b:if cond='data:blog.pageType == "item"'>

Kamis, 21 November 2013

LENTIGO SOLAR (LENTIGO SENILIS) : MENGEVALUASI PULSED DYE LASER (PDL) SEBAGAI TERAPI PILIHAN YANG EFEKTIF

thumbnail Title: LENTIGO SOLAR (LENTIGO SENILIS) : MENGEVALUASI PULSED DYE LASER (PDL) SEBAGAI TERAPI PILIHAN YANG EFEKTIF
Posted by:Unknown
Published :2013-11-21T07:48:00-08:00
Rating: 4.5
Reviewer: 7 Reviews
LENTIGO SOLAR (LENTIGO SENILIS) : MENGEVALUASI PULSED DYE LASER (PDL) SEBAGAI TERAPI PILIHAN YANG EFEKTIF
Lentigo solar (lentigo senilis) adalah permasalahan kosmetik yang paling umum. Ada beberapa terapi topikal yang disarankan untuk mengobati lesi ini diantaranya adalah bedah beku, chemical peeling dengan asam tri kloro asetat serta dengan terapi laser q-switched. Mengingat kemungkinan adanya efek samping dari terapi seperti PIH (Post Inflamatoric Hyperpigmentation) dan sikatrik pada pasien di iran (terutama yang berkulit gelap), tampaknya perlu untuk menemukan langkah-langkah terapi lain yang memiliki efek lebih kecil. Tujuan penelitian ini adalah untung mengevaluasi pengaruh dari Terapi laser gelombang panjang atau LPDL (Long Pulse Dye Laser) pada lentigo melalui metode objektif (Dermoskopi Terkomputerisasi).
Metode : Pasien dengan penyakit lentigo diseleksi dan memberikan pernyataan menerima untuk ikut serta dalam penelitian ini, tanpa riwayat pengobatan sebelumnya, tidak mempunyai riwayat psoriasis, vitiligo, sikatriks bekas luka, dan tidak hamil. Dilakukan dermoskopi pada lentigo sebelum dan setelah perawatan menggunakan PDL (V-beam, 595 nm, Candela Corp, Wayland, USA) dengan menggunakan kekuatan 10 joule, tanpa menggunakan perangkat pendingin dinamis atau DCD (Dinammic Cooler Device) yang terdapat pada alat. Angka-angka yang dihasilkan juga dianalisis dan dibandingkan oleh dua ahli kulit dimana keduanya tidak saling mengenal dan terkait dengan penelitian kemudian hasilnya dibandingkan terhadap hasil penghitungan komputerisasi. Efek samping dari terapi laser diobati dengan menggunakan antibiotik dan steroid ringan secara topikal. Pasien juga tetap diikuti perkembangannya selama enam bulan, setelah penelitian berakhir untuk menentukan angka kekambuhan dengan menggunakan dermoskopi pada lokasi yang diberi terapi serta efek samping jangka panjang.
Hasil : 21 pasien dengan jumlah lesi yang sama diikutsertakan kedalam penelitian tersebut. Rata-rata umur pasien adalah 54,2 tahun (±23,3) dengan range umur 39-71 tahun. Pasien yang terlibat diantaranya adalah 18 perempuan dan 3 laki-laki. Dari 21 lesi yang diterapi, 11 diantaranya berlokasi di lengan dan 10 di wajah. Dengan membandingkan foto lesi sebelum dan sesudah terapi yang diambil pada saat dermoskopi, mengunkapkan bahwa 57% dari pasien mengalami 75% perbaikan gejala. Skor rata-rata analisis pigmen (diukur dengan menggunakan perangkat lunak dermoskop) adalah dari skor awal 8 menjadi 2 sebelum dan setelah terapi PDL, menunjukkan penurunan nyata dari tingkat densitas pigmen pada lesi. Efek samping dari terapi adalah eritema dan iritasi lokal yang kemudian diberikan steroid ringan secara topikal. Enam bulan follow up pada pasien, tidak didapatkan efek samping berupa hipopigmentasi atau hiperpigmentasi atau efek samping jangka panjang lainnya. Satu pasien mengalami hiperpigmentasi sementara setelah terapi pada masa penelitian. Setelah enam bulan follow up, tidak didapatkan kekambuhan.
Kesimpulan : Sebagai kesimpulan, PDL adalah terapi yang aman dan efektif untuk mengobati lentigo jika diterapkan dengan benar menggunakan metode kompresi, terutama pada pasien di Iran. Namun penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel yang lebih besar dibutuhkan untuk mengkonfirmasi hasil penelitian diatas.
Kata Kunci : PDL, Lentigo, Terapi Topikal

