisik ini yang yang
lebih populer adalah terapi laser dan bedah beku. Setiap jenis terapi harus
dipilih sesuai dengan tingkat keamanan dan efek samping. Dan saat ini dipercaya
bahwa bedah beku merupakan baku emas untuk terapi lentigo. Meskipun pengobatan
bedah beku dengan menggunakan nitrogen cair menjadi pengobatan lentigo sejak
lama namun efek samping yang dihasilkan terutama pada pasien di Iran termasuk
hiperpigmentasi pasca inflamasi atau PIH (Post Inflamattory
Hyperpigmentation), lesi yang tidak terhapus secara sempurna, dan jaringan
parut meneyebabkan perlunya untuk menemukan terapi pengganti. Efektifitas dan
keamanan dari terapi PDL untuk mengobati kulit yang mengalami pigmentasi
seperti lentigo sudah diperlihatkan pada penelitian sebelumnya. Penelitian ini
mungkin yang pertama kali menggunakan kamera CCD dermoskopik untuk megevaluasi
terapi lesi kulit dengan pigmentasi serta menggunakan analisis program komputer
sebagai metode objektif dan VAS digunakan untuk mendapatkan hasil dari para
ahli kulit. Kami menemukan bahwa PDL merupakan terapi yang efektif untuk
mengobati lentigo solar dan hal ini dibuktikan dengan hasil foto dermoskopik
pasca perawatan menunjukkan hasil indeks yang kecil dari analisis menggunakan
mesin (komputer). Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu. Dan dari
penelitian ini menunjukkan tingkat keamanan dari terapi PDL. Kami hanya
memiliki satu pasien yang mengalami gejala luka bakar ringan dan PIH sementara
yang sembuh sempurna setelah diberikan terapi tambahan selama enam bulan
berikutnya dengan menggunakan terapi topikal. Penelitian lain yang menggunakan
PDL untuk terapi juga menunjukkan hasil dan tingka keamanan yang baik. Kami
menemukan ada hubungan yang signifikan antara lokasi lesi dan jenis kulit
pasien terhadap respon pengobatan serta tingkat keamanan. Hal ini serupa dengan
penelitian-penelitian sebelumnya. Penggunaan LPDL telah digunakan luas untuk
dalam beberapa dekade terakhir untuk megatasi kulit keriput, kutil, parut
hipertrofik, jerawat dan varises pembuluh darah kaki. Menurut hasil penelitian
kami lentigo solar juga bisa dimasukkansebagai daftar penyakit yang bisa
dismbuhkan dengan menggunakan PDL.
Sebagai
kesimpulan, PDL adalah terapi yang aman dan efektif untuk mengobati lentigo
jika diterapkan dengan benar menggunakan metode kompresi, terutama pada pasien
di Iran. Namun penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel yang lebih
besar dibutuhkan untuk mengkonfirmasi hasil penelitian diatas.