PENDAHULUAN
Diantara penyakit pigmentasi pada kulit, lentigo merupakan penyakit yang paling umum dan bisa diterapi dengan baik serta memiliki efek samping yang minimal. Efek samping tersebut adalah hiperpigmentasi pasca inflamasi atau PIH (Post Inflamatoric Hyperpigmentation), eritema, dan hipopigmentasi pada kejadian yang langka, munculnya sikatriks merupakan hal sangat menarik dikarenakan hal tersebut hampir tidak pernah dilaporkan sebagai efek samping. Pasien terutama perempuan menjadi pasien dengan angka kunjungan terbanyak di pusat perawatan ahli kulit untuk memperoleh perawatan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu pengembangan terapi baru untuk menghilangkan lesi. Pada penelitian terdahulu juga mendukung hipotesis ini bahwa PDL merupakan terapi pilihan yang bagus untuk mengobati lentigo solar/ lentigo senilis. PDL dikenal sebagai pilihan terbaik untuk mengobati lesi vaskular termasuk nevus flammeus (Port-wine Stain) dan hemangioma. Tekanan alat “diascopy” menghilangkan darah dari pembuluh darah kulit dengan mengkonstriksikan pembuluh darah. Menghilangkan kemerahan darah dengan mengurangi penyerapan oleh hemoglobin memungkinkan penggunaan PDL untuk terapi lentigo tanpa menyebabkan purpura, yang merupakan pertanda cidera vaskuler. “V- Beam Perfecta” bagian dari PDL yang digunakan pada penelitian ini menggunakan dua jenis ukuran yaitu 5 dan 7 mm yang diarahkan pada lesi, dan memiliki lensa cembung untuk memberikan tekanan dan membersihkan jaringan dari darah. Hampir semua penelitian menggunakan skala visual analog atau VAS (Visual Analog Scale) sebagai metode evaluasi untuk menentukan efektivitas terapi PDL untuk menghilangkan lentigo dengan menggunakan mata telanjang. Laser Q-switched saat ini diketahui sebagai terapi pilihan yang efektif untuk lesi pigmentasi. Sesuai dengan sifat laser ini dengan durasi gelombang yang sangat pendek, karena sifat tersebut memungkinkan laser ini menginduksi eritema, kulit melepuh, hipo dan hiperpigmentasi pasca inflamasi. Oleh karena itu kami memiliki hipotesis PDL (Pulse Dye Laser) gelombang panjang dengan panjang gelombang 595 nm dan durasi gelombang 3ms, bisa menjadi terapi alernatif yang efektif untuk mengobati lesi kulit jinak dengan pigmentasi termasuk lentigo, sesuai dengan baiknya absorpsi panjang gekombang laser tersebut oleh melanin dan range durasi gelombang yang cocok untuk epidermis kulit. Untuk hasil penyerapan yang lebih baik lagi oleh melanin, kami menggunakan lensa penekan untuk membersihkan darah dari jaringan dan mengurangi hemoglobin sebagai kromofor kompetitif. Tujuan penelitian ini sekarang adalah untuk mengetahui profil keamanan dari PDL sebagai terapi alternatif untuk laser Q-switched dan mengevaluasi efek terapi dengan menggunakan metode objektif (Dermoskopi).

METODE
Pasien dengan lentigo dikonfirmasi secara histopatologi yang ingin mecari pengobatan dan terpilih untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dari awal hingga akhir. Komite etik lokal menyetujui penelitian ini. Semua pasien menandatangani surat informed consent setelah diberikan penjelasan mengenai penelitian dan prosedur perawatan. Pasien akan diekslusi jika mereka dalam keadaan hamil, memiliki riwayat terapi PUVA, bekas luka, terapi sebelumnya untuk lentigo, vitiligo, psoriasis dan memiliki keinginan yang tidak realistis dari terapi laser. Semua lesi yang diambil gambarnya dengan difoto pada saat sebelum dan setelah terapi dengan menggunakan sistem kamera dermatoskopi yang terkomputerisasi atau CCD (Computerized Camera Dermatoscopy). Angka yang diperoleh kemudian disimpan dan dievaluasi untuk menentukan efek laser dalam pengurangan pigmentasi oleh dua ahli kulit independen serta melalui analisis komputer dengan menggunakan Dermoscope Firmware (VisioMed ® H8). Setelah dermokopi awal, semua lesi diobati dengan PDL (Pulse Dye Laser) (V-Beam Perfecta , Candela Corp Wayland, CA, USA) menggunakan kekuatan gelombang 10 joul, ukuran paparan 7 mm, perangkat pendingin dinamis atau DCD (Dynamic Cooling Device) yang dimatikan, serta lensa penekan. Dilengkapi dengan perangkat lasar tanpa penumpukan gelombang. Selama terapi, jendela kontak ditekan ke lesi untuk menghilangkan darah di kulit serta mencegah perkembangan purpura.
Setelah terapi laser, krim steroid ringan (hydrocotisone) dan antibiotik topikal (salap mupirocin) diberikan tidak lebih dari 7 hari ke depan, hingga semua tanda-tanda peradangan semuanya sembuh. Jika masih didapatkan tanda-tanda cidera yang lebih dalam termasuk eritema yang menetap, terbentuknya krusta dan bula, pasien di rujuk untuk mendapatkan terapi lanjutan yang sesuai. Setelah empat minggu, lesi difoto kembali menggunakan sistem dermoskopi, untuk mengevaluasi hasil akhir terapi untuk menentukan pengurangan pigmentasi. Kami menggunakan program sistem dermoskop terkomputerisasi untuk menganalisis lesi yang mengalami pigmentasi untuk mendapatkan indeks nilai yang mewakili dari densitas pigmen serta perbedaannya. Indeks ini di dokumentasikan pada saat sebelum dan setelah terapi. Kami juga menggunakan skala analog visual atau VAS (Visual Analog Scale) untuk menentukan tingkat pengurangan pigmen pada gambar dermoskopik. Pengurangan <25 25-50="" 50="" baik="" dan="" dianggap="" kurang="" respon="" sebagai="" sedang="">75% sebagai sangat baik. pasien juga ditanyakan tingkat kepuasan mereka akan terapi dan dimasukkan ke dalam kuesioner. Protokol yang sama digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan pasien akan terapi di klinik. Lebih dari 75% menyatakan ; sangat puas, 50%-75% menyatakan puas, dan <50 16.="" agak="" bila="" chi-square="" dan="" dari="" data="" dengan="" dianalisis="" dipasangkan="" diperlukan="" diperoleh="" kuesioner="" menggunakan="" o:p="" puas.="" semua="" spss="" t-test="" versi="">

HASIL
Dari total 21 pasien dengan 21 lesi lentigo, yang sesuai dengan kriteria inklusi yang diikutsertakan dalam penelitian. 21 pasien dengan jumlah lesi yang sama diikutsertakan kedalam penelitian tersebut. Rata-rata umur pasien adalah 54,2 tahun (±23,3) dengan range umur 39-71 tahun. Pasien yang terlibat diantaranya adalah 18 perempuan dan 3 laki-laki. Dari 21 lesi yang diterapi, 11 diantaranya berlokasi di lengan dan 10 di wajah. Kami memiliki empat pasien dengan kulit tipe 2, 11 pasien tipe 3, dan 6 pasien dengan tipe 4 sesuai dengan kriteria tipe kulit Fitzpatrick.
Dari sudut pandang pasien, sembilan pasien (43%) menyatakan sangat puas, 7 pasien (33%) menyatakan puas, dan sisanya ( 4 pasien, 20%) memberikan pernyataan agak puas dan menginginkan terapi lanjutan.
Dengan membandingkan foto lesi sebelum dan sesudah terapi yang diambil pada saat dermoskopi, menunjukkan 12 pasien (57%) memberikan hasil perbaikan >75%, 5 pasien (23,8%) memiliki respon sedang (50%-75% perbaikan), dan empat pasien (19%) memiliki respon kurang.
Skor rata-rata analisis pigmen (diukur dengan menggunakan perangkat lunak dermoskop) adalah dari skor awal 8 menjadi 2 sebelum dan setelah terapi PDL, menunjukkan penurunan nyata dari tingkat densitas pigmen pada lesi. Dari penelitian ini didapatkan hasil yang penting yaitu memiliki keterkaitan yang positif antara indeks yang dihasilkan dari mesin dan evaluasi klinis yang dilakukan oleh ahli kulit sebelum dan setelah terapi. Efek samping dari terapi adalah eritema dan iritasi lokal yang bisa sembuh spontan dengan pemberian steroid ringan secara topikal setelah empat minggu terapi. Enam bulan follow up pada pasien, tidak didapatkan efek samping berupa hipopigmentasi atau hiperpigmentasi atau efek samping jangka panjang lainnya. Satu pasien mengalami luka bakar ringan dan hiperpigmentasi pasca inflamasi yang secara spontan sembuh setelah 12 minggu. Didapatkan hasil yang tidak berbeda secara signifikan terhadap tipe kulit pasien dengan respon terapi atau efek samping terapi. Hal ini juga sama mengenai lokasi lesi. Tidak ada bukti mengenai kekambuhan atau efek samping jangka panjang pada periode follow up.

DISKUSI
Lentigo solar atau lentigo senilis adalah permasalahan pigmentasi kulit yang menyebabkan banyak pasien untuk mendatangi klinik dermatologi. Terapi topikal mungkin memberikan kepulihan, namun memiliki batas penggunaan dan bisa menyebabkan iritasi. Sehingga model terap fisik terhadap penyakit ini memiliki beragam peminat dan ahli yang mendukung. Diantara jenis terapi fisik ini yang yang lebih populer adalah terapi laser dan bedah beku. Setiap jenis terapi harus dipilih sesuai dengan tingkat keamanan dan efek samping. Dan saat ini dipercaya bahwa bedah beku merupakan baku emas untuk terapi lentigo. Meskipun pengobatan bedah beku dengan menggunakan nitrogen cair menjadi pengobatan lentigo sejak lama namun efek samping yang dihasilkan terutama pada pasien di Iran termasuk hiperpigmentasi pasca inflamasi atau PIH (Post Inflamattory Hyperpigmentation), lesi yang tidak terhapus secara sempurna, dan jaringan parut meneyebabkan perlunya untuk menemukan terapi pengganti. Efektifitas dan keamanan dari terapi PDL untuk mengobati kulit yang mengalami pigmentasi seperti lentigo sudah diperlihatkan pada penelitian sebelumnya. Penelitian ini mungkin yang pertama kali menggunakan kamera CCD dermoskopik untuk megevaluasi terapi lesi kulit dengan pigmentasi serta menggunakan analisis program komputer sebagai metode objektif dan VAS digunakan untuk mendapatkan hasil dari para ahli kulit. Kami menemukan bahwa PDL merupakan terapi yang efektif untuk mengobati lentigo solar dan hal ini dibuktikan dengan hasil foto dermoskopik pasca perawatan menunjukkan hasil indeks yang kecil dari analisis menggunakan mesin (komputer). Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu. Dan dari penelitian ini menunjukkan tingkat keamanan dari terapi PDL. Kami hanya memiliki satu pasien yang mengalami gejala luka bakar ringan dan PIH sementara yang sembuh sempurna setelah diberikan terapi tambahan selama enam bulan berikutnya dengan menggunakan terapi topikal. Penelitian lain yang menggunakan PDL untuk terapi juga menunjukkan hasil dan tingka keamanan yang baik. Kami menemukan ada hubungan yang signifikan antara lokasi lesi dan jenis kulit pasien terhadap respon pengobatan serta tingkat keamanan. Hal ini serupa dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penggunaan LPDL telah digunakan luas untuk dalam beberapa dekade terakhir untuk megatasi kulit keriput, kutil, parut hipertrofik, jerawat dan varises pembuluh darah kaki. Menurut hasil penelitian kami lentigo solar juga bisa dimasukkansebagai daftar penyakit yang bisa dismbuhkan dengan menggunakan PDL.
Sebagai kesimpulan, PDL adalah terapi yang aman dan efektif untuk mengobati lentigo jika diterapkan dengan benar menggunakan metode kompresi, terutama pada pasien di Iran. Namun penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel yang lebih besar dibutuhkan untuk mengkonfirmasi hasil penelitian diatas.



| bisnis online |

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar